Terbaru

Sesi I, IHSG Berakhir Naik 0,22 Persen

Delapan dari 10 indeks sektoral menyokong laju IHSG | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melaju di zona hijau perdagangan Sesi I, Selasa (17/1). Mengacu data RTI, indeks berakhir naik 0,22 persen atau 11,548 poin ke level 5.281,559.

Delapan dari 10 indeks sektoral menyokong laju IHSG. Sektor infrastruktur memimpin penguatan 0,74 persen. Sedangkan, sektor perdagangan paling dalam penurunannya 0,45 persen.

Volume perdagangan pada perdagangan sesi pagi mencapai 6,19 miliar lot saham dengan nilai transaksi Rp 2,38 triliun. Tercatat ada 155 saham bergerak naik, 129 saham bergerak turun, dan 89 saham stagnan.

Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain: PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) naik 1,65 persen ke Rp 6.150, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 1,61 persen ke Rp 630, dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik 1,51 persen ke Rp 1.670.

Meski demikian, investor asing masih getol melakukan aksi jual. Di pasar reguler, net sell asing Rp 45,226 miliar dan Rp 58,552 miliar keseluruhan perdagangan.

"Sentimen dari dalam negeri terbilang cukup positif, sehingga masih menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG bergerak menguat," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara.

Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain: PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) turun 2,54 persen ke Rp 2.690, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 1,49 persen ke Rp 1.655, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) turun 0,98 persen ke Rp 1.510.

Ia mengemukakan, data ekonomi terbaru berkenaan dengan Neraca perdagangan Indonesia secara akumulasi Januari-Desember 2016 , tercatat surplus 8,78 miliar dolar AS.

Kendati demikian, menurut dia, sentimen dari eksternal, terutama kebijakan baru di bidang ekonomi AS setelah Presiden terpilih Donald Trump dilantik dapat menghambat laju pergerakan IHSG. Diperkirakan AS akan membuat berbagai kebijakan yang proteksionis

Ia menambahkan, sentimen dari JPMorgan Chase & Co yang menilai fundamental makro Indonesia cukup kuat, dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dan rendahnya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) serta reformasi ekonomi yang dijalankan pemerintah menjadi sentimen positif bagi pasar.

"Kinerja perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2016 yang juga terbilang bagus, diharapkan bisa menjadi padangan positif bagi pelaku pasar saham terutama investor asing terhadap prospek investasi di Indonesia," katanya.

Imbal Hasil Saham Tertinggi di 2016 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

Laju IHSG itu beriringan dengan peningkatan return saham. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 50 emiten dari 540 perusahaan meningkat lebih dari 90% selama 30 Desember 2015-30 Desember 2016. Potensi keuntungan terbesar dari kenaikan harga saham jika investor mengakumulasi saham sejak akhir tahun 2015 hingga 30 Desember 2016.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2016 naik menjadi 5.296 poin, meningkat 15,32% dibandingkan posisi akhir tahun 2015. Pencapaian IHSG pada 2016 merupakan pertumbuhan pasar saham tertinggi kelima diantara bursa-bursa utama dunia serta tertinggi kedua di kawasan Asia Pasifik. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan bursa pada 2016 mampu mencatatkan beberapa rekor baru sepanjang sejarah. Salah satunya saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pernah mencapai rekor tertinggi 433 ribu kali dalam sehari, yang menandakan bahwa saham yang terdaftar di bursa cukup likuid. BEI juga mencapai level kapitalisasi pasar tertinggi hingga Rp 5.890 triliun. “Kami juga mencapai titik tertinggi per tahun untuk jumlah investor hingga 180 ribu,” ungkap Tito.

Harga saham Pelat Timah tercatat sebagai saham yang memberikan imbal hasil tertinggi kepada investor. Harga saham Pelat Timah pada 30 Desember 2016 naik menjadi Rp 2.250 atau melejit 4.400% dari Rp 50 di akhir tahun 2015. Posisi kedua diduduki saham PT Indofarma Tbk dengan kenaikan mencapai 2.525%. Ada pula PT Barito Pacific Tbk yang harga sahamnya naik 2.686%, PT Barito PAcific Tbk sebesar 1.027%, saham PT Semen Baturaja Tbk sebesar 859%, dan saham PT Delta Dunia Makmur Tbk meningkat 844%.

PP Properti (PPRO), misalnya, berencana menggelar right issue dengan target dana Rp1,6 triliun di kuartal I tahun 2017. Menyinggung PP Properti, Reza menyebutkan investor dipengaruhi persepi positif investor yang melihat PP Properti sebagai perusahaan BUMN dan anak usaha dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. “Meski ada unsur spekulatif, pertumbuhan harga PPRO dibarengi anggapan mengenai perusahaan BUMN yang baik karena bisnisnya dinilai baik dan proyek pembangunan apartemen berjalan lancar sehingga memberikan persepsi positif bagi investor,” tuturnya.

