Komoditas kelapa sawit memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia | PT Rifan Financindo Berjangka
Industri kelapa sawit tercatat telah menyumbangkan devisa USD 18,1 miliar pada 2016. Sumbangan devisa ini merupakan terbesar kedua setelah minyak dan gas (migas). Industri sawit mempekerjakan 5,3 juta jiwa secara langsung.
Seluas lebih 2,5 juta Ha kebun kelapa sawit petani tersebut sudah perlu diremajakan karena berumur tua dan/atau produktivitasnya rendah yakni sekitar 2-3 ton CPO/Ha/Tahun.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan mengatakan, komoditas kelapa sawit memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, saat ini sekitar 4,5 juta Ha atau 42 persen tanaman kelapa sawit Indonesia dimiliki dan dikelola oleh petani pekebun.
"Sebagian besar dari 2,5 juta Ha tersebut adalah milik petani swadaya yang tidak mempunyai biaya dan memerlukan pendampingan teknis agronomi yang baik serta manajemen," ucapnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (9/3).
Komponen penting pembiayaan meliputi biaya investasi tanaman dan non tanaman, suku bunga yang dibebankan kepada petani dan biaya kompensasi selama 4 tahun sebelum masa panen.
"Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan Pemerintah untuk kebijakan akselerasi pembiayaan berupa program Kredit bersubsidi ataj KUR dengan masa tenggang 5 tahun (bunga fixed rate rendah selama masa tenggang) dan masa angsuran 8-10 tahun, dan memasukkan komponen dana bantuan BPDP-KS dalam biaya investasi untuk peremajaan kelapa sawit milik petani swadaya & plasma," katanya
Menurut Fadhil, proses peremajaan tersebut harus dilaksanakan dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan. Program peremajaan ini akan meningkatkan produksi lahan petani menjadi 5-6 ton CPO/Ha/Tahun tanpa pembukaan lahan kelapa sawit baru.
"Tantangan yang harus segera diselesaikan terkait peremajaan dan pembangunan kebun kelapa sawit milik petani adalah pembiayaan, perizinan serta proses sertifikasi lahan petani."
"Dengan bantuan pemerintah dan dukungan semua pemegang kepentingan terkait untuk melaksanakan Program peremajaan dan pembangunan kebun kelapa sawit petani dengan inovasi pembiayaan, petani akan mendapatkan bibit sawit unggul, pelatihan teknis budidaya kelapa sawit yang terbaik, praktik ramah lingkungan sesuai Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), manajemen perkebunan dan koperasi yang baik, serta mendapatkan biaya kompensasi Rp 500 ribu per bulan per Ha selama 4 tahun tanaman belum menghasilkan," tutupnya.
Selain bantuan dalam pembiayaan, petani juga membutuhkan percepatan pengurusan perizinan dan sertifikasi lahannya. Petani sangat mengharapkan standarisasi biaya yang terjangkau dan proses yang cepat selesai dalam 2 minggu untuk pengurusan perizinan dan 6 bulan untuk pengurusan Sertifikat Hak Milik (SHM) lahannya.
Gelar Pelatihan, Minta Petani Memahami Potensi Sawit | PT Rifan Financindo Berjangka
Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit bekerja sama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menggelar pelatihan petani kelapa sawit di Dangau, 7-11 Maret. Pada kegiatan tersebut diikuti oleh 50 petani swadaya dari seluruh kecamatan di Kota Singkawang.
Pada kesempatan tersebut untuk memberikan pelatihan ditunjuklan Gama Mukti Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Karena ia menilai petani di Kota Singkawang harus memahami betul potensi sawit tersebut.
"Adanya pelatihan produktivitas ini menumbuhkan minat dari pertani untuk serius menggarap perkebunan kelapa sawit, diantaranya tata cara mengolah tanah untuk direkayasa menjadi lahan subur. Ini juga menjadi pengalaman yang baru bagi mereka, karena sebelumnya belum ada. Selama ini usia sawit baru lima sampai 8 tahun dan hasilnya belum sampai satu ton per hektare karena disini masih baru," ujar Ketua Panitia pelaksana, Andri, Rabu (8/3/2017).
Ia berharap dengan adanya kegiatan ini mampu meningkatkan kualitas hasil sawit di kota Singkawang. Dimana saat ini masih cukup jauh dari hadapan karena berbagai kendala.
"Awalnya mereka mendapat bibit palsu saat menanam, jadi hasilnya tidak maksimal. Melalui kegiatan inilah kami ingin meningkatkan hasil mereka dimana untuk di Indonesia targetnya 2 ton perhektar," tuturnya.
