Tingkat inflasi IHK yang tetap cenderung rendah | PT Rifan Financindo Berjangka
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Desember 2016 mencapai 0,42 persen. Adapun inflasi komponen inti pada Desember 2016 mencapai 0,23 persen dan inflasi komponen inti tahun kalender 2016 mencapai 3,07.
Bank Indonesia (BI) mengapresiasi tingkat inflasi IHK yang tetap cenderung rendah dan sesuai target 4 plus minus 1 persen untuk tahun 2016.
“Saya menyambut baik bahwa dua tahun ini inflasi ada di kisaran 3,3 persen dan di tahun 2016 ada di kisaran 3 persen,” ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Dengan demikian, inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2016 dan tingkat inflasi secara tahunan Desember 2016 mencapai 3,02 persen.
Meskipun inflasi IHK tahun 2016 masih terkendali, Agus menyebut masih ada beragam tantangan yang dapat mempengaruhi inflasi pada tahun 2017.
Selain itu, Agus pun menyatakan pentingnya tetap mengendalikan agar harga pangan yang bergejolak atau volatile food pada level yang rendah. Dengan demikian, target inflasi pada tahun 2017 ini tetap dapat tercapai.
Ia menuturkan, tantangan tersebut antara lain adalah pengurangan subsidi listrik 900 VA dan pengurangan subsidi gas elpiji ukuran 3 kilogram.
Inflasi pada Desember 2016 terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran.
“Kami sudah dengar bahwa (tarif) listrik 900 VA akan dikurangi subsidinya, begitu juga dengan (gas) elpiji 3 kilogram. Jadi, ini area yang perlu diwaspadai,” jelas Agus.
Yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,50 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok sandang sebesar 0,46 persen.
Kemudian kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,05 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,12 persen.
Lalu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,18 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen.
Sepanjang Desember, Inflasi Tercatat 0,42 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, laju inflasi Desember 2016 bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan Desember 2015 yang mencapai 0,96 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi di sepanjang Desember 2016 mencapai 0,42 persen atau mengalami penurunan tipis bila dibandingkan dengan inflasi November 2016 sebesar 0,47 persen.
“Inflasi Desember 2016 juga merupakan laju inflasi terendah sejak beberapa tahun terakhir, yakni sejak tahun 2010," tutur Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Selasa (3/2).
Adapun beberapa komponen yang mempengaruhi rendahnya inflasi, yakni stabilnya harga sejumlah bahan makanan di sepanjang Desember 2016, termasuk jelang perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2017.
"Harga bahan makanan sangat terkendali. Sejumlah harga justru mengalami deflasi, seperti cabai merah, tomat sayur, dan beras sangat stabil. Bahan makanan sangat bagus sekali," jelas Suhariyanto.
Secara tahunan (year-on-year/yoy) tingkat inflasi sepanjang tahun 2016 sebesar 3,02 persen atau lebih rendah bila dibandingkan inflasi 2015 sebesar 3,35 persen.
Secara berurutan, indeks kelompok yang mengalami inflasi, yakni bahan makanan sebesar 0,5 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,45 persen, kesehatan 0,32 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,18 persen, dan pendidikan, rekreasi, olahraga 0,05 persen.
"Semantara indeks kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 0,46 persen," imbuhnya.
Berdasarkan data BPS, indeks kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi, yakni transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,12 persen atau memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,2 persen.
"Ini karena adanya peningkatan pada tarif angkutan udara dan pulsa ponsel. Lalu ada juga sumbangan dari harga bensin namun relatif kecil dan juga tarif kereta api," katanya.
Suhariyanto menerangkan, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei BPS mencatat terdapat 78 kota yang mengalami inflasi. Sementara, 4 kota lainnya malah mengalami deflasi.
Sementara kota yang mengalami deflasi adalah Manado dengan laju deflasi mencapai minus 1,52 persen.
"Laju inflasi tertinggi terjadi di Lhouksemawe sebesar 2,25 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Padangsidempuan dan Tembilahan sebesar 0,02 persen," terang Suhariyanto.
Cabai Merah dan Rokok Penyumbang Inflasi Terbesar di 2016 | PT Rifan Financindo Berjangka
Angka laju inflasi sepanjang 2016 lalu tercatat 3,02%. Harga cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
Meski begitu, Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, mengatakan laju inflasi di 2016 merupakan yang terendah sejak 2010.
Dia mengatakan, harga beras dan bawang merah turun, Lalu harga cabai merah juga mengalami penurunan di Desember. Tapi ada catatan khusus untuk harga cabai rawit di Desember yang harganya naik.
Dalam laporannya, BPS menyampaikan, laju inflasi di Desember 2016 mencapai 0,42%, Menurut Suhariyanto, inflasi di Desember terkendali.
"Karena harga bahan makanan stabil sekali," ujar Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Berikut daftar penyumbang inflasi terbesar di 2016 menurut data BPS:
- Cabai merah memberikan andil inflasi 0,35%
- Rokok Kretek Filter memberikan andil inflasi 0,18%
- Bawang merah memberikan andil inflasi 0,17%
- Tarif angkutan udara memberikan andil inflasi 0,13%
- Bawang putih memberikan andil inflasi 0,11%
- Tarif pulsa ponsel memberikan andil inflasi 0,10%
- Ikan segar memberikan andil inflasi 0,09%
- Rokok kretek memberikan andil inflasi 0,09%
- Tarif kontrak rumah memberikan andil inflasi 0,9%
- Tarif sewa rumah memberikan andil inflasi 0,9%