Terbaru

Nasabah Mesti Cermat Pakai Aplikasi Perbankan

profil pt rifan financindo medan

Sistem Mandiri Online yang pada Sabtu 6 Mei kemarin bermasalah | profil pt rifan financindo medan


Menyikapi kasus terjadinya kegagalan sistem pada aplikasi Mandiri Online akhir minggu lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau masyarakat agar lebih cerdas menggunakan aplikasi daring untuk jasa perbankan serupa.

"OJK meminta masyarakat untuk waspada dengan modus social engineering yang mengaku pihak bank dengan/atau tanpa imbalan hadiah agar konsumen menginfokan OTP (one time password) kepada orang yang mengaku dari bank," ucap Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK Anto Prabowo melalui keterangan tertulisnya, kemarin.

Selain karena kegagalan sistem, pembobolan bank juga bisa disebabkan kelalaian pengguna yang kurang hati-hati menyimpan kata kunci akun mereka.

Pada Jumat 5 Mei siang, akun Twitter resmi Mandiri ramai dibanjiri keluhan nasabah yang merasa kehilangan dana akibat kesalahan teknis pada operasi aplikasi Mandiri Online.

Corporate Secretary of Bank Mandiri Rohan Hafas mengemukakan Mandiri Online merupakan sistem perbankan daring baru yang saat ini masih dalam tahap soft launching.

"Dalam monitoring, kami menemukan adanya sedikit penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap sistem, dan itu telah selesai hari ini," kata Rohan saat dihubungi, kemarin.

Menurut dia, ada puluhan nasabah yang mendapat kekeliruan karena sistem. Kekeliruan itu, kata Rohan, telah dikoreksi kembali. 

Sebab, menurut Anto, bank tidak akan meminta password (kata kunci) nasabah dalam situasi apa pun. Karena itu, masyarakat harus waspada jika ada oknum yang malah meminta kata kunci akun daring mereka.

"Bank mana pun tidak akan pernah meminta informasi menyebut user-id dan/atau password untuk kepentingan apa pun. Jika ada yang memaksa dengan dalih apa pun, tolak permintaan tersebut dan segera laporkan kepada call center bank terkait," tegasnya.

Terkait dengan gangguan di layanan online banking Bank Mandiri beberapa waktu lalu, Anto mengatakan saat ini aplikasi tersebut sudah beroperasi seperti sedia kala.

"OJK sebagai pengawas lembaga jasa keuangan sudah meminta direksi IT Bank Mandiri. Sejak adanya laporan masyarakat dan dari pemantauan OJK, layanan sudah kembali normal dan bank sudah melaksanakan permintaan OJK terkait dengan keamanan sistem internet dan mobile banking mereka," pungkasnya.

Ada Masalah Keamanan, OJK: Bank Mandiri Lakukan Langkah Cepat | profil pt rifan financindo medan


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui adanya persoalan keamanan dalam sistem Mandiri Online. Meski begitu, Ketua OJK Muliaman Haddad meyakini Bank Mandiri telah melakukan langkah cepat dalam mengatasi persoalan yang telah membuat saldo 97 nasabahnya berkurang.

beberapa nasabah menemukan uangnya tertransfer ke sejumlah rekening di berbagai bank. Nilai dana yang tertransfer hingga mencapai ratusan juta rupiah. Namun, Bank Mandiri menduga dana nasabah berkurang karena kekeliruan sistem. Artinya, dana nasabah tidak hilang. Bank Mandiri pun meyakinkan saldo nasabah yang terdampak bakal dikembalikan ke besaran semula.

Muliaman mengatakan, pihaknya sudah meminta kepastian dari Bank Mandiri terkait integritas, sebab kepercayaan konsumen harus terus terjaga dengan baik. “Saya kira Bank Mandiri juga sudah mengambil langkah-langkah cepat,” ujar Muliaman saat ditemui di Gedung Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (8/5) malam.

Meski meyakini masalah telah tertangani, Muliaman mengaku belum menerima laporan lengkap mengenai detail persoalan yang terjadi. Maka itu, ia belum bisa memastikan penyebab pasti berkurangnya dana nasabah, apakah karena kekeliruan sistem seperti yang berkali-kali disampaikan Bank Mandiri, atau adanya upaya pembobolan oleh orang tak bertanggung jawab. “Nantilah, kami akan terima laporan lengkapnya apa yang sedang terjadi," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK Anto Prabowo menerangkan duduk persoalannya. Menurut dia, saat melakukan pengawasan reguler, pengawas OJK khusus bidang teknologi informasi telah menemukan adanya masalah pengamanan yang perlu ditingkatkan di sistem Mandiri Online yang menggabungkan internet dan mobile banking.

Ia pun mengingatkan nasabah agar tidak memberikan user-id dan password kepada siapapun, termasuk jika ada yang mengaku dari bank. “Ini modus social engineering yang memanfaatkan ketidakpahaman menjaga password,” ujarnya.

Sementara itu, tentang upaya pelaporan ke polisi terkait dugaan kejahatan perbankan lantaran adanya perpindahan dana nasabah, Anto menyatakan hal tersebut menjadi urusan Bank Mandiri. “Kalau laporan ke polisi harusnya Bank Mandiri. OJK Memastikan perbaikan sistem dan perlindungan konsumen,” kata dia.

Masalah tersebut tengah dalam proses perbaikan ketika muncul pengaduan dana hilang dari nasabah. Alhasil, Bank Mandiri menyetop layanan sementara. Namun, layanan sudah kembali normal. Ia pun menyatakan pihaknya bakal memantau perkembangan persoalan antara bank dengan nasabah. Sebab, direksi telah memutuskan untuk mengembalikan kerugian yang dialami nasabah. “(Pengembalian) melalui proses klarifikasi, tentunya,” ujar dia.

