Kunjungan kerja dalam rangka meninjau kawasan industri Cikarang-Cibitung, Jawa Barat | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Senin (7/11/2016), orang nomor satu di Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan melakukan peninjauan tiga pabrik di Kawasan Industri Jababeka, dan satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mitra.
Hari ini, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto disibukan dengan agenda kunjungan kerja di kawasan industri. Kunjungan kerja dalam rangka meninjau kawasan industri Cikarang-Cibitung, Jawa Barat.
Kunjunagan pertama, Menteri Airlangga melakukan kunjungan ke pabrik Loreal pada pukul 13.30 WIB. Dalam kunjungan kali ini turut mendampingi Sekertaris Jenderal, Syarif Hidayat, Dirjen IA Panggah Susanto, Dirjen PPI Imam Haryono, Dirjen Ilmate I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen IKTA Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen IKM Gati Wibawaningsih, dan jajaran pejabat Kemenperin.
Pasalnya, dirinya akan melanjutkan kunjungan ke pabrik Mayora yang letaknya masih dalam satu kawasan yang sama. Usai melakukan kunjungan kerja tersebut, direncanakan Menperin akan melakukan kunjungan ke SMK Mitra pada pukul 16.50 WIB.
Setelah melakukan kunjungan ke pabrik Loreal, Menperin bersama dengan rombongan melanjutkan kunjungan kerja ke pabrik Epson sekira pukul 14.40 WIB. Di pabrik ini Menperin akan melakukan kunjungan sekira satu jam.
Sudahkah Sektor Gas Bumi Indonesia Naik Kelas? | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Direktur Strategi dan Perkembangan Bisnis PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) M Wahid Sutopo mengatakan, dulu gas bumi hanya dipandang sebagai salah satu kontributor untuk APBN. Namun sekarang, gas bumi dianggap sebagai bagan baku yang memiliki kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia.
Cara pandang pemerintah terhadap kekayaan gas bumi bergeser. Hal ini bisa saja menjadi indikasi naik kelasnya sektor gas bumi di Indonesia.
"Mulai bergeser, gas bumi dipandang sumber daya energi dan bahan baku yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan energi nasional, ini sebagai tools strategis untuk meningkatkan industri nasional," katanya di seminar Indonesia Naik Kelas yang digelar Koran Sindo dan SINDOnews.com di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Senin (7/11/2016).
"Cadangan kita juga cukup signifikan, masih terus bisa dikembangan ini bisa jadi kesempatan bagi kita dan kami di BUMN untuk manfaatkan ini agar berkontribusi ke pertumbuhan ekonomi nasional," tukasnya.
Dia menilai, gas bumi merupakan salah satu energi yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi. Apalagi cadangan gas bumi di kawasan ASEAN terbilang mencukupi baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk ekspor.
Mungkinkah Pertumbuhan Ekonomi Bisa 6%? | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 bisa berada di level 6%. Namun sayangnya hingga kuartal III 2016, pertumbuhan ekonomi justru melesu ke posisi 5,02%.
Rektor Universitas Paramadina Firmanzah berpendapat, target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebaiknya dihitung ulang. Pasalnya untuk mencapai 6% motor penggerak ekonomi harus di perbaiki seluruhnya.
Lantas bisakah pertumbuhan ekonomi berada di level 6%?
Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6%. Salah satunya adalah mengendalikan inflasi agar konsumsi masyarakat bisa terjaga.
"Mesti dihitung kembali ya karena motor penggerak ekonomi harus digerakkan," kata dia, Senin (7/11/2016)
Kemudian, pemerintah harus memastikan implementasi paket kebijakan berjalan dengan baik hingga ke daerah. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah juga harus meningkat tajam.
"Sekarang 54 sampai 56% pembentukan PDB dari konsumsi domestik itu harus diamankan," paparnya.
"Tapi ini agak dilema, belanja pemerintah harus naik tajam tapi kalau dari sisi perpajakan enggak bisa meningkat tajam defisit fiskal kita kan besar, dan kalau defisit membesar beban lagi cetak SUN, obligasi," imbuhnya.
"Yang penting pertumbuhannya tetap positif, enggak perlu mengejar tinggi dengan mengambil resiko bahaya, jadi yang penting tetap di jaga positif, berkualitas, pemerataan terjadi itu sudah sangat baik di tengah ketidakpastian ekonomi," tukasnya.
Untuk itu, Mantan Watimpres ini menilai, ada baiknya pemerintah tidak mematok pada level tertentu. Yang terpenting adalah pertumbuhan ekonomi tetap positif dan terjaga.