Terbaru

Negara Produsen Minyak Capai Kesepakatan Baru, Harga Minyak Perkasa

Pemangkasan produksi minyak oleh OPEC mulai Januari 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Mengutip BBC, Senin (12/12/2016), acuan harga minyak Brent menguat signfiikan menjadi 57,89 dollar AS per barrel, yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2015.

 Harga minyak dunia menguat hingga mencapai level tertingginya sejak Juli 2015.

Kemudian, acuan harga minyak Brent melorot ke level 56,79 dollar AS meski tetap menguat 4,5 persen.

Penguatan ini terjadi setelah negara-negara produsen minyak yang bukan merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) setuju untuk memangkas produksi minyak mereka.

Adapun OPEC bulan lalu menyatakan bakal memangkas produksi pula. OPEC berkomitmen untuk memangkas pasokan sebanyak 1,2 juta bph mulai Januari 2017 mendatang.

Pada Sabtu (10/12/2016), negara-negara non-OPEC setuju untuk memangkas produksi mereka sebanyak 558.000 barrel per hari (bph) dalam kesepakatan yang dibuat untuk mengurangi banjir pasokan sekaligus menggenjot harga minyak.

“Ketika pemangkasan diimplementasikan pada awal 2017, maka pasar minyak dunia akan bergeser dari surplus menjadi defisit,” kata analis di AB Bernstein.

Adapun kesepakatan tersebut merupakan kesepakatan pemangkasan produksi pertama kalinya bagi OPEC dalam 15 tahun.

Direktur investasi Standard Life Investments Thomas Moore menyebut, dampak pemangkasan produksi memang ada, namun dampak secara keseluruhan masih harus ditinjau lebih lanjut.

Beberapa negara non-OPEC yang sepakat untuk memangkas produksi minyak pada Sabtu lalu antara lain Rusia, Meksiko, dan Bahrain.

Meski kesepakatan sudah dicapai, beberapa pihak masih ragu mengenai dampak jangka panjang kesepakatan pemangkasan produksi tersebut terhadap harga minyak dunia.

Kesepakatan tersebut muncul setelah pasar dan harga minyak dunia mengalami dua tahun masa depresi lantaran banjir pasokan di pasar.

“OPEC hanya menyumbang 40 persen dari produksi minyak mentah dunia. Jadi, ya, ada dampak sekejap, namun itu baru permukaannya saja,” ujar Moore.

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi Sejak Pertengahan 2015 | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Tercatat, harga minyak WTI ditutup menguat US$1,33 ke angka US$52,83 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik US$1,36 ke angka US$57,89, atau yang tertinggi sejak pertengahan 2015.

Hal ini menindaklanjuti kesepakatan OPEC tanggal 30 November lalu di Wina, Austria, di mana organisasi kartel minyak itu sepakat menurunkan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari mulai tanggal 1 Januari 2017 mendatang. Pemangkasan terbesar muncul dari Arab Saudi sebesar 486 ribu barel per hari.

Harga minyak mencapai puncak tertinggi selama 18 bulan terakhir pada perdagangan Senin (13/12) waktu Amerika Serikat setelah organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan negara-negara non-OPEC sepakat mengurangi produksi minyak untuk mengurangi kelebihan suplai.

Dikutip dari Reuters, negara-negara non-OPEC, yang dipimpin oleh Rusia, sepakat untuk memangkas produksi 558 ribu barel per hari, atau di bawah target 600 ribu barel per hari yang dicanangkan sebelumnya.

Setelah itu, harga minyak berjangka telah menanjak tajam, di mana harga West Texas Intermediate (WTI) berjangka mencapai 23 persen sejak pertengahan November. 

Agar kesepakatan berjalan mulus, semua pihak harus tetap menjaga janjinya. Harga yang tinggi juga menyebabkan beberapa produsen meningkatkan produksinya, seperti minyak shale AS yang jumlah pengeborannya meningkat terus beberapa waktu terakhir. 

Kendati demikian, analis khawatir pergerakan ini tak bersifat permanen. Selain itu, pasar khawatir bahwa harga tersebut berlebihan, mengingat ada kemungkinan beberapa negara tidak memenuhi janjinya memangkas produksi.

Saudi Capai Rekor Baru Produksi Minyak pada November | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Pengekspor minyak utama dunia itu mengatakan kepada Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), pihaknya memproduksi 10,72 juta barel per hari pada bulan lalu, sumber OPEC mengatakan, naik dari 10,625 juta barel per hari pada Oktober. Pada Juli, produksi minyak kerajaan itu mencapai 10,67 juta barel per hari, tingkat tertinggi sebelumnya.

 Saudi Arabia menghasilkan jumlah minyak di rekor tertinggi pada November, di tengah pembicaraan tentang kesepakatan global untuk mengurangi produksi, menentang ekspektasi pasar untuk produksi lebih rendah karena permintaan domestik melambat dan pemeliharaan kilang.

Anggotan OPEC, Kuwait, melaporkan produksi 2,9 juta barel per hari pada November, lebih rendah dari tiga juta barel per hari pada Oktober. Sementara Uni Emirat Arab mempertahankan produksinya hampir stabil pada 3,195 juta barel per hari, menurut angka resmi yang dilaporkan kepada OPEC.

Sementara itu, Irak mengatakan produksinya pada November mencapai 4,8 juta barel per hari, naik dari 4,776 juta barel per hari pada Oktober. Sumber OPEC lain mengatakan, sehingga ekspor minyak mencapai rekor tertinggi 4,051 juta barel per hari.

Arab Saudi telah berjanji untuk mengurangi produksinya menjadi 10,058 juta barel per hari sebagai bagian dari kesepakatan OPEC yang dicapai pada 30 November untuk menurunkan produksi OPEC menjadi 32,5 juta barel per hari.

Ekspor minyak mentah Saudi telah tinggi dalam beberapa bulan terakhir, mencapai 7,812 juta barel per hari pada September. Sementara produksinya telah tinggal pada tingkat tinggi meskipun penurunan musiman biasanya di musim dingin ketika konsumsi pembakaran minyak mentah domestik untuk pembangkit listrik berkurang.

Kenaikan pada November berarti Arab Saudi, produsen terbesar OPEC, akan memiliki tugas yang lebih besar dalam memenuhi rencana untuk memotong pasokan yang dimulai pada 2017 -- kesepakatan pengurangan produksi pertama sejak 2008.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kerajaan itu mungkin bersedia untuk memotong menjadi di bawah 10,058 juta barel per hari pada tahun depan.

Produsen minyak OPEC dan non-OPEC pada Sabtu mencapai kesepakatan pertama mereka sejak 2001 untuk mengurangi produksi minyak bersama-sama dan mengurangi kelebihan pasokan global setelah lebih dari dua tahun harga rendah. Karena kesepakatan akhirnya ditandatangani setelah hampir setahun berdebat dalam OPEC, fokus pasar sekarang akan beralih ke kepatuhan.

OPEC memiliki sejarah panjang kecurangan pada kuota produksi. Fakta bahwa Nigeria dan Libya dibebaskan dari kesepakatan karena produksinya terganggu perselisihan sipil, akan lebih menekan pemimpin OPEC Arab Saudi untuk memikul sebagian besar pengurangan pasokan.