Zuckerberg datang ke Indonesia akhir Januari | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara telah meminta Facebook untuk turut serta memberantas peredaran "hoax" atau berita bohong. Rencananya orang nomor satu Facebook, Mark Zuckerberg yang bakal datang khusus untuk membicarakan permintaan tersebut.
Selanjutnya, pada Selasa (17/1/2017), saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Rudiantara memastikan bahwa pembicaraan dengan Facebook akan terjadi pada akhir Januari nanti. Zuckerberg pun dipastikan akan hadir mengikuti pembicaraan tersebut.
“Sudah pasti. Akhir bulan, FB (Facebook) datang,” ujar pria yang akrab disapa Chief RA itu.
Sebelumnya, pada Minggu (8/1/2017) lalu, Rudiantara mengatakan berniat mengajak para penyedia layanan media sosial, seperti Twitter dan Facebook untuk aktif mencegah peredaran hoax.
Kala itu, Rudiantara mengatakan telah bertemu dan membahas persoalan hoax dengan Twitter. Sedangkan Facebook baru dihubungi dan berjanji akan segera membicarakan masalah itu dengan pemerintah di Indonesia.
Rencananya, pembicaraan dengan Zuckerberg akan membahas seputar cara mencegah penayangan berita hoax, serta upaya memotong peredarannya agar tidak menjadi viral. Pemerintah Indonesia juga tengah mempertimbangkan sanksi berupa denda apabila Facebook gagal menyaring berita hoax.
“Di Jerman itu rencananya baru akan dibuat UU untuk denda yang konon (setara) Rp 7 miliar per hoax,” terangnya.
Pertimbangan mengenai sanksi berupa denda itu mirip dengan yang terjadi di Jerman. Menurut Rudiantara, saat ini pemerintah Jerman tengah menggodok undang-undang (UU) untuk memberlakukan denda pada media sosial yang gagal mencegah peredaran berita bohong.
Bukan Indonesia saja yang menuding Facebook dan Twitter sebagai sarana penyebaran hoax. Di negeri asalnya, Amerika Serikat pun, kedua media sosial dituduh turut bertanggung jawab terhadap ramainya berita bohong pada masa kampanye pemilu presiden AS beberapa waktu lalu.
Namun raksasa mesin pencari itu menyatakan telah bekerja sama dengan sejumlah outlet media di Google News agar hasil pencariannya bisa membuahkan berita-berita yang sesuai fakta dan terpercaya.
Sebelumnya, Facebook sudah sempat menguraikan empat rencana memerangi hoax di layanan mereka. Begitu juga dengan Twitter yang telah menyiapkan langkahnya sendiri.
Perusahaan internet asing lain yang mendapat sorotan serupa, Google, beberapa waktu lalu menyatakan peredaran berita palsu secara umum di internet masih sulit dikontrol.
Facebook akan Tangani Hoax di Indonesia? | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pihaknya sudah mengirim surat kepada Facebook untuk mengatur waktu pertemuan. Bila tidak ada perubahan, pertemuan akan dilakukan pada akhir Januari 2017.
Untuk penanganan hoax atau berita bohong yang marak di media sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan membahasnya dengan pihak Facebook dalam waktu dekat.
"Sudah pasti. Akhir bulan Facebook datang, kami sudah kirim (surat), sudah," kata Rudi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa 17 Januari 2017
Penyaringan berita hoax di Jerman akan dilakukan Facebook selama beberapa minggu ke depan sebelum masa pemilu di sana.
Sementara itu, Facebook memang berencana untuk menandai berita hoax bagi penggunanya di seluruh Negara. Jerman adalah Negara pertama setelah Amerika Serikat.
"Ketika kami meluncurkan cara ini di Amerika Serikat, kita mengatakan bahwa kita akan memperluas cara ini ke negara-negara lain dari waktu ke waktu. Kami telah mendengarkan pendapat dari para komunitas pengguna Facebook, dan kami akan memulai pembicaraan dengan mitra global lainnya. Kesiapan negara Jerman memungkinkan kita untuk memulai pengujian di sana. Kami berupaya agar cara ini dapat dilakukan sesegera mungkin di negara-negara lainnya," ucap seorang juru bicara Facebook kepada CNN seperti dilansir dari upi.com.
Kemenkominfo Segera Bertemu Facebook Bahas Penanganan Hoax | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan
Kementerian Komunikasi dan Informatika akan bertemu dengan pihak Facebook. Pertemuan ini untuk membahas penanganan konten hoax atau berita bohong yang marak di media sosial.
Secara umum, isu keamanan internasional seperti radikalisme, terorisme, pornografi, dan perjudian akan menjadi pembahasan. Konten-konten ini akan menjadi pembahasan agar tidak bisa beredar di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pihaknya sudah mengirim surat kepada Facebook untuk mengatur waktu pertemuan. Bila tidak ada perubahan, pertemuan akan dilakukan pada akhir Januari 2017.
"Sudah pasti. Akhir bulan Facebook datang, kami sudah kirim (surat), sudah," kata Rudi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa 17 Januari 2017.
Indonesia memang berkiblat pada Jerman dalam membuat regulasi penggunaan media sosial. Paling tidak ada 3 hal yang akan dilakukan, yakni keterlibatan perusahaan sosial media, denda terhadap perusahaan yang tetap menampilkan konten terlarang, serta penyediaan literasi penggunaan sosial media.
"Tapi kalau berkaitan dengan spesifik suatu negara seperti kita kan gaduhnya di media sosial. Harus dibahas sendiri dengan mereka," jelas Rudi.
Selain melibatkan perusahaan sosial media, Rudi juga berharap ada peran aktif dari berbagai komunitas masyarakat. Karena masyarakat lah yang paling sering bersentuhan langsung dengan media sosial.
"Nanti kami ajak bicara dengan komunitas-komunitas. Mereka juga konsen, seperti masyarakat anti hoax kan ada di beberapa kota. Nah itu kita ajak, siapa pun, tidak hanya masyarakat anti hoax," papar Rudi.
Rudi mengungkapkan, Jerman sedang menggodok denda bagi perusahaan sosial media. Nilainya cukup besar yakni Rp 7 miliar per konten yang muncul. Momentum ini pula yang akan digunakan Indonesia untuk membuat tawaran dengan Facebook terkait penyebaran konten hoax.
"Kita juga enggak tahu kapan jadinya. Kita kan undang-undang bisa setahun, dua tahun, tapi yang penting bagi kita, kita manfaatkan momentum itu. Karena kalau kita sendiri kan Indonensia tapi kalau ada negara besar seperti Jerman, kita tinggal nebeng kan mendapat penghargaan lebih," tutur Rudi.