Amir berharap Indonesia bisa mengadopsi teknologi yang diterapakan China | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Pembangkit listrik Waigaoqiao dibangun pada Juli 2005. Pembangunan yang menghabiskan anggaran sekitar US$ 1,2 miliar selesai dalam waktu tiga tahun. Pembangkit yang sering mendapat penghargaan ini mempekerjakan 2.060 orang.
PT PLN (Persero) mengunjungi pembangkit listrik Shanghai Waigaoqiao No 3 Power Generation Co Ltd di Shanghai, China, yang disebut sebagai pembangkit listrik paling efisien di dunia.
Waigaoqiao memakai teknologi super critical sehingga bisa semakin efisien dalam pemakaian batu bara dan juga mengurangi emisi. Rata-rata konsumsi batubara pembangkit ini terus menurun setiap tahunnya. Pada 2008, saat pertama operasional konsumsi batu bara menghabiskan 287,44 g/KWH, pada 2009 turun menjadi 282,16 g/KWH.
"Tujuan kami ke sini adalah ingin tahu bagaimana Shanghai Waigaoqiao me-manage pembangkit 2 X 1.000 MW agar lebih efisien dan bagaimana mengolah limbah batu bara dari pembangkit listrik," kata Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Amir Rasidin kepada rombongan wartawan Indonesia saat meninjau pembangkit itu di Shanghai, Rabu (7/12/2016).
Shi Min juga menjelaskan, Shanghai Waigaoqiao membeli teknologi dari Alstom dan Siemen. Alstom mengajari dalam hal membuat bolier, sedangkan Siemen mengajari dalam hal pembuatan turbin dan generator.
"Kami sekarang sudah bisa membuat sendiri," kata General Manager perempuan yang sudah bekerja di Shanghai Waigaoqiao selama 32 tahun ini.
Waigaoqiao memakai teknologi super critical sehingga bisa semakin efisien dalam pemakaian batu bara dan juga mengurangi emisi. Rata-rata konsumsi batubara pembangkit ini terus menurun setiap tahunnya. Pada 2008, saat pertama operasional konsumsi batu bara menghabiskan 287,44 g/KWH, pada 2009 turun menjadi 282,16 g/KWH.
Pada 2010 menjadi 279,39 g/KWH, pada 2011 menjadi 276,14 g/KWH, lalu 2012 menjadi 276,14 g/KWH, 2013 menjadi 276,82 g/KWH, pada 2015 menjadi 277,33 g/KWH dan pada 2015 menjadi 277,33 g/KWH.
Selain Amir Rosidin, kunjungan tersebut juga diikuti oleh Direktur Human Capital Management (HCM) PLN Muhammad Ali dan Kepala Satuan Komunikasi PLN I Made Suprateka.
"Kita ingin melihat nanti pembangkit yang ada di Indonesia itu, semisal Java VII dengan kapasitas 2 X 1.000 yang juga nanti dibangun dan diharapkan dalam waktu 3 tahun itu nanti selesai."
"Di Indonesia, supercritical ini belum dibangun. Di sini dengan teknologi supercritical bisa meningkatkan efisiensi sampai menigkat 90 persen, ini sangat bagus sekali," kata Amir.
Setelah mengunjungi Shanghai Waigaoqiao, PLN juga akan ke Pembangkit Listrik Pan Shan, pada Kamis (8/12/2016) keesokan harinya. Amir berharap Indonesia bisa mengadopsi teknologi super critical yang dipakai pembangkit listrik Waigaoqiao.
Tiongkok Bangun Pembangkit Paling Efisien | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Rekor sebelumnya dibuat Jerman yang membutuhkan sekitar 300 gram batubara untuk menghasilkan satu Kwh listrik. Indonesia sendiri saat ini teknologinya masih memerlukan 2.700 gram batubara untuk menghasilkan satu Kwh listrik.
Tiongkok berhasil membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) paling efisien di dunia. Pembangkit listrik nomor 3 di Shanghai Waigaoqiao hanya membutuhkan 276 gram batubara untuk menghasilkan satu kilowatt-hour listrik.
Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Amir Rosidin menilai, teknologi yang dikembangkan Tiongkok bisa mendorong pembangkit di Indonesia untuk lebih efisien.
"Dengan hanya 10 persen batubara yang dipergunakan, mereka bisa menghasilkan listrik yang sama dengan kita." Kata Amir.
General Manager Shanghai Waigaoqiao Shi Min menjelaskan, timnya mengembangkan teknologi turbin yang dibuat Siemens dan boiler dari Alstom. Pengembangan dilakukan pada ruang pembakaran dan kipas.
Selain itu Shanghai Waigaoqiao menemukan campuran bahan metal yang bisa menghasilkan panas lebih tinggi. Dengan campuran almunium nikel pada turbin pembakaran bisa dihasilkan panas 700 derajat Celsius.
Pemkot Tanggerang Jual Listrik ke PLN | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir menuturkan, perjanjian kerja sama jual beli listrik PLTSa menunjukkan komitmen perusahaannya dalam mendorong pemanfaatan energi baru-terbarukan (EBT) sebagai upaya meningkatkan rasio elektrifikasi. Dengan begitu, target rasio elektrifikasi sebesar 98 persen pada 2019 dan target porsi EBT 23 persen pada 2025 dapat tercapai. "PLN terus berkomitmen mengoptimalkan pembangkit listrik berbasis EBT," kata Sofyan, Selasa (6/12).
Hasil listrik dari pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Kota Tangerang akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kepastian pembelian listrik tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemkot Tangerang dan PT PLN serta enam daerah lainnya yang ditunjuk pemerintah pusat dalam proyek PLTSa, yaitu DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, dan Makassar.
Kemudian dalam perjanjian yang telah ditandatangani PT PLN, sambung dia, tenaga listrik dari PLTSa tersebut dibeli seharga 18,77 dolar AS atau sekitar Rp 2.496 per kilowatt jam (kWh). Menurut dia, pembelian menggunakan skema buy, own, operate, transfer (BOOT) melalui pengembangan PLTSa menggunakan thermal process yang meliputi gasifikasi, incinerator, dan pyrolysis. "Dengan durasi kontrak pembelian tenaga listrik selama 20 tahun," ujar Sofyan.
Menurut Sofyan, kali ini PT PLN membeli listrik dari PLTSa sebesar 100 megawatt (MW) yang bersumber dari tujuh pemerintah daerah (pemda). Dengan perincian, dari Pemprov DKI sebesar 4 x 10 MW dan enam kota lainnya masing-masing 10 MW.
"Peraturan ini perlu dijalankan untuk melakukan percepatan pembangunan PLTSa sekaligus guna meningkatkan kualitas lingkungan di daerah khususnya daerah perkotaan," ujarnya.
Selain sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016, menurut Sofyan, kerja sama PT PLN dan enam pemda juga sekaligus menjalankan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 44 Tahun 2015 yang mengamanahkan untuk membeli tenaga listrik dari PLTSa. Kebijakan tersebut, sambung dia, tentunya diharapkan akan semakin memperkuat ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan tenaga listrik dengan bahan baku sampah.
Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah mengatakan, wilayahnya menjadi salah satu yang dipercaya pemerintah pusat untuk mewujudkan proyek PLTSa. Dengan adanya nota kesepahaman dengan PT PLN, pihaknya tentu terdorong untuk semakin semangat terlibat dalam menyelesaikan proyek itu. "Adanya MoU ini tentu akan semakin memacu kami untuk bergerak lebih cepat lagi dalam upaya perwujudan proyek PLTSa," tutur Arief.
Menurut Arief, sampah kerap menjadi problem yang dihadapi di berbagai daerah. Adanya pemanfaatan sampah menjadi energi listrik, kata dia, akan turut membantu mengurangi permasalahan lingkungan di Kota Tangerang.
Dia menjelaskan, Pemkot Tangerang telah dan terus melakukan upaya-upaya maksimal seperti upaya pembentukan tim percepatan. Tim bertugas membuat prastudi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) juga harus terlibat dalam koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Keuangan, dan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas untuk membahas teknis pembangunan, penentuan lokasi, dan biaya pembangunan PLTSa.