Terbaru

Pesawat Sipil Komersial Pertama Buatan China Terbang Perdana

pt rifan financindo berjangka solo

C919 pesawat sipil komersial pertama buatan China terbang perdana di Shanghai | pt rifan financindo berjangka solo


China sudah bermimpi membuat pesawat sipil komersial sendiri sejak 1970-an ketika mencoba membuat pesawat berbadan ramping Y-10, yang ternyata tak layak terbang.

Setelah lolos uji terbang, C919 yang memiliki daya jelajah 5.555 kilometer itu, masih harus menjalani sederet tes sebelum mendapatkan sertifikat kelayakan terbang dari pemerintah China.

COMAC, yang berbasis di Shanghai itu, juga berusaha agar pesawat ini nantinya mendapatkan sertifikat kelayakan terbang dari regulator di Eropa dan Amerika Serikat.

Pesawat buatan COMAC yang lebih kecil, ARJ21 yang berkapasitas 90 orang penumpang, saat ini tak diizinkan menerbangi rute domestik karena belum mengatungi sertifikat kelayakan dari FAA.

"Butuh waktu bagi para konsumen di seluruh dunia merasa nyaman membeli pesawat buatan China. Dan hal itu tak akan terjadi dalam 10 tahun ke depan," ujar analis kedirgantaraan dari Endai Analytics yang berbasis di Malaysia, Shukor Yusof.

"Persaingannya akan sangat keras, bukan karena produk ini tidak bagus, tetapi konsumen harus merasa nyaman dan terjamin terhadap sebuah produk sebelum membelinya," tambah Yusof. 

Tantangan lain yang harus diatasi C919 adalah merebut kepercayaan konsumen yang selama ini sudah sangat yakin dengan kemampuan Airbus dan Boeing.

Pesawat jet penumpang pertama buatan China C919 menjalankan terbang perdananya pada Jumat (5/5/2017), menandai masuknya industri penerbangan China ke dalam kancah internasional.

Pesawat berbadan ramping C919, dengna garis hijau dan biru, terbang di atas bandara internasional Pudong, Shanghai di bawah tatapan ribuan orang yang bersorak riuh rendah.

Dibangun perusahaan dirgantara milik negara Perusahaan Pesawat Komersial China (COMAC), pesawat ini mewakili upaya pemerintah China selama hampir satu dekade untuk mengurangi ketergantungan terhadap Eropa dan Amerika Serikat.

Sebelum tinggal landas, stasiun televisi CCTV mengabarkan, pesawat itu akan menjalani uji terbang di ketinggian 3.000 meter, sekitar 7.000 meter lebih rendah dari ketinggian jelajah pada umumnya.

Dalam uji coba ini, C919 akan diterbangkan dengan kecepatan 300 kilometer per jam.

Pesawat itu tinggal landas pada pukul 14.00 waktu setempat dan terbang selama 1,5 jam. Sementara pada menteri, staff COMAC, rekanan perusahaan, dan tetamu lainnya menyaksikan.

China Uji Terbang Pesawat Saingan Airbus dan Boeing | pt rifan financindo berjangka solo


Seperti dikutip AFP dari Xinhua, Jumat (5/5/2017), C919 ditargetkan menjadi pesawat komersil ternama dunia. Pesawat dengan 168 kursi ini memiliki besar yang sama dengan Airbus A320 dan Boeing 737-800.

China melakukan uji terbang pesawat sipil buatannya, yang rencananya akan dilakukan Jumat ini. Uji terbang pesawat bernama C919 ini rencananya akan dilakukan di Shanghai Pudong International Airport.

Uji terbang ini bakal menjadi titik tolak baru bagi produsen pesawat tersebut, yakni Commercial Aircraft Corporation of China (Comac). Namun C919 masih jauh untuk bisa mengangkut penumpang di udara.

Pada dua pekan lalu, C919 sudah lolos uji coba di darat. Pesawat ini sudah dicek pengeremannya.

Namun hal ini biasa, karena perusahaan sekelas Boeing atau Airbus juga sering mundur menyelesaikan pesawat barunya.

China di 2030 dipredisi bakal menjadi pasar terbesar sektor penerbangan di dunia. 

Pesawat tersebut masih harus melalui sejumlah tes untuk mendapatkan sertifikasi, dan juga memenuhi standar keselamatan. Comac juga masih harus meyakinkan maskapai penerbangan China untuk menggunakan C919.

Untuk pemesanan, BUMN penerbangan China sudah menandatangani pembelian pesawat ini pada 2010 lalu. Namun proses pembuatan C919 ternyata mundur. 

C919 Buatan Perusahaan China, Siap Jadi Pesaing Boeing dan Airbus | pt rifan financindo berjangka solo


China sebenarnya adalah pasar besar bagi Boeing dan Airbus, apalagi jumlah penumpang pesawat terbang di negeri itu terus bertambah.

Pada 2024, diperkirakan pasar transportasi udara China akan melampaui Amerika Serikat. Demikian hasil penelitian Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).

Sementara Airbus memperkirakan, maskapai-maskapai penerbangan China akan membutuhkan setidaknya 6.000 unit pesawat baru dalam dua dekade mendatang. Sementara Boeing memperkirakan 6.800 unit pesawat baru.

Secara total nilai uang dari kombinasi penjualan Boeing dan Airbus jika berdasarkan perkiraan tadi mencapai sekitar 1 triliun dolar.

Pesawat jet penumpang  buatan China, yang dibangun untuk menyaingi Boeing dan Airbus, dijadwalkan melakukan penerbangan perdana pekan ini.

Pesawat C919, yang dibangun perusahaan dirgantara milik negara Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC), dijadwalkan melakukan uji terbang di Shanghai pada Jumat (5/5/2017).

"Jika cuaca tidak mendukung, uji coba terbang akan dijadwal ulang," demikian pernyataan resmi COMAC.

C919 dirancang bisa mengangkut 168 orang penumpang dan memiliki daya jelajah maksimal 5.555 kilometer.
Saat ini COMAC sudah menerima pesanan sebanyak 570 unit hingga akhir tahun lalu, sebagian besar berasal dari maskapai penerbangan domestik China.

C919 adalah pesawat penumpang besar pertama buatan China dan menjadi bukti ambisi negeri itu yang terus tumbuh dibarengi terus berkembangnya kemampuan bangsa tersebut.

Rencana terbang perdana C919 ini muncul sepekan setelah China meluncurkan kapal induk buatan dalam negeri dan sukses dalam proses "docking" sebuah wahana kargo dengan laboratorium luar angkasa di orbit Bumi.

Pesawat berbadan ramping itu merupakan bentuk upaya China selama hampir satu dekade untuk mengurangi ketergantungan terhadap Eropa dan Amerika Serikat dalam hal pengadaan pesawat penumpang.

"Penerbangan perdana ini sebenarnya bukan hal besar. Namun, tentu saja, ini akan menjadi momen simbolik evolusi industri penerbangan China," ujar Greg Waldron, editor majalah Flightglobal.