Terbaru

Menperin Usul Tiap SMK Raih Rp500 Juta dari APBN 2018

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

Fasilitas SMK sekarang ketinggalan | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, untuk mencapai target pembangunan industri, maka salah satu faktor yang didorong perkembangannya adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) industri.

Menurutnya, saat ini pihkanya sedang mendorong industri agara aktif melakukan pembinaan guna mengembangkan pelajar untuk menjadi SDM yang berkualitas dan siap bekerja. Salah satunya bekerjasama dengan lima SMK, kemudian juga memberikan pengajaran ke SMK. 

"Kita targetkan di 2019 pembangunan tenaga kerja industri melalui penguatan vokasi industri hingga 2019 sekitar 1.040.552 orang, yang terdiri dari siswa SMK hingga tingkat diploma," tukasnya.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian mengusulkan alokasi dana sekira Rp500 juta per Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2018.

"Fasilitas SMK sekarang ketinggalan, sehingga kami dorong dalam APBN 2018 mendapatkan Rp500 juta ‎untuk satu SMK dalam membeli peralatan," ungkapnya di Hotel Four Points, Surabaya, Senin (17/4/2017)

Kontribusi Industri Olahan Capai 0,92 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Kementerian Perindustrian mencatat kontribusi industri pengolahan tanah air mampu menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 0,92 persen.

Tercatat industri makanan dan minuman menempati posisi pertumbuhan tertinggi dan selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, dimana tahun lalu tumbuh 8,46 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi di level 5,02 persen.

"Industri pengolahan memberikan kontribusi ke pertumbuhan ekonomi sebesar 0,92 persen," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Surabaya, Senin (17/4/2017).

Melihat kondisi tersebut, kata Airlangga, Kemenperin berupaya mendorong perusahaan yang masih tergolong kecil dapat memiliki daya saing yang tinggi, sehingga ke depan terjadi pemerataan pertumbuhan.

"Kami ingin pertumbuhan tidak hanya tier satu, tetapi yang tier 3 juga didorong untuk berkembang," ucapnya.

Menurutnya, kontribusi pertumbuhan pengolahan saat ini masih didominasi oleh perusahaan besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dimana perusahan makanan dan minuman mampu tumbuh rata-rata 8 persen.

"Perusahaan publik ini menempati ranking pertama sampai ketiga dalam industri nasional, yang besar-besar itu mayoritas sudah listed (mencatatkan saham di BEI)," tutur Airlangga

Uni Eropa Tak Suka Hilirisasi Sawit Indonesia Berhasil | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, nilai ekspor produk hilir pada akhir 2010 hanya 7,2 miliar dollar AS. Kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit sendiri baru mulai digalakkan pada 2011.

Setelah kebijakan itu berjalan, nilai ekspor produk hilir pada 2015 meningkat signifikan menjadi 11,86 miliar dollar AS, dengan asumsi harga produk hilir saat itu 1.000 dollar AS per ton, dan produk hulu 750 dollar AS per ton.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto menilai, sikap parlemen Uni Eropa yang mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit muncul karena "Benua Biru" itu tak ikhlas kebijakan hilirisasi industri yang dilakukan Indonesia berhasil.

Adapun kapasitas produksi untuk biodiesel pada akhir 2016 mencapai 12,8 juta ton, naik lebih dari lima kali lipat dibandingkan akhir 2010 yang hanya 2,5 juta ton.

Panggah mengatakan, resolusi sawit dikeluarkan oleh parlemen Uni Eropa karena persaingan dagang. Dia mengatakan, tudingan Uni Eropa bahwa industri sawit menyebabkan deforestasi dan pelanggaran hak asasi manusia tidak tepat.

Ia pun meminta masyarakat untuk menyadari persaingan dagang ini dan tidak terpengaruh. "Saya pikir dari dalam negeri jangan terlalu cepat memojokkan. Kadang-kadang kita ini (orang Indonesia) suka terprovokasi oleh keinginan orang lain," ujar Panggah.

Per akhir 2016, nilai ekspor produk hilir industri kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 15,7 miliar dollar AS. Produk hilir ini juga mendominasi (70 persen) ekspor sawit dan turunannya.

"Ini yang mungkin jadi alasan Uni Eropa terus menekan kita (Indonesia). Nilai tambah (makin) tinggi, dan tentu ini masuk ke pasar-pasar mereka," kata Panggah dalam workshop Wartawan Kementerian Perindustrian, di Surabaya, Senin (17/4/2017).

Panggah memaparkan, per akhir 2016, kapasitas produksi pabrik minyak goreng sawit (refinery) sudah mencapai 45 juta ton, naik dua kali lipat dibandingkan akhir 2010 yang mencapai 22,5 juta ton.

Produk hilir lainnya, yakni confectionaries atau lemak pangan, kapasitas produksinya per akhir 2016 mencapai 1,85 juta ton. Angka ini juga naik lebih dari dua kali lipat pada akhir 2010 yang sebesar 750.000 ton.