Harga cabai impor lebih murah | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Axa
Harga cabai rawit di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (22/2/2017), mencapai Rp 130.000 per kilogram. Mahalnya harga cabai lokal memicu masuknya cabai impor dengan harga lebih murah.
Harga cabai lokal di Trenggalek hingga saat ini masih belum mengalami penurunan. Di Pasar Basah, harganya Rp 130.000 per kilogram.
"Harga cabai rawit lokal stabil, belum kembali mengalami kenaikan atau turun harga. Ini ada cabai impor yang harganya lebih murah dibanding cabai lokal," kata Eko Wahyudi (31), salah satu pedagang aneka kebutuhan pokok.
Mahalnya harga cabai ini diduga akibat musim penghujan yang terjadi secara terus-menerus selama dua pekan terakhir. Hal itu mengakibatkan gagal panen.
Cabai yang didatangkan dari Thailand ini dipatok seharga Rp 80.000 per kilogram. Cabai rawit impor di Pasar Basah ini sudah ada sejak sekitar lima bulan lalu sebagai alternatif pembeli karena harga cabai yang melambung tinggi.
"Sejak harga cabai mahal, pembelian di tingkat pembeli berkurang. Kami menyediakan cabai impor yang harganya lebih miring," kata Eko.
Karena jumlah pasokan cabai rawit ke tingkat pedagang sedikit dan turunnya minat beli masyarakat, sejumlah pedagang di pasar ini membeli cabai impor yang sudah dikeringkan.
Salah satu pedagang aneka macam kebutuhan pokok di pasar ini juga menjelaskan, mereka tidak kesulitan dalam mendapatkan cabai karena jumlah yang dibeli tidak terlalu banyak.
Cabai rawit lokal masih paling banyak diminati warga karena rasanya yang lebih pedas. Adapun cabai kering impor jarang diminati pembeli, meski harga lebih murah dibanding cabai rawit lokal sebab rasanya kurang pedas.
Adapun dengan adanya cabai impor kering yang dipasarkan tidak memengaruhi terhadap penjualan barang.
"Kami tidak begitu kesulitan mendapatkan cabai yang didatangkan dari luar kota, karena pembelian kami sedikit. Kalau beli banyak takut tidak laku akhirnya rusak dan kami rugi," ujar Eko.
Harga Cabai Makin Tinggi, Kini Tembus Rp 170 Ribu Per Kg | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Axa
Isnan (29), pedagang cabai di pasar Pandansari mengatakan, semenjak sebulan ini, harga cabai terus naik. Januari lalu, harga cabai rawit merah masih Rp 90–100 ribu per kg. Sekarang sudah Rp 120 ribu. Di pengecer, dijual lebih malah lagi per kilogramnya. Dari harga di Mamuju, Sulawesi Barat, dia mendapat Rp 85–90 ribu per kg. “Itu pun sudah harga pasar,” sahutnya kemarin (21/2).
Harga cabai rawit di pasaran semakin melambung. Bahkan, menyentuh angka Rp 170 ribu per kilogram. Terpantau Kaltim Post (Jawa Pos Group) di dua pasar tradisional, Pasar Klandasan dan Pandansari, harga di pengecer mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Harga pedagang besar atau agen, sekitar Rp 100–120 ribu.
“Satu harinya saya mengambil cabai sekitar 150 kilogram dari agen di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Karena mahalnya harga, saya sudah kurangi pengambilan dari sehari rata-rata 200 kilogram,” terangnya.
Dia juga menyebutkan, untuk harga cabai besar dan cabai keriting masih normal, Rp 25–30 ribu per kilogram. “Rata-rata, untuk dua jenis cabai ini mengambilnya banyak dari lokal dan Banjarmasin. Jadi, beban transportasi tidak terlalu mahal,” bebernya.
Menurut dia, cabai rawit tidak tahan lama, cepat sekali membusuk. Pengiriman bahkan menggunakan pesawat terbang. Paling lama bertahan 2–4 hari saja. Dari pada mengambil risiko banyak cabai busuk, dia pun mengurangi pengambilan. Namun, tetap saja, banyak cabai rawit yang busuk. Hampir 80 kilogram dia jual busuk seharga Rp 25 ribu. Yang membeli biasa tukang bakso dan pedagang makanan lain.
