Sri Mulyani wanita pertama yang menjabat ketua komite pembangunan | PT Rifan Financindo Cabang Jakarta STC
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mencatatkan namanya dalam sejarah karena terpilih sebagai wanita pertama yang menjabat Ketua Komite Pembangunan (Development Committee) dalam rangkaian pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional yang digelar di Washington D.C. Amerika Serikat.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh 25 anggota yang mewakili 189 negara anggota Bank Dunia dan IMF, Menkeu mengatakan, pertemuan itu mengemukakan adanya kekhawatiran situasi ekonomi global yang belum pulih sepenuhnya tahun ini, ditambah prediksi ekonomi yang tumbuh relatif rendah pada tahun depan.
"Ini pertama kalinya sejak 70 tahun lebih Bank Dunia didirikan, ada Development Committee yang dipimpin oleh menteri perempuan, yakni saya," jelas Ani, sapaan akrab Menkeu dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu 12 Oktober 2016.
"Terutama investasi ke negara berkembang yang menurun, harga komoditas di pasar global rendah, serta ketidakpastian geopolitik global yang memengaruhi kepercayaan pasar," ungkapnya.
Dalam hal ini, perlu dilaksanakan komitmen Sustainable Development Goals, dan UNFCCC Conference of Parties (COP21) Paris Agreement di bidang perubahan iklim dengan melibatkan lembaga keuangan internasional, mitra pembangunan global, daj sektoral swasta.
Ani menjabarkan, agenda pembangunan global akan akan tetap diprioritaskan antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, transformasi ekonomi, pendanaan perubahan iklim, bencana alam, migrasi dan oengungsi, serta kesetaraan gender dalam bidang ekonomi.
"Saya telah meminta kepada Bank Dunia dan IMF untuk bersama-sama dengan negara anggota melakukan sinergi kebijakan dalam bidang moneter, fiskal, dan reformasi struktural, serta mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja," katanya.
Sri Mulyani: Tax Amnesty Bukan Legalisasi Kejahatan Keuangan | PT Rifan Financindo Cabang Jakarta STC
Hal itu disampaikan Sri Mulyani saat bertemu dengan delegasi The Financial Action Task Force (FATF) di sela rangkaian Pertemuan Tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, Amerika Serikat, yang berlangsung pada 4 - 9 Oktober 2016.
Menurut Sri Mulyani, amnesti pajak adalah upaya pemerintah untuk memperbaiki data perpajakan dan memperluas basis pajak. Hal ini sangat krusial mengingat rasio pajak Indonesia terhadap Pendapatan Domestik Bruto masih sangat minim, yaitu baru sekitar 10-11 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan ke dunia internasional, kebijakan amnesti pajak yang dilakukan Indonesia bukan untuk melegalkan hasil kejahatan keuangan.
“Saya bertemu khusus dengan pimpinan FATF mengenai posisi dari Undang-undang Pengampunan Pajak ini dalam rangka untuk menjelaskan bahwa UU Pengampunan tidak digunakan untuk memfasilitasi uang-uang yang berasal dari kejahatan seperti drug, human trafficking, money laundering di dalam rangka financing for terorism ,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers di Gedung Djuanda Kementerian Keuangan, Rabu (12/10).
Beberapa waktu lalu, sejumlah bank di Singapura dikabarkan mengancam akan melaporkan data transaksi keuangan yang mencurigakan milik Warga Negara Indonesia (WNI) ke kepolisian setempat, terutama bagi peserta amnesti pajak.
Sri Mulyani juga secara khusus bertemu dengan Menteri Keuangan dari berbagai negara diantaranya Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jerman dan Inggris.
Penegasan ini, kata Sri Mulyani, penting agar Indonesia tidak lagi dimasukkan dalam daftar hitam FATF. Selain itu, hal ini juga sebagai upaya Indonesia untuk menjadi anggota FATF untuk menjaga kepentingan nasional Indonesia.
