Kios yang dekat akses masuk pasar, harganya melambung tinggi | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
ugaan penyimpangan kios di Pasar Klewer, Solo mengemuka. Kios-kios yang ada tidak hanya dialihsewakan, tetapi juga dijual-belikan.
Sumber yang disebut-sebut menjadi perantara pedagang pemilik surat hak penempatan (SHP) dan penyewa atau pembeli kios menganggap praktik ilegal itu sudah lazim. "Sudah biasa. Banyak yang menyewakan terutama juragan-juragan yang punya beberapa kios tak terpakai," ujarnya seperti diberitakan Jawa Pos Radar Solo, Rabu (1/2).
Padahal ada larangan mentransaksikan kios-kios di pasar milik Pemerintah Kota Surakarta itu. Namun, dari transaksi penjualan kios terungkap bahwa nominalnya bisa mencapai miliaran rupiah.
Menjelang Pasar Klewer ditempati, banyak pihak berburu mendapatkan kios dengan cara sewa atau beli. Ada beberapa kios yang siap ditransaksikan.
"Ready dua plong. Juragannya minta biaya sewa setahun sekitar Rp 60 juta. Tapi nanti masih bisa nego," ungkapnya.
Nilai harga sewa atau pembeliannya ditentukan lokasi kios. Jika kios berada di dekat akses masuk pasar, harganya melambung tinggi.
"Dekat akses jalan tinggi karena banyak dilalui calon pembeli. Kalau di tengah, di belakang, atau lantai dua, dan tiga, pastinya tak seramai di dekat akses masuk," papar dia.
Selain disewakan, ada juga pemilik SHP menjual dua plong kios dengan harga Rp 1,25 miliar. "Per plong-nya berukuran 1,8x2 meter," terang dia.
"Kalau lebih jelas, ya menunggu dulu. Paling Maret (Pasar Klewer, Red) sudah ditempati. Jadi lebih jelas, bisa mengecek sendiri cocok atau tidaknya," imbuh sumber.
Bagaimana teknis sewa atau belinya? Sumber itu mengaku siap mempertemukan dengan pemilik SHP. “Nego sendiri saja. Saya hanya bantu, bukan makelar," ucapnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pasamuan Pedagang Pasar Tradisional Surakarta (Papatsuta) Wiharto mengakui adanya praktik ilegal oknum pemilik SHP kios Pasar Klewer. "Pastinya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan dinas. Semacam rahasia umum di antara pedagang pasar," kata dia.
"Ya fenomena ini biasanya terbongkar kalau pas ada kejadian semacam ini (pendataan dinas), pedagang hendak menempati bangunan baru," tegas Wiharto.?
Menurut Wiharto, larangan alih sewa dan penjualan kios Pasar Klewer karena lokasi tersebut merupakan aset pemkot. Pedagang hanya selaku pengguna kios yang ditandai dengan kepemilikan SHP.
Alasan kios dialihsewakan, imbuhnya, cukup beragam. Misalnya, ada pedagang memiliki lima kios terpisah yang dua di antaranya dirasa sepi pembeli.
Dia berharap pemkot bersikap tegas memberikan solusi terkait fenomena tersebut. Kepada pedagang, Wiharto meminta tidak melakukan praktik ilegal mengalihsewakan kios bahkan menjualnya.
Nah, kios yang sepi itu selanjutnya disewakan. Ada juga yang mengalihsewakan kepada kerabat karena sudah tak sanggup berdagang.
"Kalau dinas menemukan indikasi ke arah sana, ya itu hak pemkot mau (SHP, Red) dicabut atau bagaimana," ucap Wiharto
Sebelum Ditempati, Dinas Perdagangan Solo Pastikan Keamanan Bangunan | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
Berjalan dari timur melewati Gapura Klewer, sebuah bangunan berdiri megah. Bangunan Pasar Klewer bercat kombinasi warna krem dan coklat tua itu tengah bersolek mempercantik diri.
Bangunan baru Pasar Klewer memiliki empat lantai. Lantai paling dasar atau basement digunakan untuk parkir. Di atasnya, semi basement, lantai I, dan lantai II dipenuhi kios dan los.
Melalui kaca jendela, beberapa pekerja terlihat sibuk mengecat dinding. Di kaca-kaca itu ceceran cat masih terlihat dengan jelas. Pintu-pintu rolling masih tertutup. Di bagian belakang pasar, aktivitas serupa juga terlihat.
