BJB bekerjasama dengan Mandiri untuk uang elektronik | PT Rifan Financindo Berjangka
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) menjalin kerja sama dengan Bank Mandiri untuk penerbitan kartu E-money co-branding.
"Kami kolaborasi lebih cepat daripada kami buat sendiri. Jadi kami melihat dulu," kata Direktur Konsumer Bank BJB Fermiyanti di Jakarta, Jumat (9/12/2016).
DIpilihnya Bank Mandiri untuk penerbitan uang elektronik lantaran bank tersebut paling aktif dalam pembayaran Gerbang Tol Otomatis (GTO). Hal ini sejalan dengan kebutuhan Bank BJB.
Pihak Bank BJB menyatakan, dengan kolaborasi bersama bank BUMN tersebut, penerbitan uang elektronik menjadi lebih cepat.
Fermiyanti mengungkapkan, dalam kerja sama penerbitan uang elektronik tersebut, Bank Mandiri menyediakan platform untuk teknologi informasi.
Bank BJB menargetkan penerbitan uang elektronik tersebut pada awal tahun 2017 mendatang.
Meski saat ini belum memiliki uang elektronik sendiri, Fermiyanti mengungkapkan tidak menutup kemungkinan Bank BJB akan menerbitkan uang elektronik sendiri ke depan.
Penerbitan uang elektronik harus mengantongi izin dari OJK maupun Bank Indonesia (BI). Sehingga, dibutuhkan waktu beberapa bulan hingga akhirnya uang elektronik Bank BJB bisa diterbitkan.
"Dalam waktu dekat, mungkin tahun depan di semester I 2016. Saat ini sedang menunggu izin dari OJK karena kami sudah mengajukan izin bulan Desember ini," jelas Fermiyanti.
Mandiri target transaksi e-money Rp 500 M di 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka
Senior Vice President Digital Banking & Financial Inclusion Mandiri, Rahmat Broto menyebut, saat ini potensi untuk perluasan uang elektronik masih tinggi. "Untuk transaksi non tunai di ruas tol itu penetrasinya baru 30% dari total transaksi, masih besar peluangnya," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (9/12).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan volume transaksi uang elektronik Mandiri (e-money) bisa mencapai Rp 500 miliar per bulan pada tahun 2017. Target tersebut terbilang optimistis jika dibandingkan pencapaian transaksi per bulan sepanjang tahun hingga Oktober 2016 yang berkisar Rp 327 miliar per bulan.
Bank Mandiri memang menyasar penggunaan uang elektronik di sektor transportasi khususnya di jalan tol. Pasalnya, saat ini transaksi e-money masih didominasi oleh transaksi transportasi sebesar 90%. "Paling banyak penggunaan e-money di Transjakarta dan kereta," ujar Rahmat.
Untuk mencapai target tersebut, Bank Mandiri telah bersinergi dengan tiga Bank Pembangunan Daerah (BPD) antara lain BPD Bali, BPD Jawa Tengah (Jateng) dan Bank Jabar Banten (bjb). Rahmat juga menyebut, tahun 2017 pihaknya akan menyasar sedikitnya lima BPD dan beberapa bank swasta untuk diajak kerja sama. "Kita bidik daerah yang ada tolnya, seperti Semarang, Surabaya itu sudah ada," jelasnya.
Senior EVP Chief Technology Officer Bank Mandiri Joseph Georgino Godong mengatakan, lewat sinergi dengan BPD ini diharapkan pihaknya mampu memperbesar pangsa pasar kartu prabayar e-money. "Dengan posisi strategis BPD, kita ingin uang elektronik ini bisa dimanfaatkan untuk memudahkan masyarakat di daerah," jelasnya.
Asal tahu saja, saat ini mandiri e-money seperti kartu dan gelang e-money, e-Toll Card, Indomaret Card, Gaz Card dapat digunakan untuk transaksi di jalan tol, pembayaran bus (Transjakarta, Trans Jogja dan Batik Solo Trans, Kereta (RaiLink Medan dan Jakarta Commuter Line), parkir serta toko-toko ritel, SPBU, restoran cepat saji dan arena rekreasi. Rahmat mengatakan, hingga Oktober 2016, jumlah merchant yang dapat menerima transaksi kartu mandiri e-money ada 946 merchant dengan jumlah outlet sebanyak 52.826.
Joseph menyebut pihaknya mampu mencapai 40 juta transaksi e-money perbulan pada akhir tahun 2016. Adapun, hingga bulan Oktober 2016, bank berkode emiten BMRI ini mencatat rata-rata transaksi per bulan mencapai 36 juta transaksi. Sementara untuk kartu e-money, bank Mandiri telah menerbitkan sebanyak 8,4 juta keping. "Akhir tahun kita targetkan bisa tembus 10 juta kartu e-money," katanya.
Triwulan III-2016, Pertumbuhan Kredit BJB Capai 15% | PT Rifan Financindo Berjangka
PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 15% pada triwulan III-2016. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan target perseroan sebesar 13%.
Pertumbuhan kredit 15% pada triwulan III-2016 disumbang oleh penyaluran kredit konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit perorangan. Kedua sektor tersebut menyumbang hingga 70% dari pertumbuhan kredit.
"Pertumbuhan kredit kita juga sudah di atas target kita sendiri. Kita target 13%, tapi ini sudah mencapai 15%, lebih tinggi," tutur Direktur Konsumer BJB Fermiyanti di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (9/12/2016).
"Kredit masih di konsumer seperti KPR dan kredit pegawai. Kita masih sekitar 60%-70%," kata Fermiyanti.
"Kita ini Alhamdulillah masuk pasar selektif dan sesuai dengan appetite kita. Kita masuk ke kredit yang dibiayai APBN dan APBD, juga ke fixed income," tutur Fermiyanti.
Selain itu, rasio Not Performing Loan (NPL) alias kredit bermasalah BJB juga terbilang rendah di kisaran 1,7%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri dan target perseroan di level 2%-2,5%. Rendahnya rasio NPL dikarenakan selektifnya penyaluran kredit BJB.