Ragam perayaan Hari Ibu di berbagai negara | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
Hari Ibu dirayakan dengan berbeda di setiap negara. Meski waktu dan perayaan berbeda, tetapi tetap tidak mengubah makna yang ada. Berikut perayaan Hari Ibu di berbagai negara, dikutip dari Afar, Kamis (22/12/2016).
APAKAH Anda memiliki kejutan istimewa di Hari Ibu ? Memberinya lipstik atau scarf yang diidamkannya mungkin jadi ide yang amat bagus. Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember ini menjadi momen spesial bagi setiap ibu di Indonesia.
Inggris
Dirayakan setiap hari Minggu kedua di bulan Mei. Para ibu dihadiahi kartu ucapan, cokelat, bunga, dan lainnya. Setiap Hari Ibu, makanan spesial yang terhidang adalah fruitcake tradisional dengan 12 marzipan di atasnya. Kue ini disebut simnel cake.
Bolivia
Setiap ibu adalah pahlawan bagi setiap anak. Berakar dari Dia de la Madre, seorang pahlawan Bolivia yang berjuang untuk memerdekakan negaranya pada 1812. Di sebuah kota kecil bernama Cochabamba, ratusan perempuan berusaha melindungi anak mereka dari invasi Spanyol dengan menaiki San Sebastian Hill kala itu. Dalam memperingati keberanian para wanita dan sang pahlawan, Hari Ibu dirayakan setiap 27 Mei dengan pemberian hadiah.
Jepang
Anyelir dan mawar adalah hadiah utama dan spesial di Hari Ibu atau Ha No Hi. Sang anak biasanya bangun lebih awal dan menyambut ibu mereka dengan 'Haha no Hi!' (Selamat Hari Ibu!). Bunga-bunga ini melambangkan cinta kasih dan loyalitas.
Nepal
Di Nepal, Hari Ibu dikenal sebagai Mata Tirtha Aunsi dan jatuh pada sekitar bulan April atau Mei, menurut kalender Lunar. Keluarga dan anak-anak berkumpul untuk merayakan Hari Ibu dengan berbagai hadiah. Untuk mengenang jasa ibu yang sudah meninggal, keluarga memiliki tradisi berziarah ke Mata Tirtha Pond. Dikatakan, orang yang mandi di sana akan mendatangkan keselamatan bagi orang yang meninggal dan membawa kemakmuran bagi keluarga mereka.
Thailand
Wan Mae atau Hari Ibu di Thailand jatuh pada 12 Agustus, yang mana bertepatan dengan ulang tahun Ratu Srikit. Ia disebut sebagai ratu dari semua Ibu untuk masyarakat Thailand. Lampu berlapis emas, dekorasi mewah, parade ceria di kota besar, begitulah semarak Hari Ibu dirayakan.
Ibu, Guru Pertama bagi Anak | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
SETIAP 22 Desember, kita memperingati dan merayakan Hari Ibu. Satu peringatan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Sejarah peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Mereka mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.
Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat di mana kita mengenang semangat dan perjuangan perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu. Berbagai kegiatan dan hadiah diberikan untuk para ibu, seperti memberikan “kado istimewa”, bunga, aneka lomba untuk para ibu, atau ada pula yang membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.
Satu keputusan kongres tersebut adalah membentuk Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No.316 Tahun 1959. Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad 19, seperti M Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, RA Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan lain-lain.
Ingatlah betapa besar jasa seorang ibu kepada kita. Ketika masih bayi tidur dengan nyenyak, maka ibulah yang menjaga dengan baik. Lalu saat seekor nyamuk hinggap di badan, ibu langsung mengusirnya. Di saat demam panas, ibu mengompres kepala kita dengan sepotong handuk basah. Di saat baru bisa berjalan dan jatuh, ibu juga menuntun berdiri, lalu berjalan kembali. Setelah buang air kecil dan air besar, ibu yang membersihkan kotoran, tanpa sedikitpun merasa jijik.
