Terbaru

Didorong Kebijakan Trump, Indeks Dow Mencapai Level 20.000

Indeks S&P 500 dan indeks nasdaq Composite juga hampir mencapai rekor baru | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Bursa saham di Amerika Serikat (AS) pada Rabu (25/1/2017) waktu setempat atau Kamis waktu indonesia, merangkak naik, bahkan indeks Dow Jones Industrial Average naik ke level 20.000 untuk pertama kalinya.

Trump sendiri sudah membuat sejumlah kebijakan yang sangat ramah terhadap bisnis sejak mulai bekerja pada Jumat pekan lalu. Termasuk menandatangani aturan untuk mereduksi hambatan bagi manufaktur domestik dan mempercepat pembangunan dua pipa minyak.

Dorongan positif bursa tersebut didorong oleh optimisme atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang pro dengan kebijakan inisiatif pertumbuhan dan kenaikan ini kembali mendorong reli kenaikan sejak pilpres AS pada 8 November 2016 lalu. 

Indeks Dow hampir mencapai level historis pada 6 Januari lalu, saat semua investor berestimasi akan adanya kebijakan yang pro pertumbuhan ala Trump serta adanya pemangkasan pajak. 

Indeks S&P 500 dan indeks nasdaq Composite juga ditutup dengan posisi kenaikan yang hampir mencapai rekor baru. 

Namun, investor tetap masih dalam posisi menunggu sebab mereka masih menunggu kejelasan dalam kebijakan administrasi baru ini, yang arahnya susah ditebak. 

"Kami ingin melihat sektor keuangan terus membaik sebab selama ini sektor inilah yang memimpin," lanjut dia. 

"Ini merupakan tonggak sejarah dan pasar fokus pada dua bulan perdagangan yang baik. Dan hal ini menimbulkan pertanyaan besar, akan seperti apa nantinya," kata Julian Emanuel, equity strategist UBS di New York. 

Indeks S&P 500 naik 18,30 poin atau naik 0,80 persen ke level 2.298,37. 

Sedangkan indeks Nasdaq Composite naik 55,38 poin atau naik 0,99 persen ke level 5.656,34.

Trump sendiri memberikan kicauan di Twitter resminya atas pencapaian indeks Dow:"Great!#Dow20K".

Pada perdagangan Rabu, indeks Dow ditutup naik 155,80 poin atau naik 0,78 persen ke level 20.068,51. 

Wall Street Ditutup di Level Tertinggi Dipicu Laba Positif | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 155,80 poin atau 0,78% menjadi berakhir di 20.068,51 poin. Sementara indeks S&P 500 ditutup naik 18,30 poin atau 0,80% menjadi 2.298,37 poin, dan indeks komposit Nasdaq bertambah 55,38 poin atau 0,99% menjadi 5.656,34 poin.

Saham-saham Wall Street memperpanjang kenaikan pada Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Dow ditutup di atas tingkat 20.000 poin untuk pertama kalinya, karena investor mencerna sejumlah laporan laba perusahaan yang secara umum positif.

Saham pembuat pesawat itu melonjak 4,24% menjadi USD167,36 setelah merilis hasil kuartalan perusahaan yang kuat.

Sebelum bel pembukaan Rabu, Boeing Company mengumumkan pendapatan kuartal keempat sebesar USD23,3 miliar, dengan laba per saham GAAP sebesar USD2,59 dan laba inti per saham (non-GAAP) USD2,47, yang mencerminkan eksekusi yang solid secara keseluruhan pada program produksi dan jasa.

Data terbaru dari Thomson Reuters menunjukkan bahwa laba gabungan perusahaan-perusahaan S&P 500 di kuartal keempat 2016 diperkirakan naik 6,8% secara tahun ke tahun, sementara pendapatannya diperkirakan meningkat 4,1%.

United Technologies, komponen Dow lainnya, juga mencatat laba dan pendapatan kuartalan yang kurang lebih sesuai dengan harapan Wall Street. Sahamnya turun 0,58% menjadi USD110,96.

Beberapa analis percaya bahwa perintah eksekutif baru Presiden AS Donald Trump juga mendorong sentimen "bullish" pada Wall Street.

Dow ditutup di atas 19.000 untuk pertama kalinya pada 22 November dan telah meningkat sekitar 9,0 persen sejak hari pemilihan presiden AS pada 8 November tahun lalu.

Saham-saham AS membukukan keuntungan yang kuat setelah Trump memenangkan pemilihan presiden, karena investor bertaruh bahwa ia akan mengejar pemotongan pajak perusahaan besar-besaran, melakukan deregulasi, dan belanja infrastruktur.

Trump Presiden, Dow Jones Sentuh 20.000 Poin | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Indeks Industrial Dow Jones mencapai angka 20.000 poin untuk pertama kalinya, Rabu (25/1), menguat 1.667 poin sejak Donald Trump memenangkan pemilu November. 

Wall Street jelas meyakini rencana Trump untuk memangkas pajak, meningkatkan pengeluaran infrastruktur dan memotong regulasi akan membuat perekonomian AS tumbuh lebih cepat. 

Hal ini disebut sebagai bukti optimisme investor terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat. 

“Pasar saham telah menunjukkan persetujuannya untuk Trump. Hari-hari bahagia kembali lagi,” kata Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research

Namun, lonjakan saham juga mencerminkan ekonomi solid yang diwariskan Presiden Barack Obama, pendahulunya. AS telah menambah lapangan pekerjaan untuk 75 bulan secara terus menerus.  

Jika hal ini terjadi tanpa adanya gangguan pada pasar global, maka keuntungan korporat bisa melambung.

Angka ini tercatat sebagai rekor dan jumlah pengangguran sekarang hampir berada di titik terendah dalam 10 tahun. 

Kenaikan sebesar 13.500 poin sejak saat itu didorong oleh pemulihan ekonomi yang konsisten, meski tidak sempurna. Didukung pula oleh program stimulus bank sentral AS dan bunga nyaris nol persen. 

Pencapaian Dow Jones juga menunjukkan seberapa banyak perubahan yang terjadi di perekonomian AS selama delapan tahun belakangan. Indeks sempat jatuh ke angka 6.440 pada Maret 2009, membuat Wall Street khawatir akan kejatuhan sepenuhnya sistem finansial AS. 

Walau rebound terjadi lebih lambat daripada yang diharapkan, angka pengangguran kini berada di titik terendah sejak 2007 dan keuntungan korporat mencapai titik tertinggi. 

Tidak banyak yang memperkirakan Dow Jones akan meningkat sebegitu pesat, terutama setelah Trump terpilih jadi Presiden. Bahkan, banyak pihak khawatir pasar akan jatuh jika Trump membuat marah Hillary Clinton.

“Perekonomian berkembang banyak dalam delapan tahun. Secara keseluruhan, perekonomian kini lebih sehat dan sesuai dengan pasar saham yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu,” kata David Kelly, kepala strategi global di JPMorgan.