"Pada kegiatan ini kami menggandeng UGM sebagai provider dalam memberikan materi pelatihan. Nantinya selama lima hari ini tiga hari mereka diberi materi dan dua hari dilapangan. Pada kegiatan ini juga dihadiri oleh pak Rino afrino ST MM (wakil sekjend dpp apkasindo), pak deri ridhanif ( Kepala Divisi pemberdayaan petani dan sarana prasarana BPDP KS), pak seta (staf BPDP KS), ibu femi ( satuan pengawas internal BPDP kS)," ujarnya.
Sementara itu, Staff Ahli Walikota, Agus Prayitno dalam sambutan walikota Singkawang menyampaikan setidaknya 6545 hektar lahan sawit yang dikelola oleh petani swadaya. Dimana luas lahan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan.
"Melalui dinas pertanian, ketahanan pangan dan Perikanan Kota Singkawang akan berupaya mendukung diantaranya dengan pembentukan kelompok tani dan koperasi. Kemudian memetakan lahan perkebunan swadaya tersebut," tuturnya.
Karena itu pemerintah juga akan terus berupaya dalam petani swadaya kelapa sawit agar lebih berkelanjutan, produktif dan legal.
"Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu yang berkembang pesat di Kota Singkawang. Namun upaya masyarakat membangun komoditi tersebut belum diimbangi pengetahuan budidaya maupun kesiapan pendampingan," katanya.
4 Menteri Jokowi Sepakat Industri Sawit Harus Dipertahankan | PT Rifan Financindo Berjangka
Pertemuan Nasional Sawit Indonesia (PNSI) yang digagas Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menjadi hari istimewa bagi Bayu Krisnamurthi. Sehari sebelum acara, pelaku industri sawit pria kelahiran Manado ini mengajukan permohonan mundur dari jabatan Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit kepada Dewan Pengarah. Dewan Pengarah BPDP terdiri dari 7 Menteri Kabinet Jokowi yaitu Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri ESDM, dan Menteri Agraria Tata Ruang.
Diantara komoditas perkebunan, kelapa sawit harus diakui berkontribusi besar kepada perekonomian negara dan penyumbang devisa. Pemerintahan Joko Widodo berjanji akan mempertahankan kejayaan kelapa sawit sebagai komoditas strategis.
“Saya purna tugas dari BPDP sawit,” kata Bayu ketika ditemui sebelum acara dimulai pada Kamis, 2 Februari 2017.
Capaian lainnya adalah nilai ekspor produk sawit mencapai tumbuh 8% menjadi US$ 17,8 miliar pada 2016 dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 16,5 miliar. Kendati demikian, volume ekspor turun 2% menjadi 25,7 juta ton sedangkan tahun sebelumnya mencapai 26,2 juta ton. Selain itu, produk hilir sawit yang diekspor telah berjumlah 54 jenis produk. Industri sawit Indonesia, menurut Bayu, dikenal dengan produk sawit terkesan hanya dalam bentuk mentah.
Dalam kata sambutannya, Bayu menuturkan forum ini berupaya mensinergikan pembangunan industri sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit adalah andalan perekonomian nasional meskipun ada komoditi lain seperti karet, kelapa, teh, dan kopi.
“Dalam 1,5 tahun terakhir kinerja BPDP Sawit cukup membanggakan. Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir utama sawit di dunia,” kata Bayu.
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan bahwa engakui kelapa sawit menjadi andalan perekonomian ini terbukti produk turunan kelapa sawit berkontribusi terhadap ekspor sebesar 75 persen dari sektor non-minyak bumi dan gas (migas). Itu sebabnya sawit mampu menjadi penyumbang pemasukan terbesar ke negara.
Kegiatan PNSI 2017 menjadi sangat istimewa dengan kehadiran empat menteri Kabinet Kerja yaitu Darmin Nasution (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Sofyan djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang), dan Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian).
Darmin menuturkan kebijakan ekonomi akan mengarah pemerataan ekonomi salah satunya reforma agrarian. Prioritas utama membenahi kelapa sawit dari status lahan dan sertifikasi ISPO.
“’Kita menyadari kelapa sawit berkah bagi Indonesia karena produktivitasnya paling tinggi daripadi minyak nabati lain seperti sun flower, rape seed. Itu sebabnya banyak negara di dunia khawatir dengan besarnya potensi sawit,” tutur Darmin.
Lebih lanjut kata Darmin dengan potensi yang dihasilkan produk-produk turunan sawit membuat pemerintah semakin fokus mendorong kemajuan industri kelapa sawit nasional. Tujuannnya mampu memenuhi permintaan kebutuhan produk sawit di pasar nasional maupun internasional.