Di sisi lain, ia menjelaskan, sempat ada beberapa pihak yang mengaku sebagai petugas bank dan meminta user-id serta password dengan dalih perbaikan sistem baru Bank Mandiri, termasuk meminta one time password (OTP) dengan dijanjikan hadiah. Maka itu, OJK meminta agar Bank Mandiri menggalakkan edukasi kepada nasabah atas fitur barunya.

Nasabah Korban Mandiri Online Ungkap Transfer Dana Misterius | profil pt rifan financindo medan


Layanan Mandiri Online kembali berfungsi normal sejak Sabtu (6/5) pekan lalu. Bank Mandiri mengklaim tidak ada dana nasabah yang raib meski sempat terjadi kekeliruan sistem pada layanan tersebut.

Namun, beberapa nasabah justru menemukan dana di rekeningnya tertransfer ke sejumlah rekening lain di berbagai bank berbeda.

Nasabah yang enggan disebutkan namanya itu berkisah, berdasarkan data notifikasi transfer yang salinannya diterima Katadata, dananya terkuras sekitar seratusan juta rupiah.

Dana ditransfer pada Jumat (5/5) pagi ke beberapa rekening di Bank Mandiri, Bank Sumsel Babel, CIMB Niaga, dan BRI. “Saya cuma disisakan Rp 500 ribu di rekening, bayangkan saya kerja untuk dapat uang itu, lalu hilang begitu saja,” ujarnya.   

Nasabah tersebut sempat menelusuri sendiri salah satu rekening tujuan transfer. Hasil penelusurannya menemukan informasi adanya dana transfer dari rekening tersebut ke beberapa rekening lain. Ia menduga si pemilik rekening yang dimaksud juga merupakan korban yang rekeningnya dipakai oleh pelaku kejahatan.

Peristiwa tersebut sudah dilaporkan ke kantor cabang Bank Mandiri di Jakarta Selatan. Ia meminta pengembalian segera dananya, namun petugas bank tidak bisa memberikan jaminan.

Ia pantang menyerah dan sempat menyambangi kantor cabang bank-bank terkait tujuan transfer dananya untuk meminta rekening yang diduga menadah dananya diblokir. Namun, permintaan pemblokiran itu tidak disetujui.

“BRI gue minta diblokir enggak mau. Bank Mandiri harus bank to bank,” katanya. Ia juga sudah melaporkan kehilangan dana tersebut ke polisi dengan dugaan pencurian.

Imbas kejadian tersebut, si nasabah mengaku trauma menggunakan transaksi online. Ia menuntut bank memperbaiki sistemnya dan menduga sebenarnya sistem itu belum siap namun tetap diluncurkan.

Ia juga meminta bank bertanggung jawab menangani kasus semacam ini. Penilaiannya sejauh ini, respons bank terkesan lambat. Ia pun harus pontang-panting mengupayakan pemblokiran rekening yang diduga menadah uangnya ke kepolisian dan bank, bahkan hingga melakukan penelusuran sendiri.

Transfer dana tanpa sepengetahuan pemilik rekening itu menimpa nasabah Bank Mandiri asal Yogyakarta, Marisanti Marlan. Ibu rumah tangga yang tengah menjalani studi pascasarjana ini menuturkan, meski tak pernah menggunakan layanan Mandiri Online, dananya terkuras lewat layanan tersebut.

“Jumat (5/5) pagi ketika melakukan pengecekan e-mail masuk, ada notifikasi dari Bank Mandiri, adanya transfer keluar dari rekening saya, tiga transaksi ke tiga rekening berbeda,” kata dia kepada Katadata, Senin (8/5).

Berdasarkan notifikasi via surat elektronik itu, transfer dana terjadi pada Jumat dini hari dalam rentang pukul 00.00 – 01.30 melalui fasilitas Mandiri Online. “Saya langsung cek saldo menggunakan Mandiri Mobile dan ternyata memang saldo saya sudah berkurang,” ujar Marisanti.

Ia memang pengguna layanan mobile banking dan internet banking Bank Mandiri. Layanan internet banking hanya diaktifkan untuk transaksi nonfinansial yaitu mutasi rekening dan cek saldo.

Adapun, Mandiri Online merupakan layanan anyar yang menggabungkan mobile banking dan internet banking. Soft launching layanan itu dilakukan pada 21 Maret lalu. Nasabah pengguna layanan mobile banking dan internet banking bisa langsung memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa harus mendaftar lagi.

Marisanti mengaku, total dana dalam rekeningnya terkuras Rp 45 juta. Dananya mengalir ke rekening di Bank Negara Indonesia (BNI) sebesar Rp 10 juta, Bank CIMB Niaga Rp 25 juta, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp 10 juta.

Mengetahui dananya ditransfer tanpa sepengetahuan dan otorisasinya, Marisanti langsung mengadu ke Kantor Cabang Bank Mandiri di Universitas Gadjah Mada (UGM). “Sudah melakukan laporan ke Bank Mandiri tetapi untuk hasilnya masih menunggu hasil investigasi dari bank,” ujarnya.

Hingga Senin (8/5) sore, dia mengaku belum mendapat pengembalian dana. “Barusan saja ini saya balik dari Bank Mandiri, dari pihak bank menyatakan masih dalam proses investigasi,” ujarnya. Marisanti juga sudah melapor ke polisi mengenai dugaan adanya pencurian dana.

Gara-gara kejadian tersebut, Marisanti mengaku kapok menggunakan layanan bank berbasiskan internet. “Jelas ada rasa khawatir bahkan kapok menggunakan layanan ini. Kepercayaan saya terhadap Bank Mandiri juga sudah hilang,” kata dia. Ia pun berharap dananya dan nasabah lain segera dikembalikan ke saldo semula.