Terbaru

Penjualan Kendaraan Niaga Terbantu Naiknya e-Commerce

Penjualan di 2017 bisa terbang tinggi |  PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung


"E-commerce sedang naik pesat, bahkan cenderung bubble up membantu percepatan laju transportasi dan logistik," kata Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia Imam Sugandi dalam diskusi "Menstimulus Industri Logistik dan Kendaraan Niaga di Indonesia" di Jakarta, Rabu (26/10).

Penjualan kendaraan niaga, logistik dan angkut tampaknya harus berterima kasih dengan semakin menjamurnya e-commerce. Ragam e-commerce yang bermunculan membuat perilaku konsumen berubah drastis, membuat para penjual memerlukan kendaraan sendiri untuk mengantarkan barang.

Lesunya penjualan kendaraan niaga tampaknya akan berlanjut di 2017, hal itu bisa diprediksi dari hasil pertemuan antara Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pihak Dewan Perwakilan Rakyat yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hanya di 5,1 persen yang sebelumnya diprediski bisa di angka 5,3 persen.

Meski tumbuh kembangnya industri e-commerce semakin pesat, namun belum cukup mendongkrak penjualan kendraan niaga, seperti pikap dan truk. Bahkan dengan sisa dua bulan di 2016, penjualan unit kendaraan niaga ada di angka 47.818 unit, jauh dari tahun 2015 yang membukukan 74.769 unit.

Menurutnya, pasar terbesar yang ada di Jawa dan Bali terkait transportasi logistik sangat mempengaruhi kelancaran bisnis kendaraan niaga. Lemahnya penjualan, selain karena perekonomian yang tidak kunjung membaik, keberadaan pungutan liar semakin menyiksa pihak pelaku industri.

"Ada keragu-raguan juga dari pemerintah dalam menentukan target pertumbuhan ekonomi. Saya rasa ini akan berlanjut hingga 2017, tidak akan ada kejutan di tahun depan," kata pembicara dari Translogtoday.com Heri Lazuardy.

Penyedia kendaraan niaga Tata Motor mengamini lemahnya penjualan yang dirasakan tahun ini. Biswadev Sengupta, Direktur Distribusi Tata Motor mengatakan pihaknya tengah menargetkan untuk memperkenalkan merek asal India itu ketimbang mendorong penjualan.

"Kami sadari Tata Motor baru tiga tahun di Indonesia, kami tidak terlalu berpikir untuk mengejar market share, tapi menjadi merek 10 besar dulu di Indonesia."

Target itu cukup realistis mengingat, merek-merek ternama yang telah bermain lebih lama di pasar kendaraan niaga ikut tersungkur, khususnya merek-merek dari Jepang.

"Kami coba untuk realistis dan tidak mengecar market share. Target kami berada di 10 besar jajaran merek yang bermain di kendaraan angkut dan niaga," kata Biswadev.

PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) yang menjadi distributor resmi kendaraan Mitsubishi di Indonesia mencatat, penjualan Light Commercial Vehicle (LCV) atau kendaraan niaga ringan tahun ini turun 20% dibanding realisasi penjualan tahun lalu. Saat ini, pabrikan otomotif asal Jepang itu hanya mampu menjual sebanyak 3.500 unit LCV tiap bulannya.

"Mengenai data, secara total dibandingkan tahun lalu ada penurunan 18 persen (periode Januari-September 2016). Tahun lalu mencapai 23 ribuan, ini cukup besar (penjualan tahun 2016)," ujar Deputy Group Head of Field Group PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), Doni Maksudi di Jakarta.

Penurunan penjualan itu diyakini dampak dari situasi ekonomi tanah air yang belum membaik. Sejumlah sektor yang menjadi penggerak pertumbuhan penjualan LCV juga kurang bagus. Misalnya, sektor pertambangan, sektor perkebunan dan sejumlahj sektor lain yang dalam distribusinya membutuhkan kendaraan pick up atau sejenisnya. Ada sejumlah produk andalan dari Mitsubishi disegmen LCV ini. Diantaranya, Colt T120 SS, L300 dan Strada Triton.

Meski demikian, kembali bergairahnya industri batubara dan perkebunan saat ini. Juga akan menambah gairah penjualan truk dan membuat target penjualan truk Mitsubishi meningkat.

