MRT diklaim telah mencapai 62 persen | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Pekerjaan konstruksi yang tengah berlangsung mencakup area depo MRT, pembuatan fondasi kolom jalur dan kolom stasiun layang, pembangunan struktur boks stasiun tanah, pembuatan terowongan jalur bawah tanah, pembangunan cooling tower ventilation tower (CTVT) dan pembangunan pintu masuk stasiun bawah tanah.
PT MRT Jakarta terus mengebut pengerjaan proyek mass rapid transportation (MRT). Saat ini, progress MRT diklaim telah mencapai 62 persen dan ditargetkan beroperasi penuh pada Februari 2019 mendatang.
Direktur Operasional dan Pemeliharaan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengungkapkan, tahap pembangunan konstruksi ditargetkan tuntas pada pertengahan 2018 mendatang.
Upaya optimalisasi pembangunan MRT Jakarta yang juga dilakukan, antara lain yaitu pembangunan stasiun layang Lebak Bulus - Sisimangaraja, akselerasi konstruksi sipil, persiapan operasi, termasuk pemeliharaan menuju operator berstandar internasional didampingi oleh konsultan Jepang dan Indonesia.
"Dari aspek konstruksi, rata-rata sudah 62 persen. Sedangkan, untuk pengoperasionalan yang kita lakukan sekarang adalah pembuatan manual-manual dan SOP (Standard Operational Procedure)," ujarnya, Rabu (21/12).
Setiap kereta akan dioptimalkan sampai 200 persen, sehingga mampu mengangkut 330 orang sekali jalan. Ini berarti, untuk setiap satu rangkaian kereta diprediksi mampu menampung penumpang hingga 2.000 orang.
Usai masa konstruksi selesai, MRT Jakarta akan melakukan uji coba operasional (trial run) sebelum dioperasikan penuh secara komersial pada 2019 mendatang. Untuk fase pertama (Lebak Bulus - Bundaran HI), perseroan akan menyiapkan 16 rangkaian kereta yang masing-masing rangkaiannya terdiri dari 6 kereta.
Di samping persiapan teknis, MRT Jakarta juga menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menjadi tenaga operasional, seperti masinis hingga mekanik. MRT Jakarta juga akan mendesak perubahan sejumlah Peraturan Menteriterkait tenaga operasional angkutan kereta.
"Selama ini, peraturan menteri yang ada hanya mengatur untuk kereta yang sudah ada saat ini, jadi misalnya harus ada syarat jam mengemudi berapa lama. Sedangkan MRT ini sama sekali baru. Itu perlu disesuaikan. Kami akan bertemu dengan Kementerian Perhubungan untuk siapkan ini," kata Agung.
Agung menjelaskan, jumlah tersebut masih tergolong wajar jika dibandingkan dengan kapasitas angkutan kereta lainnya, yaitu Commuterline Jabodetabek yang dinilai sudah kelebihan penumpang.
"Estimasi kami, tingkat keterisian bisa mencapai 200 persen. Artinya, kalau 100 persen semua tempat duduk terisi, kemudian ada pegangan berdiri itu 100 persen. Kami hitung sampai 200 persen itu 330 per kereta. Itu masih bisa gerak, KRL Commuterline mungkin 250 persen," imbuhnya.
Rencananya, dua tahun mendatang, MRT Jakarta akan merekrut sekitar 500 orang karyawan baru, dimana sebanyak 400 orang akan ditugaskan di bidang operasional.
MRT Jakarta juga telah merekrut dan mengirim sebanyak 130 orang untuk menjalani pelatihan di Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) di Madiun, Jawa Timur, dan ke Jepang untuk mempelajari teknologi MRT.
Untuk Fase 1, MRT Bakal Operasikan 14 Rangkaian Kereta | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Direktur Operasional dan Perawatan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, untuk fase 1, pihaknya akan menyiapkan sebanyak 96 kereta atau 16 rangkaian, di mana masing-masing rangkaian terdiri dari 6 kereta. Namun dari 16 rangkaian kereta tersebut, tidak semuanya akan dioperasikan.
