Engar ingin meningkatkan gairah produksi petani lokal | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan, hal ini akan diterapkan pemerintah sebagai salah satu upaya mendongkrak gairah petani lokal untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura.
"Saya mengajak mereka menyerap produk pertanian kita untuk membuat keseimbangan. Ada wajib serap dengan presentase tertentu yang mereka bisa pasarkan di dalam negeri," ungkap Enggar di kantornya, Rabu malam (11/1).
Pemerintah akan membuat kebijakan mewajibkan para importir hortikultura untuk menyerap hasil produksi sayur dan buah yang dihasilkan oleh petani dalam negeri.
Selain meningkatkan gairah produksi petani lokal, Enggar meyakini, upaya wajib serap ini akan mampu memberikan jaminan kepada petani bahwa semua hasil produksinya akan terserap. Sehingga tak ada kekhawatiran yang membebani petani bila hasil produksinya melimpah, namun tak terserap pasar dalam negeri.
Pasalnya, lanjut Enggar, importir memiliki keunggulan jaringan distribusi yang sangat dibutuhkan pemerintah dan petani lokal untuk menjual hasil produksi hortikultura.
Enggar menjelaskan, saat importir menyerap hasil produksi hortikultura dalam negeri, diharapkan para importir mampu menjualnya di dalam negeri maupun melakukan ekspor ke beberapa negara.
Kemudian, peran importir ini akan disinergikan dengan pemetaan sentra-sentra produksi hortikultura di Tanah Air sesuai dengan data dari Kementerian Pertanian.
"Kami rangsang untuk ekspor, kami juga menyampaikan daerah yang potensial untuk menyerap produk pertanian. Kita dorong dan mereka juga punya jaringannya," jelas Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu.
Lalu, Kemendag juga akan memberikan konsultasi kepada para importir terkait negara-negara tujuan ekspor. Sehingga skema distribusi kian rapi dijalankan oleh petani, pengusaha, dan pemerintah.
Terkait negara-negara tujuan ekspor, Enggar rupanya telah membidik sejumlah negara, yakni Afrika, India, Pakistan, Euarasia, dan China. Namun, dirinya masih memetakan komoditas hortikultura apa saja yang cocok dijual ke beberapa negara tersebut.
"Ini baru sosialisasi, dalam beberapa saat kita lihat apa yang terjadi. Baru kemudian kita ambil beberapa langkah. Jangan drastis," tekannya.
Adapun saat ini, Enggar telah memberikan sosialisasi secara langsung kepada para importir terkait kebijakan yang akan diterapkan pemerintah. Sementara ketentuan jumlah serapan hasil produksi hortikultura belum ditentukan oleh kementeriannya.
Pagi-Pagi, Mendag Cek Harga Bahan Pokok di Pasar Koja Baru | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Pagi ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Koja Baru Jakarta Utara dalam rangka mengecek harga bahan pokok menjelang setelah musim liburan berakhir.
Pedagang daging sapi beku menjadi tempat persinggahan Enggartiasto dalam sidak ini. Ia menanyakan mengenai kesegaran dan harga daging beku yang dijual sambil memegang dan menepuk-nepuk daging sapi beku.
"Sekilo daging beku berapa? Rp80.000, daging kerbau? Oh Rp65.000, kalau daging lokal? Rp120.000, oke terimakasih pak," ungkapnya sambil bersalaman dengan pedagang sapi, Kamis (12/1/2017).
Mendag sampai di lokasi pukul 6.45 bersama rombongan dan langsung naik ke lantai 2 pasar yang khusus menjual sayur, ikan dan daging.
Setelah itu, Enggartiasto melanjutkan perjalanan menuju pedagang sayuran dan bertanya kepada salah satu pedagang sayuran mengenai harga wortel dan asal datangnya sayuran.
Pukul 7.00 WIB, Mendag sarapan lontong sayur di ruangan yang sudah disediakan oleh pengelola pasar dan pukul 7.17 WIB, Enggartiasto meninggalkan pasar Koja Baru dan akan melanjutkan perjalanan ke lokasi Pasar kedua yang direncanakan di pasar Rawamangun.
"Barang datang dari Pasar Induk tadi malam. Wortel impor Rp20.000 per kg, lokal Rp12.000 per kg," ungkap Pedagang sayur di Pasar Koja Baru Kardi.
Pagi-pagi, Mendag Blusukan ke Pasar Cek Harga Daging | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita pagi hari ini diagendakan menyambangi 3 pasar besar di wilayah DKI Jakarta.
Blusukan kali ini sengaja dilakukan guna mengetahui secara langsung permasalahan harga-harga komoditas inti yang belakangan ini mengalami kenaikan, terutama cabai rawit merah.
Enggar sapaan akrab orang nomor satu di Kementerian Perdagangan ini, akan menyambangi Pasar Koja Baru Jakarta Utara, Pasar Rawamangun Jakarta Timur, dan Pasar Senen Jakarta Pusat.
Mantan Ketua Real Estate ini menyebutkan, rata-rata harga daging sapi yang berada di Pasar Koja Rp 80.000 per kg untuk daging sapi beku.
Blusukan kali ini, Enggar didampingi oleh Direktur Komersil Perum Bulog Karyawan Gunarso, Kepala Divisi Regional Bulog Mansur.
"Tadi lihat sendiri, harganya Rp 80.000 per kg," tambahnya.
Namun, tidak hanya cabai, Enggar yang tiba pada pukul sekitar 06.40 WIB di Pasar Koja Baru ini langsung melakukan peninjauan ke lokasi penjualan daging sapi.
"Di sini (Pasar Koja) untuk meninjau harga daging," kata Enggar di Pasar Koja, Jakarta, Kamis (12/1/201).
Diketahui, produk-produk komoditas belakangan ini memang masih menjadi polemik, apalagi soal harga jual cabai rawit merah yang sampai saat ini masih dijual rata-rata Rp 120.000 per kg. Harga daging sapi juga rata-rata dijual Rp 120.000 per kg.
Usai berkeliling, Enggar langsung bersantap jajanan pasar dengan menu ketupat sayur.