Gini ratio Indonesia berada di level 0,397 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, indikator ekonomi yang membuat Indonesia unggul adalah perbaikan ketimpangan antara orang kaya dan miskin atau koefisien gini ratio.
Kesuksesan memperbaiki indikator gini ratio, diyakini Darmin menjadi capaian yang memuaskan sekaligus memperlihatkan kualitas ekonomi Indonesia dibandingkan China.
Pemerintah memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi China sepanjang tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi China tinggi tapi gini ratio-nya tidak membaik. Karena memang tak selalu sejalan antara pertumbuhan yang tinggi dengan perbaikan distribusi pendapatan," ungkap Darmin dalam paparan Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Kamis (10/11).
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk periode Maret 2016, gini ratio Indonesia berada di level 0,397. Sementara, dalam beberapa tahun, gini ratio China berada dikisaran 0,4 persen.
Bahkan, sejak Maret 2013 sampai September 2015, gini ratio Indonesia berada dikisaran 0,4 tapi per Maret 2016 berhasil membaik ke 0,397.
"Walau pertumbuhan ekonomi kita 5 persen tapi kualitas gini ratio membaik dan itu tidak mudah dilakukan. Kualitas adalah barang yang lebih sulit dicapai dibandingkan pertumbuhan itu sendiri," jelas Darmin.
Catatan ini membaik bila dibandingkan capaian gini ratio pada Maret 2015 sebesar 0,408 dan lebih baik bila dibandingkan gini ratio September 2015 sebesar 0,402.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menanjak dari 4,92 persen di kuartal I 2016 menjadi 5,18 persen di kuartal II meski sempat terkoreksi menjadi 5,02 persen di kuartal III.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi China stagnan dikisaran 6,7 persen dengan prediksi ekonomi China sampai akhir tahun berada dikisaran 6,5 persen sampai 7 persen.
Data terakhir BPS menunjukkan garis kemiskinan Indonesia turun menjadi 10,86 persen di Maret 2016 dari sebelumnya 11,13 persen di September 2015 dan 11,22 persen di Maret 2015.
Parameter lain yang menunjukkan kualitas ekonomi Indonesia dibanding China, menurut Darmin adalah penurunan garis kemiskinan dan berkurangnya jumlah pengangguran.
Selain lebih baik dibanding China, Indonesia juga dianggap Darmin mampu mengoreksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan negara lain saat perekonomian dunia yang belum stabil.
"China yang diperkirakan 6,5 persen, tahun depan 6,2 persen. Yang paling tinggi adalah India 7,6 persen, tahun depan tetap 7,6 persen. Asia 4,8 persen tahun depan 5,1 persen," lanjutnya.
Sementara untuk jumlah pengangguran, per Oktober 2016, BPS mencatat pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 530 ribu orang.
"Ekonomi dunia di 2015 diperkirakan 3,3 persen lalu turun 3,1 persen, tahun depan juga begitu. Optimisme di awal tahun ada tapi realitasnya tidak seperti yang diharapkan," kata Darmin.
Darmin Nasution: Kita Lihat Donald Trump Mau Apa? | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang
Calon presiden Partai Republik itu telah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, yakni mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton.
Dunia dibuat terkejut dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Mengingat tak banyak pengamat politik ataupun lembaga survei yang memprediksi kemenangan miliarder kontroversial itu.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution pun angkat bicara akan hal ini. Mantan Gubernur Bank Indonesia ini masih menunggu kebijakan-kebijakan apa yang akan diluncurkan Trump untuk negaranya.
Sekadar informasi, Trump membuat shock pendukung Hillary dengan meraih kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania yang selalu memilih capres Demokrat sejak Pilpres AS 1988.
"Kita mau lihat dulu dia (Trump) mau bagaimana kombinasinya. Belum waktunya untuk menyimpulkan seperti apa kebijakan-kebijakannya," ujar Darmin usai menyampaikan outlook perekonomian di Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Faktor itu yang diyakini mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan, terutama di sektor manufaktur yang dialihdayakan ke luar AS. Demografi pemilih ini kebanyakan tinggal di kota kecil dan daerah pertanian.
Negara bagian yang sering disebut "Rust Belt States" ini didominasi oleh pemilih berkulit putih berkerah biru yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas. Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terpikat oleh gaya retorik populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas.
Pemerintah Cari Cara Keluar dari Ketidakpastian Ekonomi Global | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui Indonesia saat ini berada dalam kondisi ketidakpastian global. Maka, pemerintah harus membuat core kebijakan yang mampu menarik Indonesia dari arus ekonomi global.
"Dari 2013 ke 2014 ke 2015 kita terlihat sudah mulai ditarik oleh arah perkembangan dunia. Namun, kita lihat pada 2015 dan 2016 kita bisa menarik diri. Namun apakah ini sustainbale? Kita lihat seperti apa, apa saja yang dikerjakan Indonesia?" tuturnya di Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Menurutnya, hal ini dilakukan sejak era kabinet kerja Joko Widodo (Jokowi). Di mana, sejak 2013 ke 2014 Indonesia masih terseret arus global sehingga ekonomi sempat mengalami pelemahan cukup dalam dari berbagai sektor.
Kemudian, anggaran yang sebelumnya digunakan untuk mensubsidi besar-besaran, dialihkan pengeluarannya ke sektor pembangunan infrastruktur dan pengeluaran bantuan sosial.
Darmin mengatakan, pemerintah memulai dengan melakukan reformasi yang sangat penting walaupun tidak menyangkut masyarakat banyak pada saat itu, yakni ketika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakuakn perubahan besar, menjelang akhir 2014.
"Ini adalah fondasi yang sangat penting yang tidak boleh dianggap remeh. Karena dengan itu Indonesia mulai tunjukkan kepada market bahwa kita akan berubah," pungkas Darmin.
Selain itu, pemerintah juga menyalurkannya untuk pendidikan. Darmin meyakini, langkah yang sudah diambil pemerintah ini adalah suatu bangunan fondasi untuk membuat ekonomi Indonesia tidak terseret dalam arus pelemahan global sekaligus menunjukkan Indonesia bisa berubah jadi negara yang lebih baik.
"Perubahan itu yakni, subsidi di-cut besar-besaran. Memang ada protes di sana sini. Tapi itulah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan fiskal kita dari tekanan ekonomi global," kata dia.