Keluarga yang hebat adalah keluarga yang dibangun dengan nilai-nilai agama dalam rumah tangga. Untuk itu, peran ayah dan ibu dalam menanamkan nilai-nilai agama menjadi satu hal penting yang harus dibangun dengan fondasi agama yang kuat dalam keluarga agar nantinya memiliki kekokohan rumah tangga yang baik. Ibu berperan penting dalam memberikan pendidikan pertama bagi anak-anaknya.
Mengapa seorang anak wajib berbakti kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya? Hal ini perlu kiranya diketahui bahwa ibu memiliki keistimewaan tersendiri, tanpa mengenyampingkan peran seorang ayah yang juga tidak kalah pentingnya. Allah Swt berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14).
Jika si anak merengek minta dibelikan mainan seperti milik tetangga, ibu yang pergi ke pasar dengan berjalan kaki demi si buah hati. Sedangkan sang ayah pergi untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ibu selalu mendoakan anak-anaknya sepanjang hidupnya. Dan masih banyak lagi pengorbanan seorang ibu demi anaknya yang tercinta.
Ayat di atas jelas bahwa seorang ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah ra berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata: Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi saw menjawab: Ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya; kemudian siapa lagi? Nabi saw menjawab: Ibumu. Orang tersebut bertanya kembali; kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Ibumu. Orang tersebut bertanya kembali; kemudian siapa lagi? Nabi saw menjawab: kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Ummu madrasatul al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya). Menjadi ibu memang tidaklah mudah. Ada amanah dan tanggung jawab besar yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Oleh karena itu, seorang ibu harus paham posisi urgennya sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Hal ini sebagai bentuk kesadaran orang tua akan hubungannya dengan Allah Swt. Saatnya para ibu berjuang mewujudkan peradaban mulia dalam mencetak generasi-generasi tangguh pelanjut peradaban mulia.
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi menjelaskan, hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi Muhammad saw menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Apabila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa kehamilan, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, dan tidak dimiliki seorang ayah.
Dalam hal ini, satu hadis dari Abu Musa ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya, atau kamu akan terpercik aroma wangi darinya. Tetapi penipu dapur, dia mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu akan terpercik bau yang tidak sedap darinya karena asap dapur.” (HR. Muslim).
Keluarga merupakan fondasi utama dari pendidikan anak, khususnya orang tua. Utamanya ibu, ibu harus mengetahui dengan jelas siapa teman-teman anaknya karena teman memiliki pengaruh besar terhadap agama anak. Rasullulah saw bersabda, agama seseorang tergantung temannya. Atau kah, sebagaimana teman diibaratkan sebagai penjual wewangian (teman yang baik) dan peniup dapur tukang besi (teman yang buruk).
Sebagai al-Ummu madrasatul ummah (Ibu adalah sarana pembelajaran umat). Ibu yang sehat, cerdas dan shalihah akan melahirkan generasi yang baik akan melahirkan ummat yang baik. Umat yang baik akan membentuk negara dan bangsa yang kuat. begitulah Nabi menggambarkan secara konkret sosok penting peran seorang ibu bagi bangsa. Untuk menjadi sekolah bagi umat, sudah pasti tentunya diperlukan khazanah keilmuan yang tinggi dan kekukuhan fondasi keimanan demi terwujudnya kualitas kesempurnaan bagi anak-anak yang menimba ilmu di dalamnya.
Maka, wajar jika ibu dikatakan sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Lihat saja bagaimana ulama-ulama seperti Imam Hambali bisa menjadi ulama besar. Walaupun pada saat itu Imam Hanbali yatim dan miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah, beliau mampu menjadi orang yang amat mencintai ilmu, kebaikan dan kebenaran. Atau, Imam Syafi’i yang di usianya baru menginjak 7 tahun sudah mampu menghafal seluruh isi Alquran, bahkan ia sudah berfatwa pada usia 15 tahun. Semua itu karena didikan ibunya yang luar biasa. Tentu saja masih banyak lagi ulama-ulama besar yang di balik kesuksesannya itu ada peran penting ibu mereka yang shalihah.