"Kita masih meraba-raba untuk tahun depan. Tahun ini katanya akan reborn, ini yang kami harapkan. Ternyata masih turun, namun penjualan baru meningkat di semester ke-3. Mudah-mudahan reborn tahun ini," kata Doni. 

Doni Maksudi kembali berharap 2016 menjadi titik balik, sehingga penjualan di 2017 bisa terbang tinggi.

Pemerintah Harus Benahi Sektor Infastruktur untuk Turunkan Cost di Bisnis Logistik | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung


Forum Wartawan Otomotif Indonesia (FORWOT) bekerja sama dengan PT Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI), agen pemegang merk kendaraan Tata Motors di Indonesia, hari ini, Rabu (26/10/2016) menggelar diskusi mengangkat tema “Menstimulus Industri Logistik & Kendaraan Niaga di Indonesia.”

Wakil Ketua Umum ALFI Iman Gandi mengatakan, pebisnis logistik menyambut baik tren pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia di tengah ekonomi nasional yang sedang lesu.

Diskusi membedah tantangan dan problematika industri transportasi kargo dan logistik serta tren penjualan kendaraan niaga di Indonesia.

Perputaran uang di bisnis e-commerce saat ini diestimasi mencapai 300 miliar dolar AS. Pebisnis logistik bisa mengambil keuntungan ekonomi dari industri ini melalui layanan angkutan pengiriman barang yang ditransaksikan berikut manajemen pergudangannya.

Sayangnya, pemain bisnis logistik nasional seperti anggota ALFI baru mengambil sepertiga dari potensi pasar di e-commerce ini.

Ini karena pelaku industri e-commerce tidak mengelola sendiri manajemen logistik dan pengiriman barangnya ke pelanggan (diserahkan ke pihak ketiga).

Iman Gandi juga mengatakan, untuk menggenjot pengembangan sektor logistik di Tanah Air, ALFI saat ini mengajukan usulan reformasi logistik nasional ke Pemerintah.

Usulan lainnya adalah pembenahan barang impor jenis barang larangan dan pembatasan (Lartas) dan percepatan dokumen Pemberitahuan Impor Barang/Ekspor Barang (PIB dan PEB), dan usulan menghilangkan ego sektoral stakeholder.

Di bidang regulasi, usulan yang diajukan antara lain harmonisasi regulasi dan deregulasi logistik, penerapan sistem e-payment untuk pengurusan customs clearance (bea cukai).

Di sektor infrastruktur, ALFI antara lain mengajukan usulan pengembangan logistik nasional yang terintegrasi dengan daerah, pembangunan infrastruktur pelabuhan, laut dan udara, pengembangan kawasan industri, pengembangan aerocity/aerotropolis dan percepatan pembangunan jalan tol Trans Jawa dan di wilayah Indonesia Timur serta pembangunan logistics center.

Bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Asosiasi Depo Kontainer (ASDEKI), ALFI saat ini melakukan sertifikasi kompetensi SDM logistik dengan membentuk lembaga sertifikasi Logisik Insan Prima.

"Di bidang kebijakan fiskal dan moneter ALFI antara lain mengajukan usulan penerapan National Single Window, revitalisasi moda angkutan darat dan udara penunjang logistik serta penurunan suku bunga bank," sebut Iman Gandi.

Hery Lazuardi, Pemimpin Redaksi Translogtoday menyatakan, sebagai negara kepulauan dengan luas daratan mencapai 1.919.317 km persegi, Indonesia amat membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang masif dan merata hingga ke pelosok daerah.

Namun Indonesia kini menghadapi tantangan indeks kinerja logistik (LPI) yang rendah. Industri transportasi menghadapi isu kongesti, dwelling time, dan lain-lain.

"Tak hanya jalan, jembatan, pelabuhan dan bandara, tapi juga alat angkut publik yang mendukung pergerakan manusia dan barang dengan cepat, aman dan efisien," ungkapnya.

Menurut Hery Lazuardi, perbaikan kualitas infrastruktur Indonesia perlu terus digenjot demi memacu sektor bisnis logistik dan pergerakan serta transportasi barang semakin lancar yang selanjutnya mampu menekan cost.

Indeks peringkat LPI Indonesia di antara negara ASEAN berada di nomor 4 dan nomor 63 di peringkat global.

