IHSG berpeluang bergerak flat | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Selain itu, adanya rapat petinggi Federal Reserve AS, Bank Indonesia dan Bank of Japan pada pekan ini di masing-masing negara, membuat IHSG berpeluang bergerak flat. "Tetap cermati sentiment yang ada," imbuh Reza.
Dengan demikian, adanya potensi pembalikan arah IHSG untuk melanjutkan tren pelemahan di perdagangan hari ini patut direspons para pelaku pasar dengan mempertimbangkan tujuh saham berikut ini.
1. Saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 1.775 dan cut-loss di level 1.770.
2. Saham PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 230 dan cut-loss di level 228.
3. Saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 1.200 dan cut-loss di level 1.190.
4. Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 4.040 dan cut-loss di level 4.020.
5. Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 2.750 dan cut-loss di level 2.740.
6. Saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 180 dan cut-loss di level 178.
7. Saham PT Link Net Tbk (LINK) disarankan beli selama diperdagangkan di atas 4.700 dan cut-loss di level 4.680.
Menurut Reza, pada perdagangan hari ini laju IHSG diperkirakan akan berada pada level support di kisaran 5.192-5.235, sedangkan target resistance terdekat ada pada rentang 5.304-5.339.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini diprediksi akan berbalik arah ke zona merah melanjutkan tren pelemahan akibat aksi jual bersih asing pada pekan kemarin.
"Secara teknikal, IHSG berpeluang melanjutkan pelemahan dengan asumsi tidak adanya perlawanan dari volume beli dan masih ada aksi pelaku pasar asing," papar analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya, Senin (19/9/2016).
Ini dia pilihan saham lapis kedua | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Analis Philip Securities Milka Mutiara memilih PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan WTON.
Milka memilih AISA karena ada kenaikan kontribusi beras premium terhadap total penjualannya. William dan Milka memilih WTON karena ada potensi kenaikan dari mega proyek high speed rail di tahun ini.
Milka merekomendasikan tahan saham WTON, sedang William merekomendasikan beli saham WTON.
Analis Minna Padi Investama Christian Saortua juga menganjurkan investor menghindari saham second liner untuk saat ini. Kala volatilitas tinggi, Christian menyarankan investor mencermati emiten dengan fundamental baik.
"Jadi kalau cut loss, likuiditas masih terjaga," jelasnya
Pasar saham Indonesia cenderung masih minim sentimen positif. Data ekonomi Indonesia teranyar tidak bisa mengerek laju pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), lantaran hasilnya kurang memuaskan.
Hanya beberapa data yang menunjukkan hasil positif. Salah satunya neraca perdagangan pada Agustus yang surplus US$ 293,6 juta. Meski begitu, investor tak perlu bingung mengisi portofolio. Cobalah lirik saham-saham lapis kedua alias second liner.
Menurut Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, saham second liner memang sulit diperkirakan. Kadang, meski fundamental saham tidak begitu bagus, tapi harganya bisa tiba-tiba naik. "Terkadang tidak ada sentimen apapun, saham bisa bergerak naik," jelasnya pada KONTAN, Jumat (16/9).
Reza mengatakan, saat memilih saham lapis dua, investor bisa melihat kondisi internal emiten. "Fundamental sahamnya bagus atau ada berita positif dari dalam perusahaannya yang masih layak untuk dipilih," jelas Reza.
Di jajaran saham lapis dua, Reza memilih saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP).
Biasanya, saham lapis kedua bisa menjadi alternatif pilihan investasi lantaran pergerakannya cukup fluktuatif. Analis menilai pasar saham saat ini dalam masa tunggu atawa wait and see terkait keputusan suku bunga acuan Amerika Serikat dalam rapat petinggi Federal Reserve pada pekan ini.
Dalam masa penantian ini, pelaku pasar cenderung profit taking pada saham-saham berkapitalisasi besar. Jika sudah ada kepastian, investor akan lakukan aksi beli lagi ke saham blue chips, lalu second liner.
Reza mencontohkan saham ELSA. Tahun lalu, kinerja ELSA turun. Tapi manajemen ELSA masih berusaha mendapatkan kontrak pembangunan kilang minyak dari klien perusahaan migas. "Ini akan berdampak ke pendapatan. Peluang ELSA untuk tumbuh masih ada," ujar Reza.
Reza juga memilih saham PWON karena recurring income atau pendapatan berulangnya dari bisnis apartemen dan mal masih cukup besar. Semua saham yang dipilih Reza direkomendasikan beli karena fluktuasi sedang kencang, jadi lebih cocok untuk trading.
Reza mengatakan, saat memilih saham lapis dua, investor bisa melihat kondisi internal emiten. "Fundamental sahamnya bagus atau ada berita positif dari dalam perusahaannya yang masih layak untuk dipilih," jelas Reza.
Di jajaran saham lapis dua, Reza memilih saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP).
Tapi, Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, saat kondisi pasar seperti sekarang, seharusnya pasar lebih konsentrasi ke saham berkapitalisasi besar, bukan saham lapis dua. Menurut William, saham second liner menarik untuk jangka pendek.
Tapi jika berbicara jangka panjang, saham kapitalisasi besar jauh lebih menarik. Di antara saham-saham lapis kedua, William memilih PWON, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan PT Wijaya Karya Beton (WTON).
Dia memilih KAEF karena termasuk saham sektor konsumer yang rata-rata kinerjanya pada semester pertama cukup memuaskan. "Tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin lama semakin meningkat, makanya KAEF masih dipilih investor," kata William.
Asjaya Indosurya: IHSG Berpotensi Menggapai level 5.336 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru
Potensi penguatan IHSG jangka pendek tadi menurutnya tetap ditopang oleh kondisi perekonomian dalam negeri yang masih stabil. Mendukung tren penguatan jangka pendek tersebut William merekomendasikan saham WTON, BBNI, JSMR, EXCL, PGAS, dan UNVR untuk menu beli hari ini.
Data surplus neraca perdagangan Indonesia periode Agustus 2016 sebesar US$ 293,6 juta yang diumumkan Badan Pusat Statitik (BPS) akhir pekan lalu berhasil menjadi pengusir galau di tengah tekanan sentimen global dan regional akibat ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed).
Hasil itu menurut analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menjadi bekal optimisme palaku pasar dalam mengarungi aktivitas perdagangan hari ini. Pergerakan IHSG diperkirakan berada dalam range level 5.188 - 5.336. “Technical rebound masih berpotensi terjadi untuk menggapai resistance level 5.336, dengan catatan support dapat bertahan kuat pada level 5.188” ujar William dalam riset yang hariannya pagi ini Senin, 19 September 2016.
Sentimen positif tadi berhasil menarik kembali capital inflow di pasar saham, yang pada akhirnya membuat hijau IHSG di akhir pekan kemarin. Pada perdagangan Jumat, 16 September 2016, pasar saham ditutup naik 1,95 Poin Ke 5.267,77.