Sementara itu, di Hypermart, harga cabai rawit terpantau hingga Rp 177 ribu per kilogram. Terpisah, kepala lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Universitas Balikpapan Didik Hadiyanto melihat, fenomena kenaikan cabai ini, tidak lain karena faktor cuaca.
“Ketergantungan kita bahan pokok masih banyak dari luar daerah, Sulawesi dan Jawa. Curah hujan di dua provinsi tersebut masih tinggi. Wajar saja banyak petani gagal panen. Cabai rawit jadi langka. Petani di daerah tersebut menanam cabai jumlah besar,” ucapnya.
Pedagang di Pasar Klandasan, Sumarti (35), menyatakan sejak beberapa hari ini, harga cabai terus naik, khususnya cabai rawit mencapai Rp 140 ribu di pasar. Dia menyampaikan, pembeli memang turun tapi tetap ada. Volume pembelian yang menurun.
Konsultan Pendamping Bank Indonesia Balikpapan Bambang Saputra juga mengatakan, supply cabai dari petani terbatas karena curah hujan tinggi, baik lokal di Sulawesi maupun Jawa. Sementara itu, demand cabai sangat besar, sebagian masyarakat ketergantungan kepada komoditas ini.
Bahkan, curah hujan juga semakin tinggi. Tidak heran, banyak kita dengar di beberapa daerah terjadi banjir. Selain itu, pola perilaku masyarakat Indonesia yang suka pedas juga menjadi pengaruh. Cabai yang segar menghasilkan olahan sambal yang banyak disukai. Konsumsi ini yang membuat pasokan cabai terus tinggi.
Dia sebutkan, upaya program dari pemerintah kota dan Bank Indonesia Balikpapan sudah cukup bagus. Dari mengajarkan sekolah menanam cabai hingga program satu rumah menanam paling tidak tiga tanaman cabai. Dari hasil tanam tersebut, cabai bisa mereka konsumsi sendiri.
Memang, terang dia, menurunkan pasar pedagang, namun tidak terlalu banyak. Karena permintaan cabai rawit ini banyak dari pedagang makanan atau restoran.
Musim Masih Jadi Alasan Harga Cabai di Pasar Besar Malang di Atas Rp 100 Ribu | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Axa
pedagang sayuran lain di Pasar Besar Malang Ashari (50) juga mengungkapkan hal senada dengan Agus. Dengan kenaikan tersebut ia juga tidak berani untuk membeli banyak stok cabe karena turunnya pembeli.
"Harga jual tiap pedagang memang terkadang ada selisis Rp 1000 sampai Rp 5000, tapi ya tetap di atas seratus ribu. Ya yang sedikit murah ya cabai hijau sekitar Rp 50 ribu perkilonya," tandas Ashari.
Ia menambahkan, memang beberapa hari kemarin harga cabai juga sempat mengalami penurunan, namun penurunannya tidak begitu besar.
"Sekitar empat hari kemarin ada penurunan sekitar lima ribuan, namun kan juga masih tetap mahal, pembeli ya masih tetap sepi," tutupnya
Dari keterangan pedagang yang berhasil dihimpun (22/2/2017) harga ini memang juga tetap dipengaruhi oleh musim serta sedikitnya stok cabai yang mereka beli. Semenjak harga naik, pembeli memang mengalami sedikit penurunan, maka dari itulah kami juga tidak berani menyetok banyak cabai.
"Kalau banyak-banyak kami takut busuk. Karena cabai sendiri cepat busuk, ya sekitar empat, lima hari saja sudah mulai menurun kualitasnya, mulai membusuk," jelas Agus Salam pedagang sayur Pasar Besar.
Lagi-lagi dalih musim menjadi alasan harga cabai di Pasar Besar Kota Malang masih tetap stuck diharga Rp 125 ribu untuk kualitas yang memang sedikit jelek dan Rp 150 ribu untuk kualitas bagus.