Trump akan melakukan tax amnesty| PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Donald Trump yang baru saja terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 diperkirakan akan membuat program tax amnesty (pengampunan pajak) seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Indonesia.
"Memang ini lucu, banyak orang memperkirakan Presiden Trump meniru mengikuti jejak Presiden Jokowi, mengadakan tax amnesty karena persoalan Amerika menyimpan sampai US$ 2,5 triliun di luar Amerika," ungkap Kepala BKPM, Thomas Trikasih Lembong, dalam diskusi di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Langkah itu dilakukan untuk memulangkan dana hingga US$ 2,5 triliun milik warga AS yang disimpan di berbagai belahan dunia, terutama di Eropa.
"Menarik jadi Indonesia telah berhasil menjalankan tak amnesty-nya, sampai sekarang merupakan program tax amnesty paling berhasil dalam sejarah dunia. Tim penasihat Donald Trump juga sedang mempertimbangkan mengadakan hal yang sama tax amnesty di Amerika. Itu memang bisa punya dampak yang besar," ucapnya.
Saat ini para penasihat Trump sedang mempertimbangkan adanya program tax amnesty setelah melihat keberhasilan Indonesia.
Lembong menambahkan, kalau program tax amnesty benar-benar dijalankan oleh AS maka situasi perekonomian Eropa bisa terguncang. Kondisi itu harus diwaspadai karena bisa berdampak luar biasa.
Selain program tax amnesty, Trump juga kemungkinan akan fokus pada program-program pembangunan infrastruktur, seperti halnya Jokowi.
"Kebanyakan uang itu disimpan di Eropa, jadi kalau itu terjadi mungkin repatriasi secara besar-besaran terjadi dari Eropa ke Amerika, itu contoh perkembangan yang harus diwaspadai," tuturnya.
"Ada wacana Presiden Trump adalah untuk meluncurkan program infrastruktur, jadi balik lagi seperti Pak Jokowi, infrastruktur. Presiden Trump sudah mengatakan akan mendanai infrasturktur menggunakan APBN mereka, bukan menggunakan dana investor. Mereka tidak meliki keterbatasan APBN, mereka akan danai infrastruktur dari APBN kemudian mengangkat ekonomi Amerika, itu sangat positif," tukas dia.
"Kalaupun sampai Trump pasang tarif melakukan kebijakan yang proteksionis, dilain sisi perekonomian Amerika makin kencang, penghasilan konsumen Amerika makin tinggi. Itu kan tetap menyedot ekspor dari Asia timur termasuk Indonesia," tutupnya.
Lembong yakin Indonesia tetap dapat meningkatkan ekspornya ke AS meski Trump nantinya membuat kebijakan-kebijakan yang proteksionis. Sebab, perekonomian AS diyakini akan tumbuh lebih pesat di bawah Trump, daya beli masyarakatnya meningkat, sehingga permintaan akan produk-produk asal Asia semakin tinggi.
BKPM Tak Berniat Merevisi Target Investasi Terkait "Trump Effect" | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, mengaku tak berniat untuk merevisi target investasi di akhir 2016 sebesar Rp 594,8 triliun akibat adanya "Trump Effect".
"Setelah mempelajari potensi dampak dari terpilihnya Presiden Trump, kami tidak merevisi target investasi tahun ini, tahun depan atau tahun berikutnya," ujar Lembong di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Menurutnya, "Trump Effect" yang terjadi di market Indonesia dampaknya tidak akan berlangsung lama dan tak langsung berpengaruh ke sektor riil.
Menurut mantan Menteri Perdagangan ini, sentimen apapun yang datang ke Indonesia tidak akan mempengaruhi ke target yang telah ditetapkan pihaknya.
Lembong mengaku tetap optimistis target investasi hingga akhir 2016 tembus di angka Rp 549,8 triliun.
"Hemat saya perkembangan itu tidak menjadikan satu alasan untuk kami tidak berkinerja. Apapun perkembangan di luar, tidak boleh menjadi alasan penurunan target investasi," tutur Lembong.
Seperti diberitakan sebelumnya, BKPM mencatat realisasi investasi kuartal III 2016 mencapai 76,2 persen dari target investasi 2016 yang sebesar Rp 594,8 triliun atau mencapai Rp 453,4 triliun.
"Saya tetap optimis sampai saat ini tidak ada perubahan target investasi. Justru perubahan-perubahan seperti ini menjadi peluang, kita harus berfikir bagaimana menyesuaikan memanfaatkan perkembangan seperti ini," pungkasnya.
Dengan tercapainya 76,2 persen dari target, berarti realisasi investasi kuartal III 2016 ini tumbuh 13,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kedua adalah komitmen pemerintah untuk menjaga belanja infrastruktur, meskipun ada pemotongan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Ada tiga hal yang menjadi faktor peningkatan realisasi investasi BKPM. Pertama, keberhasilan program amnesti pajak yang memberikan gairah baru bagi para investor.
Terakhir, semakin banyaknya pemerintah daerah yang membentuk pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). PTSP ini diharapkan memudahkan orang berinvestasi.
Thomas Lembong Waspada Wacana Tax Amnesty Donald Trump | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Thomas mewaspadai wacana penerapan kebijakan ekonomi proteksionisme yang akan dianut oleh Trump. Rencana Trump untuk menaikkan tarif impor dan memutus tali perdagangan yang selama ini terjalin berpotensi mengerutkan volume perdagangan gloobal.
Wacana tersebut berhembus usai Trump mendapatkan masukan dari para penasehat ekonominya terkait stimulus fiskal yang akan diterapkan di negeri Paman Sam itu. Trump memang berencana memberikan kemudahan pajak bagi pebisnis yang selama ini memberikan keuntungan besar bagi AS.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan Indonesia perlu mewaspadai kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Tak hanya itu, mantan manajer investasi itu juga mewaspadai wacana diberlakukannya program pengampunan pajak yang akan dilakukan oleh taipan properti itu.
Menurutnya, saat ini negara-negara maju saat ini cenderung menerapkan kebijakan yang tidak rasional seperti proteksionisme, Hal ini berkebalikan dengan negara-negara berkembang (emerging market) yang tengah gencar melakukan reformasi kebijakan agar lebih ramah terhadap dunia bisnis.
"Memang ini lucu, banyak orang yang memprediksi Donald Trump akan meniru Presiden Jokowi dalam tax amnesty. Tapi itu mungkin saja terjadi karena banyak perusahaan AS yang menyimpan uangnya hingga US$2 triliun di luar khususnya Eropa, kalau itu terjadi bisa terjadi repatriasi besar-besaran dari Eropa dan AS, itu salah satu contoh yang harus kita waspadai," ujar Thomas dalam DBS Economic Outlook, Kamis (17/11).
"Dunia saat ini tengah jungkir balik. Negara-negara maju yang biasa berbicara rasional justru sekarang, mohon maaf, jadi sedikit ngawur," katanya.
"Untuk sementara sejauh ini tidak ada revisi untuk target investasi baik untuk tahun ini, tahun depan serta tahun berikutnya. Hemat saya perkembangan seperti itu tidak menjadi alasan untuk kita bekerja atau tidak berkinerja," ujarnya.
Meski demikian, ia menjamin sentimen negatif di pasar keuangan Indonesia tidak akan berpengaruh ke iklim investasi. Sehingga akhir tahun, target investasi BKPM masih tetap Rp594,8 triliun, hingga kuartal III-2016, realisasi investasi sudah mencapai Rp 453,4 triliun.