PT MRT Jakarta terus menggenjot proses pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) koridor selatan-utara fase 1 Lebak Bulus-Bundaran HI. Rencananya, fase ini bisa segera beroperasi pada Februari 2019 mendatang.
Untuk masing-masing gerbong lanjut Agung, memiliki kapasitas maksimal 330 orang atau sekitar 1.980 orang per rangkaian. Itu terdiri dari kapasitas di tempat duduk, di pegangan berdiri dan berdiri tanpa alat pegangan. Meski demikian, dia memastikan dengan kapasitas maksimal tersebut masih nyaman untuk para pengguna MRT.
"Fase 1 ada 96 kereta dan masing-masing rangkaian terdiri dari 6 kereta. Jadi kita punya 16 rangkaian, yang akan dioperasikan sekitar 14 rangkaian, yang 2 rangkaian untuk back up," ujar dia di Kantor MRT, Jakarta, Rabu (21/12/2016).
"Daya angkut kapasitas maksimal 330 orang per gerbong , itu maksimal dengan kapasitas hampir 200 persen. Artinya kalau 100 persen semua tempat duduk terisi, kemudian ada pegangan berdiri. Kita hitung sampai 200 persen itu 330 per gerbong. Itu masih bisa gerak. KRL saja mungkin 250 persen," kata dia.
"Antara 5-6 menit di jam peak. Jadi setiap 5 menit ada kereta datang. (Jam sibuk) Kira-kira antara pukul 5.30 atau 6.00 sampai jam 9.00. Untuk sore pukul 16.00 sampai 19.00. Yang jelas kita total beroperasi 20 jam per hari," tandas dia.
Agung juga menyatakan, untuk jam sibuk, rentang waktu kedatangan antar kereta akan berkisar antara 5-6 menit. Hal ini untuk memastikan agar tidak terjadi penumpukan pengguna di stasiun MRT pada jam-jam sibuk tersebut.
PLN Siap Pasok Kebutuhan Listrik MRT | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Silvia Halim mengatakan, perjanjian tersebut bertujuan menjaga kebutuhan listrik untuk menunjang operasional MRT.
Adapun cakupan suplai listrik tersebut meliputi, stasiun serta depo MRT dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI.
PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dan PT PLN (Persero) melakukan penandatanganan surat perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL).
"Perjanjian jual beli ini menjamin ketersediaan listrik untuk operasional MRT Jakarta secara keseluruhan tanpa terputus dan menjamin adanya pemeliharaan sistem yang baik dari PT PLN (Persero)," ujar Silvia di Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Gardu Induk di Taman PKK Sambas dijadwalkan aktif pada bulan Desember 2017.
Saat ini, PT MRT Jakarta tengah membangun gardu induk 150 kilo volt (kv) di Taman PICK Sambas, Jakarta Selatan, dan sistem Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kv yang akan tersambung ke Gardu Induk PLN di Pondok Indah dan Gardu Induk PLN di CSW.
Kepala Divisi Operasional Regional Jawa Bagian Barat PLN, Nyoman Astawa mengatakan, pihaknya akan mendukung dan mensuplai listrik untuk kebutuhan MRT Jakarta.
"Kami PLN sebagai penyedia infrastruktur, sangat mengerti PT MRT Jakarta yang juga merupakan penyedia infrastruktur, jadi kami akan terus memberikan dukungan. Mudah-mudahan ini merupakan awal goal yang kita harapkan, yakni supaya PLN bisa menyiapkan suplai listrik yang dibutuhkan MRT," ucap Nyoman.
Kerja sama antara PT MRT Jakarta dan PT PLN (Persero) ini menurut pihak MRT merupakan bagian dari penyelesaian pekerjaan konstruksi MRT Jakarta koridor Selatan - Utara Fase 1 (Lebak Bulus - Bundaran HI) yang sejauh ini telah mencapai 62 persen.