Terbaru

Rusia Latah Ikut Langkah OPEC Pangkas Produksi Minyak

Rusia akan secara bertahap mengurangi produksi minyaknya | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Salah satu negara yang kelimpungan menutupi anggaran pemerintah akibat rendahnya harga minyak dunia adalah Rusia.

Kesepakatan organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) untuk memangkas produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi 32,5 juta bph mulai 1 Januari 2017 mulai mendapat dukungan dari negara-negara non-OPEC.

“Rusia akan secara bertahap mengurangi produksi minyaknya hingga 300 ribu bph mulai Januari 2017. Kami berharap negara-negara non-OPEC lainnya juga akan bergabung dengan upaya pengurangan produksi ini,” kata Novak, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (1/12).

Beberapa jam usai Rusia mengumumkan pemangkasan produksi, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan negaranya siap untuk bergabung dengan kesepakatan OPEC untuk menstabilkan pasar minyak global.

Tadi malam, OPEC akhirnya sepakat mengumumkan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta bph menjadi 32,5 juta bph mulai 1 Januari 2017.

Novak menyebut OPEC telah mengajak negara-negara produsen minyak Non-OPEC untuk bertemu di Doha, Qatar untuk membahas mengenai kesepakatan pemangkasan produksi minyak untuk mendongkrak harga.

Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, akan menerima porsi pemangkasan terbesar dengan jumlah hampir mencapai 500 ribu bph menjadi 10,06 juta bph.

Sementara, Iran diperbolehkan untuk meningkatkan produksinya dari level Oktober. Ini dianggap sebagai kemenangan besar bagi Teheran yang perlu meningkatkan kepercayaan pasar pasca dihapuskannya sanksi internasional.

Di sisi lain, Irak setuju untuk mengurangi produksi 200 ribu bph menjadi 4,35 juta bph. Meski sebelumnya, negara produsen minyak terbesar ke-dua di OPEC ini menolak untuk bergabung.

OPEC Kurangi Produksi Minyak | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Menteri Perminyakan Iran mengatakan kartel minyak itu akan mengurangi produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari menjadi 32, 5 juta barel. Jumlah pengurangan itu adalah kira-kira 1 persen dari seluruh produksi minyak dunia.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) hari Rabu (30/11) sepakat mengurangi produksi untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, untuk menaikkan harga minyak dan mendorong negara lain untuk melakukan hal yang sama.

Sebelum pertemuan yang diadakan di Wina itu, Menteri Energi Arab Saudi mengatakan OPEC juga akan minta negara-negara bukan anggota OPEC untuk ikut mengurangi produksi. Rusia, misalnya, sepakat mengurangi produksi 300.000 barel per hari.

Berita bahwa OPEC dan Rusia mengurangi produksi minyak telah mendorong harga minyak di bursa New York naik $4,21 menjadi $49,44 dollar per barel. 

OPEC berharap harga minyak dunia bisa naik menjadi antara US$55 sampai $60 per barel. Katanya, ini akan membantu negara-negara yang perekonomiannya tergantung dari ekspor minyak, yang telah menderita selama dua tahun terakhir karena harga minyak berkali-kali turun ke bawah tingkat $50 per barel.

LUHUT PANJAITAN: Keputusan OPEC Ditanggapi Positif | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka


Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menanggapi positif keputusan Indonesia untuk membekukan sementara keanggotannya di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

"Bagus dong kalau dibekukan. Kita memang perlu (bekukan sementara keanggotaan OPEC), karena kalau kita di 'cut' (potong) 37.000 barel per hari itu tidak bagus buat penerimaan kita," katanya.

Luhut yang ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman Jakarta, Kamis (1/12/2016), mengatakan keputusan tersebut tepat karena sidang OPEC memutuskan untuk memotong produksi minyak mentah di luar kondensat sebesar 1,2 juta barel per hari di mana Indonesia diminta untuk memotong sekitar 5 persen produksi atau sekitar 37.000 barel per hari.

Menurut mantan Menko Polhukam itu, pembekuan sementaraan keanggotaan Indonesia di OPEC juga pernah dilakukan sebelumnya.

"Sementara ini, biar saja (bekukan) dulu. Dulu juga pernah kita lakukan, keanggotaan kita di 'freeze' (bekukan). Tidak apa-apa," ujarnya. Sebelumnya, dalam sidang ke 171 OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11), Indonesia memutuskan untuk membekukan sementara keanggotaannya di OPEC.

Pembekuan pertama yakni pada 2008 yang efektif berlaku 2009. Namun, Indonesia memutuskan kembali aktif sebagai anggota OPEC pada awal 2016.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengataka langkah pembekuan diambil pemerintah menyusul keputusan sidang OPEC yang memotong produksi minyak mentah di luar kondensat sebesar 1,2 juta barel per hari di mana Indonesia diminta untuk memotong sekitar lima persen dari produksinya atau sekitar 37 ribu barel per hari.

Di sisi lain, menurut Jonan, pada RAPBN 2017 disepakati produksi minyak pada 2017 hanya turun sebesar lima ribu barel dibandingkan 2016.

"Padahal kebutuhan penerimaan negara dari minyak masih besar," katanya.

Jonan juga menambahkan, sebagai negara "net importer" minyak mentah, pemotongan produksi itu jelas tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena harga minyak secara teoritis akan naik.

Dengan demikian, lanjutnya, pemotongan produksi minyak yang bisa diterima Indonesia adalah sebesar lima ribu barel per hari.

"Dengan demikian keputusan pemotongan sebesar 1,2 juta barel per hari bisa dijalankan dan di sisi lain Indonesia tidak terikat dengan keputusan yang diambil serta sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia," ujarnya.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, pembekuan sementara adalah keputusan terbaik bagi seluruh anggota OPEC.