Pengunjung Pasar Klewer juga bakal dimanjakan lima unit lift dan dua eskalator untuk naik turun lantai. Tiga lift di antaranya terpasang di sisi barat dan sisanya di sisi timur.
Salah satu pedagang Pasar Klewer, Muchtarom, 60, berharap bangunan baru Pasar Klewer bisa menarik pengunjung lebih banyak. “Saya berharap dagangan saya bisa lebih ramai seperti saat di Pasar Klewer yang dulu,” ujarnya, saat ditemui Solopos.com di alun-alun utara, Rabu.
Ia tak sabar ingin segera melihat bagian dalam Pasar Klewer. “Saya ingin segera berjualan di sana. Di sini pelanggan saya banyak yang bingung mencari kios saya. Pelanggan banyak yang pergi kecuali yang komunikasi melalui telepon,” keluhnya.
“Semoga pelanggan saya enggak bingung mencari kios baru saya,” sambungnya.
Pedagang lain, Aliung, 40, mengutarakan hal senada. Ia berharap di bangunan baru Pasar Klewer penjualan pakaiannya tambah laris. “Semoga tambah laris, tambah ramai, omzet saya bisa kembali meningkat,” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Solo, Subagiyo, mengatakan saat ini bangunan Pasar Klewer sedang dalam tahap tes commisioning. Tes itu untuk menguji kemanan instalasi listrik dalam bangunan.
Ia menjelaskan pasar dalam proses administrasi pengurusan penyerahan dari kontraktor kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Menurut Subagiyo, penyerahan tahap I dan II bisa dilakukan 10 hari ke depan. “Selanjutnya tahap pemeliharaan oleh kontraktor,” terangnya.
“Saat ini masih tahap tes commisioning. Saya membatasi akses orang masuk ke pasar. Di dalam dikhawatirkan ada kabel yang terkelupas atau lainnya sehingga dikhawatirkan membahayakan orang yang bukan ahli dalam tes tersebut,” kata Subagiyo, kepada Solopos.com, Rabu (1/2/2017) siang.
Pintu Kios Seret, Lantai Masih Tergenang | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Semarang
Bangunan Pasar Klewer diserahkan kontraktor PTAdhi Karya kepada Pemkot Surakarta, Rabu (1/2). Namun ternyata belum seluruh bagian bangunan pasar tersebut terbebas dari masalah. ”Masih ada kebocoran di beberapa bagian bangunan. Rembesan air juga terdapat di lantai basement, yang membuat lantai tersebut tergenang. Selain itu pintu di beberapa kios juga masih seret,” ungkap Kepala Dinas Perdagangan, Subagiyo.
Mengenai pemindahan pedagang, Pemkot juga mulai menyiapkan rencana penempatan pedagang ke kios pasar permanen. Hal itu diawali dengan penempelan nomornomor kios di bangunan pasar tersebut.
Soal rembesan air, lanjut dia, Pemkot sudah meminta kontraktor untuk mencari sumber air tersebut. ”Rembesan harus ditutup agar lantai basement bebas dari genangan.” Kerusakan-kerusakan lain juga diminta diperbaiki. Menurut Subagiyo, Pemkot bakal memanfaatkan masa pemeliharaan bangunan selama enam bulan sejak penyerahan, untuk memantau setiap kekurangan hasil pembangunan. ”Jadi begitu ada kekurangan, bisa langsung disampaikan dan diperbaiki kontraktor,” tandasnya.
Proyek tersebut telah molor sebulan dari tenggat awal, yakni akhir Desember 2016. Saat itu Sukaryo juga mengakui, masih terdapat sisa pekerjaan berupa perbaikan beberapa bagian bangunan dan pembersihan bangunan dari sisa material proyek. ”Tapi sekalipun bangunan Pasar Klewer sudah diserahkan kepada Pemkot, kami masih bertanggungjawab terhadap setiap kerusakan selama enam bulan ke depan. Ini menjadi bagian dari pemeliharaan proyek,” terang dia.
Pemkot juga sudah menyerahkan formulir pendaftaran kepada pedagang, yang juga berisi pernyataan untuk tidak memindahtangankan atau menelantarkan kios di pasar permanen. ”Formulir itu juga menjadi salah satu upaya validasi pedagang-pedagang yang nantinya menempati kembali kios di Pasar Klewer,” jelas Subagiyo. Akhir Januari, General Manager PT Adhi Karya Sukaryo mengklaim, pihaknya telah menuntaskan pembangunan Pasar Klewer.