Rusia dan Arab Saudi, berencana adakan pertemuan | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Harga minyak dunia, sedikit melemah pada penutupan perdagangan Selasa, atau Rabu dini hari WIB, dipicu pertemuan negara-negara eksportir minyak (OPEC) yang akan memperketat produksi.
Kantor berita Rusia Interfax, melaporkan Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa para ahli dari Rusia dan Arab Saudi, akan menentukan tanggal untuk pertemuan kementerian energi 'dalam waktu dekat.
Minyak telah naik lebih dari 10 persen dalam lima sesi, sejak OPEC memberi harapan bahwa anggotanya dan produsen minyak utama lainnya akan memberikan kontribusi untuk membatasi produksi.
Perkiraan analis, target OPEC adalah untuk membawa produksi antara 32,5 juta dan 33,0 juta barel per hari, dengan memotong sekitar 700 ribu barel per hari.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, turun 25 sen menjadi US$48,56.
"Kesepakatan OPEC terlihat seperti udara panas, tetapi minyak masih sangat teknis untuk didorong kembali menguat," kata Stig Rasmussen, pedagang dari Danske Komoditas di Aarhus, Denmark.
Dilansir dari laman CNBC, Rabu 5 Oktober 2016, harga minyak mentah Brent turun 14 sen menjadi US$50,75 per barel.
Hasil Pertemuan OPEC Tak Mampu Dongkrak Harga Minyak | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (5/10/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman November turun 20 sen atau 0,4 persen ke angka US$ 48,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, juga turun 4 sen atau 0,1 persen ke level US$ 50,85 per barel di ICE Futures Europe.
Sayangnya, banyak pelaku pasar meragukan realisasi dari kesepakatan tersebut. Beberapa analis skeptis Arab Saudi sebagai pemimpin de fakto OPEC tak bisa menjalankan kesepakatan tersebut dengan alasan akan menurunkan standar hidup kelas menengah di negara tersebut karena pendapatan dari minyak bakal turun.
Harga minyak bergerak melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pertemuan negara-negara eksportir minyak (OPEC) tak bisa mendorong kenaikan harga minyak.
Sebelumnya, harga minyak bergerak menguat setelah adanya keputusan tentatif dari OPEC untuk memotong produksi minyak antara 23,5 juta barel per hari hingga 33 juta barel per hari. Keputusan tersebut mendorong kenaikan harga tetapi cukup tipis.
Analis First Standard Financial Peter Cardillo menjelaskan, faktor politik selalu menjadi masalah yang utama bagi negara produsen minyak di Timur Tengah. "Kami melihat rencana pengurangan produksi ini akan masuk ke ranah politik dan tidak bisa dianggap enteng," jelas dia.
Analis Pasar Senior Price Futures Group di Chicago Phil Flynn mengatakan, untuk pertama kalinya dalam hampir 8 tahun kartel telah sepakat untuk membatasi produksi. "Kita akan melihat kartel sekali lagi memiliki kemampuan untuk memanipulasi harga dengan menahan pasokan," tambah dia.
Gerak harga minyak pada perdagangan Selasa ini berkebalikan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang naik ke posisi tertinggi dalam tiga bulan seiring optimisme baru dari kesepakatan produksi negara-negara anggota OPEC.
HARGA MINYAK: Pasokan AS Diperkirakan Meningkat, WTI Ditutup Melemah | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November melemah 0,3% atau 0,12 poin ke level US$48,69 per barel di New York Mercantile Exchange.
Berdasarkan survei Bloomberg sebelum rilis data Badan Administrasi Energi AS, pasokan minyak mentah naik 1,5 juta barel pekan lalu untuk pertama kalinya dalam lima pekan terakhir.
Harga minyak mentah tergelincir dari level tertinggi tiga bulan terakhir menjelang rilis data persediaan minyak Amerika Serikat yang diperkirakan meningkat.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Desember turun 0,2 poin ke level US$50,87 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Minyak menguat pada September setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC setuju untuk memangkas pasokan untuk pertama kalinya dalam delapan tahun. Kuota akan diputuskan pada pertemuan resmi kelompok ini di Wina pada 30 November mendatang.
Seperti dilansir Bloomberg, harga sempat menguat karena badai Matius mengancam mengganggu pengiriman bahan bakar sepanjang Pantai Timur AS dan investor menanti pertemuan OPEC bulan depan.
"Pasar mengambil posisi menjelang data mingguan AS yang diperkirakan akan menunjukkan peningkatan tipis pada pasokan minyak mentah," kata Tim Evans, analis energi Citi Futures Perspective, seperti dikutip Bloomberg.