Apabila seorang ibu sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, maka terbayanglah dalam pikiran sungguh kita akan menangis sejadi-jadinya. Sedih, menyesal dengan dosa-dosa yang pernah dilakukan terhadap ibu selama masih hidup bersama kita. Maka, sungguh beruntung apabila di antara kita yang masih memiliki ibu dan berbaktilah kepadanya selama ia masih hidup, serta berbuat baiklah kepadanya. Selamat Hari Ibu!
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan itu didasarkan dan diletakkan kepada kedua orang tua khususnya (ibu) Karena sudah diketahui bahwa peranan dari keluarga berperan besar dalam menciptakan kepribadian bagi anak-anak. Sebagai seorang wanita muslimah, tentunya dengan adanya berbagai tuntutan-tuntutan tersebut menjadi suatu keharusan. Karena di tangan merekalah bakal terwujud cikal bakal penerus perjuangan kemuliaan Islam dan umat. Bagaimana bisa diharapkan penerus perjuangan Islam yang handal, jika sosok pendidik tidak bisa dijadikan panutan dalam keimanan dan keislaman. Di tangan sosok ibulah salah satunya akan tercipta kestabilan sebuah bangsa. Wahai para ibu, mari menjadi guru utama dan pertama bagi anak kita sebelum memasukkan mereka ke sekolah formal suatu saat nanti.
Cara Sederhana Buat Ibu Tersenyum Bahagia | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung
Banyak cara bisa dilakukan untuk membahagiakan ibu, baik di keseharian maupun di hari istimewa layaknya Hari Ibu yang di Indonesia dirayakan saban 22 Desember.
Saat wartawan melontarkan pertanyaan soal cara atau medium yang biasa digunakan pembaca kala merayakan Hari Ibu, ternyata 46 persen dari 252 responden menjawab, “membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah.”
Ternyata, tak perlu cara muluk-muluk untuk membuat ibu merasa bahagia. Setidaknya demikian hasil jajak pendapat independen yang dilakukan oleh wartawan di media sosial pada 21 Desember 2016 dalam rangka menyambut Hari Ibu.
Sementara 36 persen responden mengaku memberikan ucapan “Selamat Hari Ibu.” Lainnya, 14 persen responden mengaku memberikan barang tertentu kepada ibu mereka, dan empat persen responden menggunakan cara klasik: menulis surat.
Sebesar 44 persen responden mengaku tidak pernah merayakan Hari Ibu. Ini 'bersaing' ketat dengan responden yang selalu merayakannya, sebesar 38 persen. Sedangkan 18 persen responden mengaku baru merayakan kalau mereka ingat ada Hari Ibu.
Sekalipun ada banyak cara dan medium yang bisa digunakan untuk membahagiakan ibu, kenyataannya separuh responden menyatakan tidak pernah secara sengaja merayakan Hari Ibu pada 22 Desember dengan acara atau agenda khusus.
Sebesar 33 persen dari 337 responden yang menjawab pertanyaan seputar jenis ungkapan yang disampaikan kepada ibu, mengaku mendoakan ibu selalu sehat. Jumlah yang sama mengaku selalu mengungkapkan rasa sayang kepada ibu.
Sebetulnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyemarakkan Hari Ibu, atau di hari-hari lain, sebagaimana direkomendasikan laman Parents dan Educatall, yang semakin menghangatkan hubungan anak dengan sang bunda.
Meski begitu, bukan berarti tak ada harapan dan doa yang didaraskan tepat di Hari Ibu. Para responden mengaku selalu mendoakan ibu mereka agar senantiasa sehat, juga menunjukkan rasa sayang kepada ibu tercinta.
Sisanya, 19 persen sekadar memberikan ucapan “Selamat Hari Ibu” dan 13 persen lain memanfaatkan momen yang dilatarbelakangi peristiwa bersejarah Kongres Perempuan Indonesia I pada 1928 tersebut untuk memohon maaf atas segala kesalahan.
Beberapa cara ‘klasik’ yang direkomendasikan oleh kedua laman, antara lain mengajak berlibur, menonton film, mengumbar humor, membaca buku, menanam bunga, sampai memanjakan ibu di salon atau spa. Tapi sekadar memberikan pelukan hangat pun mampu melumerkan hati ibu.