Kabar tersebut direspons oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) , yang menyatakan pemerintahnya mendukung upaya Indonesia untuk memperbaiki data perpajakan dan memperluas basis pajak.
Tak hanya itu, pertemuan bilateral dengan sejumlah negara maju tersebut juga membahas mengenai pertukaran informasi dalam rangka perpajakan jika diperlukan.
"ni pertama kali sejak 70 tahun lebih didirikan, Development Committee dipimpin oleh perempuan sebagai Menteri Keuangan, yakni saya. Hal ini menjadi spesial bagi mereka," tuturnya.
“Pertemuan-pertemuan bilateral ini sangat strategis dan berguna bagi kita, dari sisi upaya pemerintah Indonesia untuk menjelaskan pelaksanaan Undang-undang Pengampunan Pajak ini dan dalam upaya untuk secara konsisten membangun basis pajak yang baik,” ujarnya.
Dalam helatan global tersebut, Sri mulyani Indrawati didaulat sebagai Ketua Komite Pembangunan (Development Comittee/DC). Dia mengaku bangga karena untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Bank Dunia dan IMF, pertemuan Komite Pembangunan dipimpin oleh seorang wanita.
Selain itu, pertemuan itu juga membahas topik terkait pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, transformasi ekonomi, pendanaan perubahan iklim, bencana alam, migrasi dan pengungsi, kesetaraan gendre dalam bidang ekonomi, urbanisasi dan perubahan demografi.
Ada sejumlah topik yang dikemukakan Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini di DC, antara lain menyangkut pemulihan ekonomi global tahun ini yang berjalan lambat dan proyeksi ekonomi dunia tahun depan yang masih akan lemah. Hal itu dipicu oleh investasi negara berkembang yang menurun, harga komoditas yang masih rendah dan ketidakpastian geopolitik global yang mempengaruhi kepercayaan pasar.
Selain sebagai Ketua Komite Pembangunan, dalam pertemuan tahunan tersebut, Sri Mulyani juga hadir dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Bank Dunia untuk Indonesia, Gubernur Alternatif IMF, serta Menteri Keuangan negara anggota G20.
Dari Washington, Sri Mulyani Langsung Ngebut Kerja | PT Rifan Financindo Cabang Jakarta STC
Setiba kembali ke Tanah Air tadi pagi, usai sepekan berada di Washington DC, Amerika Serikat, untuk menghadiri pertemuan tahunan dengan Bank Dunia dan IMF, Menteri Keuangan Sri Mulyani langsung ngebut kerja. Padahal ia dalam kondisi tidak prima, suara serak karena mengaku kurang tidur, dan bisa memilih beristirahat.
"Kalau di sana, jam segini (12.00) itu masih tengah malam. Jadi mohon maaf kalau suara saya masih sedikit serak karena kurang istirahat," kata dia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (12/10/2016). Baca: Sri Mulyani Wanita Pertama Pimpin Pertemuan Bank Dunia dan IMF
Namun tugas dan kewajibannya sebagai menteri, Sri Mulyani tidak ingin suara serak menjadi penghambat kinerjanya. Ani sendiri baru tiba di Indonesia pada pukul 07.40 WIB. Ia memilih tidak mampir dulu ke rumah pribadi atau kediaman dinasnya, melainkan langsung meluncur ke Lapangan Banteng, kantor Kementerian Keuangan dan memberi penjelasan kepada awak media seputar hasil kunjungannya.
"Kita akan sering bertemu untuk beberapa waktu ke depan karena akan ada banyak agenda yang dibahas, khususnya bersama dengan Komisi XI DPR RI dalam bentuk rapat kerja," terang dia.
Selain memaparkan hasil pertemuan di Amerika, Ani menyatakan akan ada banyak agenda untuk ke depannya, diantaranya pembahasan rapat kerja bersama Komisi XI DPR, yang beberapa waktu lalu sempat diwakilkan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution.