Terbaru

Orasi Ilmiah di ITS, Menkeu Sampaikan Tantangan Ekonomi Global

Sri Mulyani: keadaan ekonomi di Indonesia saat ini masih dalam ketidakpastian | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka


Pada acara Dies Natalis ke-56, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati untuk memberikan orasi ilmiah. Sesuai dengan bidang kerja yang digelutinya, dalam kesempatan itu Sri Mulyani memaparkan materi mengenai tantangan ekonomi global bagi Indonesia.

"Pengaruh arus modal dari negara-negara maju yang berimbas kepada negara-negara berkembang, menyebabkan keadaan ekonomi negara berkembang berada dalam ketidakpastian," tuturnya dinukil dari laman ITS, Jumat (11/11/16).

"Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori berpendapatan menengah. Dimana negara ini berkembang dengan perekonomian terbuka yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kondisi global," sebutnya.

Sri Mulyani mengungkapkan, keadaan ekonomi di Indonesia saat ini masih dalam ketidakpastian. Apalagi, saat ini perekonomian di negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa sedang mengalami kelemahan dikarenakan krisis keuangan global.

Negara yang paling berdampak, ucap Sri Mulayani, yakni mereka yang sedang menaikkan tingkat peringkat dirinya menjadi negara maju. Sedangkan Indonesia sendiri masuk dalam kategori berpendapatan menengah.

"Terbukti ketika Indonesia berhasil menghadapi tekanan global. Sehingga menjadi keharusan bagi perekonomian Indonesia agar memiliki daya tahan yang tinggi," pungkasnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, pengelolaan ekonomi Indonesia modern, serta peran ekspor dan impor memiliki kontribusi besar pada penciptaan pertumbuhan ekonomi maupun kesempatan kerja. Kendati demikian, Sri Mulyani optimis bahwa Indonesia memiliki peluang yang luas, selain ekspor dan impor.

Saham dan Rupiah Tumbang, Sri Mulyani 'Pasang Teropong' | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beranggapan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi tadi, merupakan imbas dari kekhawatiran yang muncul pasca terjadi perubahan situasi politik di Amerika Serikat (AS).

Sri Mulyani meyakini, AS sebagai negara terbesar dari segi ekonomi membuat segala keputusan dan perubahan yang terjadi di AS, termasuk dari sisi politik, memberikan dampak yang luas ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Sampai hari ini, kita melihat perkembangan rupiah bersama indeks harga saham dan surat berharga sangat dipengaruhi oleh sentimen yang terjadi secara regional maupun global karena perubahan atau perkembangan situasi politik di Amerika," ungkap Sri Mulyani di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (11/11).

Untuk itu, bendahara negara ini memastikan bahwa dirinya akan menyisir berbagai dampak dan hal-hal yang mempengaruhi fundamental ekonomi bangsa, termasuk berbagai rumor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah.

"Apapun yang dilakukan dan diputuskan di sana bahkan pernyataan sekalipun juga akan mempengaruhi," yakin Sri Mulyani.

Di samping itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut akan terus mematangkan langkah untuk membuat pasar dalam negeri tergenjot sehingga turut memberikan sentimen positif bagi ekonomi Indonesia. Lebih dari itu, pasar dalam negeri yang bergairah akan memperkuat fondasi ekonomi. 

Tak hanya pengaruh dari AS, Sri Mulyani menilai, ada pula sentimen negatif dari spekulasi yang dibuat pihak-pihak tertentu. Namun, untuk hal ini, dirinya memastikan, pemerintah akan segera menganalisa motif dibalik spekulasi tersebut.

Sementara itu, melihat proses perpindahan kekuasaan politik di AS, Sri Mulyani mengatakan belum melihat dampak besar sementara ini.

Kemudian untuk rupiah, Sri Mulyani akan memperhatikan sisi permintaan dan penawaran rupiah. Misalnya, dari sisi permintaan untuk kebutuhan impor, Sri Mulyani akan melihat kebutuhan membayar utang dan seluruh eksposur utang. 

"Amerika kan masih proses transisi. Jadi, akan terus ada perkembangan baru," tutupnya.

"Tapi kita lihat tidak ada alasan untuk khawatir, maka tidak perlu khawatir," katanya.

Sementara, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS amblas pada perdagangan hari ini dan sempat menyentuh Rp13.865 atau melemah hingga 5,55 persen dari Rp13.138 kemarin. 

Untuk diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 160,98 poin (2,95 persen) ke level 5.289 hingga sesi I hari ini dari penutupan perdagangan kemarin di level 5.450,30 karena spekulasi kenaikan suku bunga AS.

Sri Mulyani Bilang Rupiah Tergerus Tak Perlu Khawatir | PT Rifan Financindo Berjangka 

PT Rifan Financindo Berjangka


Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan tergerusnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini, tidak akan menggoyahkan kondisi ekonomi di Tanah Air. Ditegaskan oleh Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia hingga saat ini pondasi ekonomi Indonesia masih kokoh.

"‎Karena AS adalah negara terbesar ekonominya, tentu apapun yang dilakukan dan diputuskan disana, bahkan pernyataan juga akan memengaruhi. Dan kita akan terus mencoba melakukan counter dengan market untuk memberikan keyakinan mengenai pondasi ekonomi kita," katanya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Dia mengatakan, sebagai negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia, apapun yang diputuskan dan dinyatakan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) memang akan memengaruhi kondisi perekonomian banyak negara di dunia. Namun, pemerintah akan melakukan sejumlah cara agar Indonesia tidak terlalu terpengaruh dengan kebijakan yang diambil Negeri Paman Sam -julukan AS- tersebut.

"Kalau dari sisi permintaan untuk kebutuhan impor, kebutuhan membayar utang dan seluruh eksposur utang kita lihat tidak ada alasan untuk khawatir, Maka tidak perlu khawatir. Karena permintaan itu bisa dipenuhi dengan supply yang ada. Sehingga tidak ada yang disebut overshoot. Kalau dia sifatnya spekulasi ya kita akan lihat siapa yang memainkan spekulasi," tandasnya. 

Menurutnya, nilai tukar mata uang Garuda sejatinya juga dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Jika memang permintaan untuk kebutuhan impor dan kebutuhan untuk membayar utang dapat dipenuhi dari supply yang ada, maka menurut dia meminta pasar untuk tidak terlalu khawatir dengan gejolak yang kini tengah terjadi terhadap rupiah.