Minimnya peran investor swasta berdampak pada pertumbuhan investasi yang melambat | PT Rifan Financindo Berjangka
"Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 terutama disebabkan oleh relatif terbatasnya pertumbuhan konsumsi Pemerintah dan ekspor. Pelemahan konsumsi Pemerintah dipengaruhi oleh kebijakan penghematan belanja Pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara, dalam keterangan tertulis, Senin (7/11/2016).
Ke depan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2016 akan meningkat didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga sejalan dengan inflasi yang terjaga dan ekspektasi pendapatan yang lebih tinggi.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 tercatat 5,02% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,18%. Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, pelemahan kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih relatif rendah. Di sisi investasi, masih minimnya peran investor swasta berdampak pada pertumbuhan investasi yang melambat di tengah berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur oleh Pemerintah. Sedangkan konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat didukung oleh perkembangan harga yang terjaga.
"Selain itu, masa kampanye Pilkada serentak yang dimulai pada triwulan IV 2016 diperkirakan juga dapat mendorong pertumbuhan konsumsi lembaga non profit," terang Tirta.
"BI akan terus memonitor berbagai perkembangan baik domestik maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi," pungkas Tirta.
Di sisi investasi, implementasi Paket Kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan memperbaiki iklim investasi diharapkan dapat mendukung kinerja investasi. Di sisi lain, pelonggaran moneter yang telah dilakukan secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan turut memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi, seiring dengan efektivitas transmisi kebijakan moneter yang semakin baik ke depan.
Ekonomi Inggris Tumbuh 0,4 Persen pada Agustus-Oktober | PT Rifan Financindo Berjangka
Lembaga riset ekonomi yang berbasis di London itu mengatakan, estimasi kuartalan pertumbuhan PDB untuk Oktober telah melihat penurunan 0,1 persentase poin dari pertumbuhan 0,5 persen, yang terlihat di kuartal yang berakhir September.
Menurut angka yang dirilis oleh Institut Nasional untuk Riset Ekonomi dan Sosial (NIESR) pada Selasa (8/11), ekonomi Inggris tumbuh sebesar 0,4 persen dalam tiga bulan sampai akhir Oktober.
Oriol Carreras, peneliti di NIESR, mengatakan kepada Xinhua: "Jasa-jasa adalah mesin utama pertumbuhan, meskipun produksi dan konstruksi bertahan kembali."
Ia memperingatkan, pelambatan akan berlanjut ke 2017, ketika inflasi meningkat.
Carreras mengatakan, telah terjadi pelambatan moderat dalam pertumbuhan, dibandingkan dengan kecepatan sebelum referendum Brexit pada 23 Juni.
Dia menambahkan, "Kami perkirakan inflasi bergerak naik, dan penguatan ini dari jasa-jasa mungkin mulai berkurang sedikit."
"Pelambatan yang telah banyak diprediksi, termasuk kami sendiri, itu akan datang tepat setelah referendum tampaknya tidak terwujud secepat yang kita pikirkan. Tapi kita tidak berpikir, bahwa ini memungkinkan kita mempertahankan setiap ekspektasi bahwa pelambatan lebih mencolok tidak akan terjadi di masa depan," katanya.
NIESR memperkirakan, Inflasi Harga Konsumen (CPI) akan mencapai 3,8 persen pada akhir tahun depan, dari tingkat saat ini (September) satu persen per tahun, --naik dari 0,6 persen pada tahun ini hingga Agustus.
Perkiraan triwulanan terbaru NIESR yang diterbitkan pada awal bulan ini, memprediksi, pertumbuhan PDB dua persen tahun ini. Dan jatuh menjadi 1,4 persen pada 2017, karena efek dari ketidakpastian Brexit dan meningkatnya inflasi menahan perekonomian.
Pulih, Pasar Properti akan Kembali Bergairah | PT Rifan Financindo Berjangka
Di tahun 2016 ini, pasar properti diklaim telah pulih. Sejumlah pelaku di bisnis ini pun optimistis properti kembali tumbuh pada awal tahun depan.
"Optimis bahwa properti akan lebih baik dalam waktu dekat, ya paling tidak awal tahun depan, kita masih terus lihat juga," ujar Yussuf di Jakarta, seperti dilansir dari laman okezone.com, Selasa (8/11/2016).
Properti dianggap sebagai salah satu investasi yang menjanjikan. Capital gain yang tinggi tiap tahun, menjadikan properti sebagai bahan investasi pada urutan teratas.
Presiden Direktur PT Griyaceria Nusamekar Yussuf mengatakan, paling lama awal tahun depan pasar properti membaik karena beberapa faktor yang terjadi di tahun ini, salah satunya adalah tax amnesty.
"Penjualan sampai akhir tahun dan tahun depan market cukup optimistis apalagi yang sudah selesai ya karena kelihatan betul kualitasnya," tutupnya
Sementara dalam kesempatan yang sama, Senior Associate Director Residential Cushman & Wakefield Indonesia Tikam Sujanani mengatakan, tahun depan diproyeksikan pasar akan menunjukkan gairahnya, apalagi untuk produk-produk properti yang memiliki keunikan tersendiri.