Terbaru

Trans Sumatera Dongkrak Aset Hutama Karya

Walaupun tolnya sendiri tidak layak secara finansial | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka


Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) I Gusti Ngurah Putera menyatakan, sejumlah ruas yang ditargetkan beroperasi tahun depan antara lain Medan—Binjai, Palembang—Indralaya, dan Bakauheni—Terbanggi Besar. Sementara itu, HK juga mulai mengerjakan ruas lain seperti Peka

Dia menjelaskan, perseroan memiliki aset sebesar Rp5,9 triliun pada 2013, dan cenderung stagnan pada 2014. Jumlah aset itu kemudian bertambah menjadi Rp12 triliun pada 2015 karena terdorong oleh PMN sebesar Rp3,6 triliun, dan pengerjaan Trans Sumatera yang mulai bergerak.

Beroperasinya sejumlah ruas tol Trans Sumatera pada 2017 diyakini dapat mendongkrak aset PT Hutama Karya (Persero) selaku BUMN yang mendapatkan penugasan mengerjakan proyek sepanjang 820 kilometer tersebut.

“Lonjakannya luar biasa terhadap aset, walaupun tolnya sendiri tidak layak secara finansial,” ujarnya di sela-sela forum BUMN,  Kamis (03/11).

Di kesempatan terpisah, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna menyatakan ruas Palembang—Indralaya dan Medan—Binjai juga menjadi bagian dari target pemerintah yang akan menambah ruas tol operasional baru menjadi 300 kilometer pada tahun depan, dari ruas operasional baru 168,8 kilometer pada tahun ini.

Optimisme itu muncul lantaran pembebasan lahan pada empat ruas prioritas mencapai 73,62% hingga pertengahan Oktober tahun ini. Untuk  ruas Palembang—Indralaya, realisasnya  91,72%, Medan--Kualanamu 85,63%, Medan--Binjai 84,13%,dan Bakauheni—Terbanggi Besar mencapai 33%

“Targetnya memang ada yang carry over ke 2017. Misalnya Solo—Ngawi sampai Nganjuk itu Insya Allah bisa dioperasikan, lalu Surabaya—Mojokerto, Kertosono—Mojokerto juga masuk di 2017. Trans Sumatera juga ada, sepeti Palembang—Indralaya dan Medan—Binjai itu target operasional 2017,” ujarnya.

Adapun untuk Palembang—Indralaya realisasinya mencapai 92,3%, yang terdiri dari Seksi 1 Palembang-Pemulutan 100%, Seksi II Pemulutan—KTM 97%, dan Seksi 3 KTM—Spimpang Indralaya 75,41%. Progres umum Bakauheni—Terbanggi Besar mencapai  19,84%, yang terdiri dari Seksi I Bakauheni-Sidomulyo 21,99%, Seksi 2 Sidomulyo—Branti 37,19%, Seksi 3 Branti—Terbanggi Besar 0%.

Adapun menurut data BPJT per Agustus 2016, progres konstruksi untuk ruas Medan—Binjai secara keseluruhan mencapai 77,92%, yang terdiri dari seksi I Tanjung Mulia—helvetia 48%, Seksi II Helvetia—Semayang 89,55%, dan Seksi III Semarang—Binjai 92%.

Sementara itu, prognosis aset HK hingga 2016 diperkirakan tumbuh hingga 45% menjadi Rp22 triliun, dan berpotensi melanjak hingga Rp33,5 triliun pada 2017 setelah tiga ruas prioritas mulai beroperasi.

“Satu yang selatan kan belum [financial close] yang Bakauheni—Terbanggi Besar. Pinjaman dengan AIIB juga sedang dijajaki tapi belum ada gambaran,” ujarnya. 

Menurutnya, saat ini perusahaan pelat merah tersebut tengah berupaya mengumpulkan dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan Trans Sumatera. Salah satunya, melalui penerbitan obligasi senilai total Rp6,5 triliun, yang dilakukan selama dua tahun, yaitu Rp1 triliun pada tahun ini dan sisanya pada tahun depan. 

PT Hutama Karya Terbitkan Obligasi Rp6,5 Triliun untuk Danai Tol | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka


Ketua Forum Pengusaha Jasa Kontruksi (FPJK) Faisol Djausal menambahkan jasa kontruksi di Lampung perlu dilibatkan bukan hanya sebatas saat perusahaan butuh saja, melainkan lebih jauh dengan perjanjian kerja sama.Pembangunan tol di Lampung paket I dikerjakan oleh PT Pembangnan Perumahan (PP), paket II dikerjakan oleh PT Waskita Karya, Paket III oleh PT Adhi Karya, dan paket VI oleh PT Wijaya Karya.

Pembangunan tol di Lampung paket I dikerjakan oleh PT Pembangnan Perumahan (PP), paket II dikerjakan oleh PT Waskita Karya, Paket III oleh PT Adhi Karya, dan paket VI oleh PT Wijaya Karya.

