Terbaru

Kejar Lima Juta Investor, OJK Terbitkan Reksadana Baru

Penerbitan ini bisa meningkatkan minat masyarakat masuk pasar modal | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Dewan Komisioner OJK Pengawas Pasar Modal Nurhaida mengatakan, untuk menarik minat masyarakat agar mau berinvestasi, keragaman produk harus ditingkatkan.

"Sehingga kita perlu menghadirkan produk dan inovasi baru. Makanya kita juga untuk manajer investasi bisa mengeluarkan produk-produk baru dengan tipe yang baru juga," ujar Nurhaida saat ditemui di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis, 19 Januari 2017.

Otoritas Jasa Keuangan terus berupaya mendukung peningkatan jumlah investor pasar modal. Rencananya OJK akan mengeluarkan produk baru di bidang reksadana. Langkah tersebut merupakan upaya dalam mencapai target investor hingga lima juta orang.

Meskipun demikian, Nurhaida belum dapat menjelaskan secara rinci terkait produk baru tersebut. "Tapi kita sudah membahas reksadana, misalnya ada reksadana waktu tertentu. Ada batasan waktunya itu, dan ada beberapa yang sedang kita proses, tapi belum bisa kita share dulu," tuturnya.

"Karena mungkin kita kan pasar modal tadi persentasenya masih rendah, sehingga ada kenaikan secara persentase itu tinggi," ujarnya.

Di samping itu, Nurhaida juga menambahkan, terkait upaya memperluas jaringan perdagangan produk investasi melalui mini market, sudah diperbolehkan. Hanya saja perlu peningkatan sosialisasi untuk mendukung kerja sama dengan gerai ritel tersebut.

OJK Bakal Wajibkan Perusahaan Sosialisasi Sebelum Terbitkan MTN | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana untuk mengatur regulasi mengenai penerbitan surat utang jangka pendek atau Medium Term Notes (MTN). Salah satu regulasinya mewajibkan perusahaan terkait melakukan pemberitahuan ke publik.

Namun aturan tersebut saat ini masih digodok oleh OJK. Nurhaida belum mau menjelaskan terkait aturan yang lebih rinci.

Menurut Ketua Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, dengan kewajiban itu maka dapat meminimalkan resiko yang ditanggung oleh publik yang hendak membeli surat utang yang diterbitkan.

"Kalo kemudian MTN ini diterbikan oleh emiten, katakanlah perusahaan tbk tapi kemudian tidak ada disclosure ke publik kan publik tidak tahu padahal penerbitan MTN itu sebagai instrumen keuangan kan ada resiko," jelas Nurhaida di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/1/2017).

"Kita akan mengukur MTN karena dilihat dari sisi disclosurenya kan harus terbuka juga kepada publik, terutama kalo MTN itu diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan tbk. Jadi itu akan perlu ada disclosure. Nanti akan diatur sejauh mana atau apa saja yang disclosure, apakah harus ada persyaratan tertentu terhadap corporate action tersebut itu sedang kita bahas," lanjut Nurhaida.

"Sehingga kemudian publik waktu memutuskan apakah akan investasi di saham-saham perusahaan yang sudah jadi emiten mereka punya informasi yang cukup untuk mengambil keputusan investasi apakah menambah jumlah saham, apakah menjual yang ada atau membeli yang baru dan lain," tambahnya.

Namun, Nurhaida tak menyangkal bahwa MTN juga memberikan keuntungan. Akan tetapi publik juga perlu mengetahui informasi-informasi yang ada di perusahaan emiten. Hal itu agar publik atau investor dapat menentukan sikap.

Prospek Reksa Dana Kinclong, OJK Siapkan Produk Baru | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, tahun ini OJK menargetkan pertumbuhan hingga 25 persen, meningkat dari pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 24 persen. 

"Industri reksa dana kita lihat trennya akan meningkat terus walaupun kemarin ada kondisi global tidak menguntungkan, kita lihat reksa dana kemarin Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya meningkat terus," ujar Nurhaida di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/1). 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi potensi pertumbuhan reksa dana tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. Lembaga tersebut pun bersiap menerbitkan produk baru untuk mendorong kinerja reksa dana.

Menurut Nurhaida, per Desember 2016 total kelolaan (asset under management/AUM) industri reksa dana di Indonesia sebesar Rp338,6 triliun. Namun jika dibandingkan dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2015 yang sebesar Rp11.540,8 triliun, nilai tersebut hanya 2,93 persennya saja. Jumlah investor reksa dana di Indonesia pun masih relatif sedikit. 

Untuk mendorong pertumbuhan industri reksa dana, OJK akan segera menerbitkan sejumlah izin untuk produk reksa dana baru yang dikeluarkan oleh sejumlah Manajer Investasi. Namun Nurhaida enggan merinci jauh detil produk-produk baru tersebut.

"Produk baru akan dikeluarkan tapi belum bisa disampaikan secara detil. Kami sudah membahas waktu tertentu, ada batasan, kemudian ada beberapa yang masih proses, masih harus dilihat dulu," ujar Nurhaida. 

Jika dilihat dari jumlah partisipannya, maka jumlah investor reksa dana masih terbilang kecil. Tahun lalu jumlah investor reksa dana baru tercatat 340.869 atau hanya sekitar 0,13 persen dari total populasi Indonesia. 

"Selalu ada produk-produk baru, minat investasi masyarakat kan bervariasi. Kita juga mendorong Manajer Investasi bisa mengeluarkan produk baru dengan tipe-tipe yang baru juga," pungkasnya. 

Menilik data OJK per November, tercatat jumlah produk reksa dana saat ini sebanyak 1.395 produk. Jumlah tersebut bertambah sekitar 304 produk atau naik 27,86 persen dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat 1.091 produk.