Terbaru

Kontribusi IMIP Pada Penerimaan Negara Rp 1,7 Triliun

IMIP juga memberikan pendapatan pada daerah sebesar Rp 97,9 triliun | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

CEO IMIP Alexander Barus mengatakan, saat ini ada tiga industri smelter yang beroperasi di kawasan IMIP yaitu PT Sulawesi Mining Invesment (SMI), PT Guang Ching and Stainless Steel (GCNS), dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).

Kawasan Industri Morowali atau ‎Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melakukan ekspor produk hasil pengolahan dan pemurnian (smelter) sebesar US$ 990 juta pada 2016. Dari jumlah tersebut, IMIP berkontribusi pada penerimaan negara sekitar Rp 1,7 triliun dalam bentuk PPN dan PPh badan.

Dia menyatakan, IMIP juga memberikan sumbangan pada penerimaan negara melalui sektoran pajak sebesar Rp 1,7 triliun dengan nilai investasi sebesar US$ 3,9 miliar. Selain itu, keberadaan kawasan ini juga memberikan pendapatan pada daerah sebesar Rp 97,9 triliun.

“Nah itu fakta sampai hari. Yang paling penting adalah man power atau tenaga kerja di kawasan industri Morowali sampai hari ini mencapai 11 ribu orang di mana pada 2018 nanti diprediksi mencapai 22 ribu pegawai,” tambahnya.

Dia menjelaskan, industri feronicel SMI menghasilkan 300.000 metrik ton (MT), GCNS menghasilkan 600.000 ribu MT dan ITSS 600.000. Total feronikel yang dihasilkan 1,5 juta MT dari 3 smelter yang ada.

“Itu katakanlah harga US$ 10 per ton. Intinya dampak kita dari ekpor produk smelter US$ 990 juta,” uja‎rnya dalam acara diskusi dengan wartawan di Kementerian Perindustrian, Jakarta, kemarin.

Selain tiga industri smelter tersebut, lanjut Alex, di kawasan industri Morowali juga tengah dibangun industri lain seperti milik PT Indonesia Ruipu Nickel and Chorme Alloy dengan nilai investasi US$ 500 juta, infrastruktur pertambangan senilai US$ 101 juta dan lain-lain.

“Ini belum lagi dibangunnya industri integrated stainless steel dengan hasil 3 juta. Kalau dikalikan harga sekarang maka penerimaan negara bertambah Rp 60 triliun,” lanjutnya.

Tentang tenaga kerja asing, kata Alex, IMIP tidak benar mengutamakan tenaga kerja asing. Pekerja asing di pabrik memang sangat dibutuhkan karena mereka itu sebagai tenaga ahli sementara untuk tenaga untuk bidang lain, kami sangat kesulitan untuk mencarinya di dalam negeri.

‘’Kami sulit mmenemukan pekerja. Kalau ada orang kita yang mau kerja di IMIP, silakan sekarang datang, akan kami terima dan di tempat kami, gaji pekerja lebih tinggi dari yang lain,’’ katanya

Jadi saya heran, tambah Alex, jika ada suara yang mengatakan kehadiran IMIP di Indonesia tidak membawa dampak positip. ‘’Itu salah dan tidak benar. Apanya yang tidak positip. Investasi dari negara vasing masuk ke Indonesia dengan angka yang begitu besar, serapan tenaga kerja juga cukup besar serta peningkatan ekonomi rakyat di daerah sekitar juga cukup tinggi,’’ katanya.

Kawasan Industri Morowali Mampu Olah Nikel Kadar Rendah | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

CEO IMIP Alexander Barus mengatakan, di kawasan industri Morowali sudah dikembangkan low grade smelter untuk mengolah nikel ore di bawah kadar 1,7%. Di mana bahan nikel yang diserap memiliki kadar 1% sampai 1,2% atau sesuai dengan aturan Permen ESDM Nomor 5 Tahun 2017.

Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) membuktikan bisa mengelola konsentrat nikel kadar rendah. Di mana dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 disebutkan bahwa nikel kadar rendah di bawah 1,7% dan bauksit rendah di bawah 42% wajib diserap oleh fasilitas pemurnian minimum 30% dari kapasitas input smelter.

"Tahap ini PT BLNI dan PT TSI mengolah nikel ore dengan kadar 1,4% sampai 1,7% dan 1% sampai 1,2%. Artinya ini bisa dimanfaatkan dan diproses. Di mana ada investasi pembangunan low grade smelter ini sekitar USD70 juta sampai USD90 juta," tuturnya, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (6/2/2017).

"Ya kalau 30% harus diolah di sini, sisanya diekpor ya enggak masalah buat kita. Artinya kalau itu diberlakukan, paling menguntungkan kami, kapasitas kami 900 ribu, butuh nikel ore 9 juta, jika 30% maka 2,7 juta. Apakah benar bisa sisanya ekspor kan begitu, kalau bisa yang sisanya tinggal kami ekspor. Bahkan dari basis low grade lebih besar lagi," tuturnya.

Menurut Alex, saat ini pihaknya tegah menantikan kepastian regulasi dari pemerintah. Jika dalam klausul disebutkan apabila kebutuhan dalam negeri nikel kadar rendah dan bauksit kadar rendah telah terpenuhi dan masih ada tersedia yang belum terserap, sisa bijih nikel dan bauksit kadar rendah tersebut bisa di jual ke luar negeri. Maka pihaknya berencana melakukan ekspor ini.