Anita selaku Procurement PT Adhi Karya menuturkan bahwa perusahaannya yang mengerjakan paket III jalan tol di Lampung sudah bermitra sebagian dengan kontraktor Lampung. Meski belum semuanya, ia meminta forum dan asosiasi kontraktor di Lampung membuat daftar jasa kontraktor di Lampung. Ia juga mendukung bila keterlibatan kontraktor di Lampung guna partisipasi pembangunan tol.

Guna menunjang kebutuhan dana pembangunan jalan tol trans sumatera di Lampung, PT Hutama Karya menerbitkan obligasi Rp6,5 triliun. 
Moh. Rizal Sutjipto, General Manager Divisi Pengemabangan Jalan Tol Trans Sumatera PT Hutama Karya (persero), menuturkan obligasi ini untuk menunjang pembangunan tol mengingat terbatasnya anggaran pendapatan dan belanja negara--APBN, melalui beberapa tahap pencairan.

Menurutnya, tol di Lampung sepanjang 140 kilometer menjadi proyek strategis nasional, bahkan prosesnya lebih cepat dibanding proyek jalan tol lainnya di pulau Jawa. Proyek ini akan diawasi setiap hari dari pemerintah pusat. Sehingga bila hasilnya memuaskan pada tahun depan dana obligasi selanjutnya akan dicarikan Rp2,5 triliun. "Saat ini proses pembebasan lahan sudah mencapai 40 persen, dengan pengerjaan fisik sudah 26--28 persen," tambahnya.

Ia menuturkan bahwa dana tersebut imbas dari hasil perolehan dana repatriasi dari amnesti pajak periode I yang telah berlalu Oktober lalu. "Desember tahun ini bisa dicairkan Rp1 triliun, Lampung butuh dana sampai Rp10 triliun untuk jalan TOL," ujar Rizal usai pertemuan dengan asosiasi-asosiasi kontraktor Lampung, di Hotel Novotel, Kamis (3/11/2016).

Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Lampung, Tubagus Ahmad Rif'at, menuturkan bahwa pembangunan jalan tol di Lampung perlu melibatkan kontraktor lokal Lampung. Ia menilai, bahwa saat ini proses pembanguann jalan tol masih belum banyak mellibatkan kontraktor Lampung dan kontraktor di Lampung tidak ingin hanya menjadi penonton proyek strategis nasional tersebut.

Hutama Karya Masih Butuh Rp3,3 T Bangun Tol Trans Sumatera | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka

Direktur Utama HK I Gusti Ngurah Putra mengatakan, perusahaan menggunakan skema pendanaan sebanyak 70% dari ekuitas dan 30% pinjaman. Untuk ekuitas, perusahaan baru sanggup mengumpulkan dana Rp12,1 triliun dari total kebutuhan Rp15,4 triliun.

Putra menjelaskan, kekurangan tersebut bisa didapat dari banyak sumber. Sesuai Peraturan Presiden, pemerintah akan menyediakan dukungan fiskal penuh bagi perusahaan berupa penanaman modal, penerbitan sekuritas, pinjaman atau utang maupun instrumen lain yang mendapat jaminan penuh dari pemerintah.

PT Hutama Karya (HK) mengaku masih butuh dana sebesar Rp3,3 triliun untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tiga ruas prioritas di tol Trans Sumatera yang sedang  berjalan, yakni Medan-Binjai, Palembang-Simpang Indralaya, Bakauheni-Terbanggi Besar. Ketiganya butuh investasi senilai Rp22 triliun.

"Proyek yang sudah jalan butuh Rp22 triliun, 70% dari ekuitas, 30% dari pinjaman. Ekuitas kita butuh Rp15,4 triliun untuk proyek yang sudah berjalan. Dari kebutuhan Rp15,4 triliun, kalau selesai PMN cair Rp2 triliun ditambah Rp3,6 triliun tahun lalu jadi Rp5,6 triliun. Lalu obligasi Rp6,5 triliun. Berarti kira-kira ekuitas Rp12,1 triliun, diperkirakan kekurangan ekuitas Rp3,3 triliun," ujarnya di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Pencarian kekurangan dana ini, kata dia, tidak bisa ditargetkan waktunya. Proses pembangunan empat ruas termasuk Pekanbaru-Dumai yang pembangunannya tertunda jadi tahun depan akan rampung semua pada 2019.

"Sisanya Rp3,3 triliun darimana? Ada banyak skema, pemerintah akan berikan PMN, dari instrumen keuangan lain kalau tidak bisa jalan," kata dia.

"Pelaksanaaan tol panjang, Perpres sebutkan 2019 sudah harus selesai. Kita punya waktu dua tahun, direktur keuangan dan Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN cari jalan keluar skema apa yang paling pas," tutur Putra.

"Pekanbaru-Dumai kita baru mulai, ada hambatan selain pembebasan lahan juga tata ruang yang belum selesai. Pekanbaru-Dumai paniangnya 130 Km dengan investasi Rp16 triliun," pungkas dia. 

Adapun rincian dari nilai investasi ketiga ruas tol yakni Medan-Binjai sepanjang 18 kilometer (Km) sebesar Rp1,6 triliun, Palembang-Simpang Indralaya sepanjang 28 Km senilai Rp3,3 triliun, dan Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140 Km memakan pendanaan sebanyak Rp17 triliun.