Ke depan, Pemerintah direkomendasikan membuat kebijakan baru di bidang logistik yang komprehensif agar tidak lagi memunculkan persoalan baru seperti kebijakan tumpang tindih, termasuk kebijakan pusat dan daerah, yang berdampak negatif bagi industri logistik Tanah Air.

Tantangan lainnya adalah tren pelemahan permintaan kendaraan komersial di pasar nasional sejak tiga-empat tahun terakhir akibat melemahnya harga berbagai komoditi perkebunan dan tambang.

Presiden Direktur PT TMDI Biswadev Sengupta mengatakan, pihaknya mendukung pertumbuhan industri logistik lewat produk kendaraan niaga yang efisien di setiap segmennya, seperti pick up Tata EX2, Tata Super Ace, Tata Xenon RX dan Tata Xenon XT D-Cab 4x4, truk ringan Tata LPT 913 dan Tata Ultra 1012, serfta truk heavy duty tractor head Tata Prima 4023 dan Tata Prima 4028 S, untuk berbagai aplikasi sesuai kebutuhan pebisnis.

Dari sana, kebutuhan pasar terhadap kendaraan niaga akan kembali tumbuh.

"Harga komoditas saat ini mulai menunjukkan kenaikan. Hal itu diharapkan bisa mendorong naiknya konsumsi rumah tangga, sehingga kebutuhan pengangkutan barang akan meningkat," katanya.

Biswadev sangat optimistis, pasar kendaraan niaga di Indonesia ke depan akan kembali bangkit seiring dengan tren pertumbuhan industri jasa transportasi dan logistik.

"Industri logistik adalah partner utama kami sebagai penyedia kendaraan niaga yang efisien dengan biaya operasional yang rendah. Pengalaman kami di industri kendraaan niaga global membuat kami yakin dapat bersaing di pasar Indonesia," kata Biswadev Sengupta.

Forwot dan Tata Motors Gelar Diskusi Industri Logistik Indonesia  PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung


Topik dari diskusi tematik ini adalah meng-update perkembangan terkini seputar industri transportasi kargo dan logistik berikut tren penjualan kendaraan niaga Tanah Air.

Seiring dengan membaiknya infastruktur di beberapa daerah di Indonesia, Forum Wartawan Otomotif Indonesia (FORWOT) bekerja sama dengan PT Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI), menggelar diskusi bertemakan, Menstimulus Industri Logistik dan Kendaraan Niaga di Indonesia.

Diskusi dihadiri oleh puluhan jurnalis dari sejumlah media cetak dan elektronik nasional, menghadirkan pembicara, Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Freight Forwarders Indonesia (ALFI), Iman Gandi dan Pemimpin Redaksi Hery Lazuardi, Pemimpin Redaksi Translogtoday.

Saat ini Tata memiliki jajaran kendaraan niaga meliputi (LCV) hingga heavy duty, seperti Tata EX2, Tata Super Ace, Tata Xenon XT D-Cab 4x4, Tata LPT 913, Tata Ultra 1012, dan heavy duty tractor head Tata Prima 4023 serta Tata Prima 4028 S.

Kegiatan diskusi ini juga sejalan dengan komitmen TMDI untuk turut berkontribusi membangun sektor transportasi dan industri angkutan dan logistik melalui penyediaan kendaraaan niaga yang handal, efisien, dengan biaya kepemilikan yang rendah di semua segmen.

"Industri logistik adalah partner utama kami sebagai penyedia kendaraan niaga yang efisien dengan biaya operasional yang rendah. Pengalaman kami di industri kendaraan niaga global membuat kami yakin dapat bersaing di pasar Indonesia," kata Presiden Direktur TMDI Biswadev Sengupta, saat pembukaan diskusi, di Jakarta.

Menurut Biswadev, Tata optimistis bahwa pasar kendaraan niaga di Indonesia ke depan akan kembali bangkit seiring dengan tren pertumbuhan industri jasa transportasi dan logistik.

"Forwot akan menjalin kerja sama lebih banyak lagi mitra untuk menghelat diskusi dan workshop dengan topik-topik yang sedang hangat di seputar industri otomotif nasional," ucap Indra. 

Sementara itu di kesempatan yang sama, Ketua Umum Forwot, Indra Prabowo mengungkapkan, diskusi semacam ini ke depan akan lebih sering diadakan oleh Forwot.