Disusul oleh saham PT PP Properti Tbk yang naik sebesar 664%, PT Sunson Textile Manufacture Tbk sebesar 592%, PT Capitol Nusantara Indonesia (559%), PT Indika Energy Tbk sebesar 541%, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk 499%. Menanggapi peningkatan harga saham tersebut, Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, mengemukakan, mayoritas saham itu tergolong saham lapis kedua. “Menurut saya, saham-saham yang return-nya tinggi itu saham-saham lapis kedua, termasuk saham second liner BUMN,” kata Satrio. Investor memborong saham itu disebabkan berbagai faktor. Reza Priyambada, Analis Senior PT Binaartha Sekuritas, menyebutkan, investor mengapresiasi saham itu karena pengumuman right issue, proyeksi bisnis perusahaan, keterbukaan informasi perubahaan direksi, rumor pasar, dan tren peningkatan harga komoditas global. “Sehingga, hal itu memicu persepsi dan ekpektasi investor yang cukup tinggi kepada saham perusahaan tertentu,” Reza menerangkan.

Perdagangan saham produsen timah itu, menurut Reza, agak tidak wajar. BEI pada 15 Desember tahun ini menghentikan sementara perdagangan saham NIKL di pasar reguler dan tunai. Anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. ini memperoleh untung US$ 1,76 juta pada kuartal III/2016 dari rugi US$ 6,5 juta pada periode yang sama tahun 2015. Namun, Reza menggarisbawahi harga timah di London Metal Exchange menunjukkan peningkatan. Dia berpendapat, persepsi positif investor terhadap NIKL dipengaruhi proyeksi bisnis perusahaan serta harga saham NKIL yang cukup murah.

Selanjutnya, Reza menegaskan, unsur spekulatif bukanlah hal yang tabu. Hanya saja, ia mengimbau investor untuk meminimalisasi aksi spekulasi agar bisa meminimalisasi risiko berinvestasi ketika mentransaksikan saham lapis kedua. Karena itu, para pemodal sebaiknya memilih perusahaan yang fundamentalnya cerah di masa mendantang. “Pengumuman rencana investasi, right issue, pembagian dividen, kinerja keuangan yang cukup baik, dan konsisten menyampaikan keterbukaan informasi harus dipertimbangkan investor,” kata Reza. Lain halnya dengan gejala peningkatan harga saham Pelat Timah. Reza dan Satrio sama-sama tidak bisa mengurai lebih lanjut faktor yang mendongkrak harga saham perusahaan berkode NIKL ini. “Peningkatan harga NIKL agak spekulatif,” ujar Satrio.

Kendati demikian, Satrio mengingatkan investor selektif memilih saham yang bagus fundamentalnya. ”Contohnya, Indofarma, PP Properti, Krakatau Steel, PT Kimia Farma Tbk., dan PT Aneka Tambang Tbk,” ungkapnya. Secara umum, sebagian besar saham yang imbal hasilnya tinggi ini berasal dari sektor barang konsumsi, pertambangan, dan industri dasar. “Itu menu tahun ini, kalau tahun depan menunya adalah saham pertambangan, perdagangan dan infrastruktur. Setiap tahun, saham sektoral yang mendominasi saham yang return-nya tinggi itu berubah-ubah,” kata Reza. Sebagai contoh, saham perikanan, infrastruktur dan logistik pernah mendominasi daftar saham yang imbal hasilnya tinggi pada 2014. Ketika itu, Joko Widodo yang baru terpilih sebagai presiden mengumumkan rencana pembangunan infrastruktur dan maritim. Hal itu memberi sentimen positif bagi investor untuk memborong saham yang disebutkan itu.

Agar terhindar dari risiko kerugian, Eko menyarankan investor untuk membagi komposisi modal antara investasi jangka panjang dan trading jangka pendek. “Untuk investasi jangka panjang, dana investor dibelikan saham blue chip. Komposisi dananya sekitar 70% dari jumlah modal. Lalu, sisanya yang 30% digunakan untuk trading yang horison investasinya jangka pendek,” dia menjelaskan tip berinvestasi saham yang ideal. Komposisi dana itu, Eko melanjutkan, bisa berubah menjadi 50:50 ketika pasar saham sedang menguat agar investor bisa merealisasi keuntungan yang cukup tinggi.

Investor disarankan Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, untuk memisahkan rekening efek antara investasi jangka pendek dan jangka panjang. Pemisahan rekening efek itu bertujuan untuk mengelola risiko dan menyesuaikan target investasi si investor. Dia mengimbau investor untuk disiplin saat mencapai target return atau cut loss saat mentranskasikan sahamnya dalam jangka pendek. “Return dari berinvestasi saham itu memang menarik, tetapi risikonya juga tinggi, khususnya saham-saham lapis kedua yang pergerakan sahamnya cukup fluktuatif,” ucap Eko.

Sedangkan, nilai total kapitalisasi pasar tembus Rp 5.500 triliun lebih. “Oleh karena itu kita harus refleksi karena kapitalisasi pasar naik tajam, namum perusahaan yang masuk sedikit itu bukan indikator yang sehat dan membanggakan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan perdagangan BEI pada awal Januari ini. Dia menghimbau seluruh pelaku pasar baik OJK, SRO, dan emiten melakukan upaya yang dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap bursa efek. Pemerintah akan mendukung calon emiten untuk melantai di bursa melalui kebijakan-kebijakan yang ramah dengan harapan bisa berkontribusi ke pembangunan.”Kita akan keluarkan policy yang mendorong agar mudah masuk bursa dan bukan ekslusif tapi sifatnya inklusif yang bisa dilakukan perusahaan tak hanya besar tapi juga menengah kecil dan tak hanya perusahaan yang ada di Jakarta tapi juga di daerah,” tutur Sri Mulyani. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menambahkan kepercayaan investor ke pasar modal Indonesia kini mulai meningkat dan menjadi alternatif pembiayaan jangka panjang.

Dari segi perencana keuangan, penyabet gelar Registered Financial Associate ini mengharapkan pemodal mampu disiplin dalam mengelola portofolio saham. Selain itu, si investor disarankan mendiversifikasi aset di instrumen investasi yang berisiko konservatif dan moderat, seperti emas dan obligasi. Hingga akhir 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki 540 emiten dari tahun sebelumnya 524 atau hanya mencatatkan kenaikan jumlah emiten sebanyak 16 emiten. Jumlah tersebut terendah dalam tujuh tahun terakhir. Berdasarkan data BEI, total dana yang diraup dari hasil penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) dari 16 emiten sekitar Rp 12,10 triliun.

Data Neraca Perdagangan Masih Direspons, IHSG Menguat | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

Di akhir sesi I, IHSG menguat 0,22% atau 11,55 poin ke level 5.281,56, setelah dibuka dengan pelemahan tipis 0,06% atau 3,09 poin di level 5.266,92.

 Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat di akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (17/1/2017).

Sebanyak 143 saham menguat, 129 saham melemah, dan 269 saham stagnan dari 541 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tujuh dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak positif dengan support utama dari sektor infrastruktur yang menguat 0,74% dan sektor aneka industri yang naik 0,55%.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG telah bergerak di kisaran 5.265,60 - 5.287,12.

IHSG menguat di saat pergerakan indeks saham lainnya di Asia Tenggara cenderung beragam. Indeks FTSE Malaysia KLCI menguat 0,30%, indeks FTSE Straits Time Singapura melandai 0,28%, indeks SE Thailand menguat 0,30%, dan indeks PSEi Filipina melemah 0,58%.

Adapun sektor perdagangan dan tambang masing-masing turun 0,45% dan 0,02%.

IHSG menguat di saat pergerakan indeks saham lainnya di Asia Tenggara cenderung beragam. Indeks FTSE Malaysia KLCI menguat 0,30%, indeks FTSE Straits Time Singapura melandai 0,28%, indeks SE Thailand menguat 0,30%, dan indeks PSEi Filipina melemah 0,58%.

Kepala Riset Indosurya William Surya Wijaya mengatakan penantian terhadap laporan kinerja emiten masih menjadi salah satu faktor yang membuat IHSG betah berada dalam fase konsolidasi wajar.

PT Indosurya Securities memprediksikan penguatan IHSG pada perdagangan hari ini, didorong oleh rilis neraca perdagangan dan prediksi membaiknya laporan kinerja emiten 2016.
Ditambah, rilis data perekonomian neraca perdagangan yang terlansir dalam kondisi masih surplus menunjukkan bahwa kondisi perekonomian masih dalam keadaan terkendali. "Sehingga hari ini IHSG berpotensi menguat," katanya dalam riset.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,13% atau 17 poin ke Rp13.345 per dolar AS pada pukul 12.03 WIB.

Menurutnya, prediksi kinerja emiten 2016 yang akan menunjukkan hasil yang cukup bagus mendorong IHSG menuju ke arah yang lebih tinggi.