Terbaru

Gerak Rupiah akan Berada di Rp13.046-Rp13.074/USD

Pelemahan rupiah diakibatkan spekulasi kebijakan bank sentral | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC


Sentimen proyeksi pelemahan hari ini, menurut Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada, karena banyak diakibatkan spekulasi kebijakan bank sentral terkait ekonomi global kembali muncul.‎

Pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah tidak mampu melanjutkan penguatannya di zona hijau. Padahal satu pekan sebelumnya rupiah ditutup hijau karena imbas pelantikan Ignasius Jonan sebagai Menteri ESDM yang baru.

Gerak mata uang rupiah terhadap dolar AS (USD) diperkirakan masih akan mengalami tekanan, setelah sebelumnya diperdagangkan keok di zona merah.

"Support rupiah akan berada di posisi Rp13.074 per USD, dan resisten di posisi Rp13.046 per USD," ‎ungkap Reza dalam risetnya, Selasa (18/10/2016).

Reza menyebutkan, meski Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis adanya surplus neraca perdagangan Indonesia ‎di bulan September sebesar USD1,22 miliar, keadaan tersebut justru dijadikan momentum para pelaku pasar uang untuk merealisasikan keuntungannya, setelah mata uang Garuda mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir.

Sebelumnya, Reza sudah menjelaskan jika setelah sempat terdepresiasi cukup dalam pada perdagangan sebelumnya, nilai Rupiah mampu berbalik menguat di akhir pekan. Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan mata uang Asia Tenggara lainnya terhadap USD.

Kenaikan tertinggi neraca perdagangan dalam 13 bulan terakhir, sambung Reza, diikuti dengan penurunan ekspor 0,59 persen menjadi USD12,51 miliar dan penurunan impor 2,26 persen (yoy) atau menjadi USD11,3 miliar.

"Padahal USD cenderung melemah di perdagangan Asia seiring ekspektasi The Fed akan membiarkan laju inflasi mengalami kenaikan seiring meningkatnya daya beli masyarakat AS," jelas Reza.

Rupiah Masih akan Bergerak Melemah Selasa Ini | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC


Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan sentimen tersebut berasal dari spekulasi kebijakan bank sentral karena kekhawatiran mengenai ekonomi global yang kembali muncul.

Pihaknya memperkirakan, hari ini nilai tukar mata uang garuda akan bergerak di kisaran batas bawah di Rp13.074 dan batas atas di level Rp13.046 per dolar AS.

Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Selasa, 18 Oktober 2016,  sepertinya masih akan mengalami tekanan usai ditutup terkoreksi 36 poin (0,27 persen) ke Rp13.069 per dolar AS pada perdagangan kemarin.

"Laju rupiah tak mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan kemarin," ujarnya di Jakarta.

Reza menyatakan, sentimen dari domestik terkait dengan data ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis adanya surplus pada neraca perdagangan Indonesia di bulan September.

"Padahal, laju dolar AS cenderung melemah di perdagangan Asia karena ekspektasi The Fed akan membiarkan laju inflasi mengalami kenaikan, seiring meningkatnya daya beli masyarakat AS," tuturnya.

Menurut Reza, keadaan tersebut justru dijadikan momentum para pelaku pasar uang untuk merealisasikan keuntungannya setelah laju rupiah mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir.

Rupiah Ditutup Makin Terpuruk saat Euro Mendatar | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC


Berdasarkan data Bloomberg sore ini, rupiah ditutup di level Rp13.069/USD atau melemah dibanding penutupan akhir pekan kemrin yang berada di level Rp13.033/USD dengan kisaran harian Rp13.037-Rp13.086/USD.

Menurut data yang bersumber dari Limas, rupiah berakhir di posisi Rp13.065/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah melemah dari posisi pembukaan tadi pagi di level Rp13.047/USD.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini ditutup semakin terpuruk, setelah pada pembukaan tadi pagi melemah. Posisi mata uang Garuda tersebut di tengah mendatarnya mata uang euro terhadap USD.

Di sisi lain data Yahoo Finance, menunjukkan rupiah semmakin tidak berdaya alias anjlok ke level Rp13.067/USD dibanding penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.042/USD dengan kisaran harian Rp13.018-Rp13.070/USD.

Sementara dilansir Reuters, Senin (17/10/2016), mata uang euro stabil menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) atas harapan bahwa para pejabat mulai mempertimbangkan mengekang volume bantuan darurat tambahan yang mereka berikan kepada ekonomi zona euro tahun depan.

Di sisi lain, ECB masih diharapkan pada tahap tertentu untuk mengumumkan perpanjangan program pelonggaran kuantitatif terakhir Maret tahun depan. Tapi ada spekulasi bahwa bank, setidaknya mulai mempertanyakan kebijaksanaan dari kebijakan tak berujung dan terkait suku bunga yang menempatkan tekanan ke bawah pada euro.

Rupiah juga terlihat menyusut berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah dibuka di level Rp13.054/USD. Posisi ini tercatat memburuk dari posisi akhir pekan kemarin di level Rp13.047/USD.

USD telah memiliki dua pekan terbaik selama lebih dari satu tahun terhadap beberapoa mata uang, atau naik 2,5% sejak awal Oktober, tetapi pergeseran ke atas imbal hasil obligasi AS di balik langkah yang terlihat akan kehabisan tenaga. Euro yang jatuh terhadap USD pada pekan lalu di bawah 1,10 untuk pertama kalinya dalam hampir tiga bulan, naik 0,1% pada awal perdagangan London hari ini. Indeks dolar naik 0,1% ke level 98,104 setelah menyentuh 98,158, tertinggi sejak 10 Maret. 

"Pasar secara luas melihat bahwa ECB akan menjadi agak lebih positif pada prospek Eropa pekan ini," kata Citi strategi G10 FX di London, Richard Cochinos.