Terbaru

Harga Ayam dan Telur Jatuh, Ini Harapan Peternak Pada Pemerintah

Harga di tingkat konsumen akhir Rp 21.000 per kilogram | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

Peternak rakyat yang tergabung dalam Gerakan Bela Peternak Ayam Pedaging dan Petelur (GBPA) melakukan pertemuan dengan pemerintah yakni Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Adapun dalam audiensi yang dilakukan dengan Kemendag, peternak mengharapkan pemerintah selaku pemangku kepentingan, agar menaikan harga jual ayam hidup dan telur diatas harga pokok produksi peternak. 

"Harapan peternak, agar harga secepatnya pulih diatas harga pokok produksi peternak, adanya referensi harga atau acuan,"ujar Kadma Wijaya Ketua Gerakan Bela Peternak Ayam Pedaging dan Petelur (GBPA) kepadawartawan, di Jakarta, Selasa (28/2/2017).

Pembahasan dalam pertemuan tersebut terkait permasalahan disparitas harga daging ayam dan telur ditingkat peternak dan ditingkat pasar, serta mengharapkan ada perbaikan harga oleh pemerintah.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Surachman Suwardi mengakui ada disparitas harga yang cukup tajam antara pasar dengan peternak rakyat.

Dia menjelaskan, Kementan sudah melakukan survei dan penyelidikan, dan menemukan beberapa dugaan yang terjadi di lapangan.

"Harga di tingkat konsumen akhir Rp 21.000 per kilogram, tapi di peternak Rp 13.000 sampai dengan Rp 14.000 per kilogram," ujarnya.

Kedua, perusahaan integrasi mengurangi chick in (masuknya anak ayam atau Day Old Chick (DOC) yang akan dipelihara ke dalam kandang) sebanyak 50 persen guna menstabilkan kebutuhan dan suplai.

Ketiga, tidak mengeluarkan izin impor Grand Parent Stock atau bibit indukan ayam sampai kondisi kondusif bagi perbaikan peternak rakyat. 

Keempat, menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang harga referensi untuk ayam hidup dan telur di tingkat peternak sesuai amanat Undang-undang Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014 pasal 26 ayat 2.

Menurutnya, penyebab utama adanya disparitas harga saat ini disebabkan oleh rantai tata niaga telur yang cukup panjang.

Kementan bersama Kemendag membagi tugas untuk pembinaan teknis dan peningkatan kualitas telur ayam. Kemendag akan membina peternak agar memiliki pengolahan tepung telur.

Selama ini tepung telur diminati industri roti dan makanan lain.  "Sedangkan kami, berusaha meningkatkan kualitas telur agar tetap berkualitas standar dan bisa bekompetisi, dengan pembinaan pembibitan," pungkasnya.

Surachman menambahkan, saat ini pemerintah telah berupaya untuk mencegah terus menurunnya harga telur.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional harga telur ayam di DKI Jakarta mencapai Rp 19.250 per kilogram, dan termurah di Maluku Utara dengan Rp 16.200 per kilogram. Sedangkan harga tertinggi ada di Papua dengan Rp 34.750 per kilogram.

Terungkap, Broker Permainkan Harga Ayam di RI | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

Sekretaris Direktorat Perdangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indrasari Wisnu, mengungkapkan penyebab gejolak harga daging ayam yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini karena permainan broker alias pedagang perantara.

"Karena masih ada yang main-main di tengah, ada broker dan pedagang pangkalan, baru sampai ke pedagang (pasar). Ini dugaan kita ada yang bermain di tengah, kenapa harga bisa turun jatuh, kemudian naik tinggi," kata Wisnu di kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (28/2/2017).

Nasib peternak ayam mandiri atau yang biasa disebut peternak rakyat saat ini terbilang memperihatinkan. Harga ayam hidup (live bird) yang jatuh hingga Rp 11.000/kg di kandang, membuat kelangsungan usaha mereka cukup terpukul.

Harga ayam hidup di tingkat peternak jatuh hingga Rp 11.000/kg, namun di sisi lain, harga daging ayam di pasar di banderol di kisaran Rp 34.000/kg. 

"Bagaimana cara potong yang di tengah agar harga live bird dan karkas tidak jauh berbeda. Nanti kita carikan solusinya, saya akan sampaikan ke Menteri Perdagangan. Ini dugaan di kita, sudah ada indikasi di tengah ini yang bisa kerek harga di pasar dan di peternak," ucap Wisnu. 

Menurut dia, Kemendag sendiri masih mancari solusi bagaimana memecahkan masalah lonjakan harga yang terjadi di tengah ini. Selain itu, broker juga berperan membuat disparitas yang tinggi antara harga ayam hidup di kandang, dengan daging ayam di tingkat pedagang pasar.

"Kapan keluarnya harus selesaikan dulu di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian. Pada dasarnya Permendag sudah siap, tapi sebelum diteken Pak Menteri Perdagangan, harus selesaikan masalah birokrasi dulu," terang Wisnu.

Salah satu caranya, lanjut dia, Kemendag akan memasukkan harga live bird dalam revisi Permendag Nomor 63 Tahun 2016 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Penjualan di Tingkat Konsumen.

Peternak Teriak Harga Ayam Hidup Hanya Rp 12.000/Kg | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Medan

Para peternak yang tergabung dalam gerakan bela peternak ayam daging dan petelur hari ini mendatangi kantor Kementerian Perdagangan. Mereka meminta agar Kemendag bisa mengatur tata niaga daging ayam agar peternak tidak dirugikan.

"Sampai saat ini kami tidak pernah dibela," tegas  Ketua Bidang Hukum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Nano Supriyatna di Kantor Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (28/2).

Harga ayam pedaging dan petelur di tingkat peternak jatuh ke level terendah, yaitu Rp 12.000/kg. Sementara itu di sisi yang lain, harga jual ayam di tingkat pedagang justru naik menjadi Rp 30.000-34.000/kg. Peternak protes!

Menurut Nano, sebaiknya Kemendag memasukkan daging ayam ke dalam penetapan harga acuan komoditas pangan di Permendag Nomor 63 Tahun 2016. Di dalam Permendag tersebut, Kemendag hanya mengatur tujuh komoditas pangan, yaitu beras, gula pasir, daging sapi, bawang merah, cabai, kedelai dan jagung.  

"Harusnya masuk (Permendag Nomor 63 Tahun 2016)  yang jadi bahan pertimbangan pemerintah. Nilai perdagangan unggas mencapai Rp 300 triliun lebih per tahun kok tidak pernah dibela. Tapi daging sapi yang hanya Rp 80 triliun per tahun kok jadi bahan yang seksi, kenapa," kata Nano dengan nada heran.

Nano menyebutkan, ada ketimpangan harga yang cukup tinggi harga ayam di tingkat peternak dan pedagang. Perhitungannya, harga ayam hidup di kandang dibanderol Rp 12.000-Rp 17.500/kg. Tetapi di tingkat pemotong harganya sudah menjadi Rp 30.000-34.000/kg.