Sektor konstruksi di Indonesia menjadi primadona di kawasan ASEAN | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang
Direktur PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk, (MCOR) Luianto Sudarmana menjelaskan, dengan masuknya investor dari China ini diharapkan dapat meningkatkan binis perusahaan ke depannya.
PT Bank Windu Kentjana International Tbk resmi diambil alih sahamnya oleh bank asal China, yaitu China Contruction Bank (CCB). Dengan pengambilanalih tersebut Bank Windu berubah nama menjadi China Cnstruction Bank Indonesia.
Luianto mentargetkan dari yang saat ini MCOR masih masuk kategori bank BUKU II, ditargetkan pada akhir 2019 bisa naik kelas ke kategori BUKU III.
"Jadi Bank Windu kan dibeli CCB 60 persen, lalu kita ganti nama menjadi CCB Indonesia, jadi mulai sekarang kita bisa menggunakan nama itu," kata dia di Gedung BEI, Senin (20/2/2017).
Luianto menambahkan, masuknya investor dari China tersebut sebagai bagian dari komitmen mereka untuk masuk ke pasar Indonesia. Salah satu yang dibidik adalah pasar konstruksi.
Dengan pergantian nama tersebut diartikan proses legalnya sampai sekarang sudah rampung. Saat ini, MCOR akan melakukan merger secara sistem, terutama sistem informasi. Integrasi ini diharapkan bisa selesai pada semeseter 1 2017.
China memandang sektor konstruksi di Indonesia saat ini menjadi primadona di kawasan ASEAN. Selain dari dana APBN yang terbatas, jumlah penduduk Indonesia yang dinilai menjadi potensi pasar yang menjanjikan.
Tak hanya itu, nantinya MCOR juga akan menyediakan fasilitas pendanaan bagi ekspor dan impor Indonesia ke China, begitu juga sebaliknya.
"Pemerintah Indonenesia 2014-2019 perlu Rp 5.500 triliun untuk pembanguna infrastruktur, tentunya pemerintah bsia masuk 30 persen saja, 70 persen sektor swasta. Jadi memang ada spesifiknya kita mengapa memilih CCB," paparnya.
China Construction Bank Targetkan Masuk BUKU III dalam 3 Tahun | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang
T Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (CCBI) menargetkan mampu naik level ke Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III dalam kurun tiga tahun. Saat ini, CCBI tercatat dalam BUKU II dengan modal inti Rp2,167 triliun.
Sementara itu untuk masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III, sebuah Bank harus memiliki modal sebesar Rp3 triliun sampai Rp50 triliun.
"Butuh Rp3 triliun lagi lah, (target) tiga tahun lagi, bisa lebih cepat," terang Direktur CCBI Luianto Sudarmana dalam acara launching brand baru PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (CCBI) di Gedung BEI Senin (20/2/2017).
CCBI juga berencana akan meminta suntikan dana dari holding CCB sebesar Rp2,3 triliun tambahan setara dengan USD250 juta untuk menguatkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR).
Dalam upaya pengembangan perusahaan, CCBI menargetkan pembukaan enam cabang baru di tahun 2017. CCBI telah siapkan sebesar Rp10 triliun untuk proyek tersebut. "Perkiraan kami sekitar segitu. Kita akan bidik di kota-kota provinsi besar," katanya
Saat ini, fokus ekspansi CCBI adalah sektor infrastruktur yang menggerus CAR. Sehingga butuh suntikan dana dari holding company CCB. "Ini komitmen 3 tahun. Jadi ini pertumbuhan kinerja kita," ujarnya.