Logo Visa atau Mastercard di ATM itu bukan logo semata | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Visa dan Mastercard merupakan jaringan kartu kredit raksasa asal Amerika Serikat (AS). Keduanya memiliki lingkup bisnis yang menggurita hingga keratusan negara di berbagai belahan dunia.
Logo Visa atau Mastercard di kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Anda ternyata bukan logo semata. Ada konsekuensi dari terpampangnya logo perusahaan pembayaran global tersebut.
"Ini menarik," ujar Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas dalam acara media training di Belitung, Kamis (22/9/2016).
Menurut dia, selama ini dua perusahaan tersebut menikmati keuntungan dari transaksi debit di Indonesia. Sebab dalam setiap transaksi debit kartu ATM, ada biaya yang harus dibayar ke perusahaan asing tersebut.
Lantaran hal itu pula ucap dia, Bank Mandiri menyambut baik rencana holding BUMN. Salah satu rencana holding yakni membuat layanan seperti Visa atau Mastercard untuk perbankan nasional.
Rohan yakin hal itu bisa terwujud sebab bila Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN menjadi holding, maka perbankan BUMN akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Rohan, nilai dari biaya yang harus dibayarkan kepada Visa atau Mastercard sangat besar. Hal itu dinilai sebagai bentuk inefisiensi di dalam sektor perbankan.
"Banknya Indonesia, uangnya milik orang Indonesia, tetapi harus bayar fee. Itu kenyataan hidup dan itu dipotong satu setengah persen," kata Rohan.
Bank Mandiri Salurkan Rp92,8 Triliun untuk Pengembangan Infrastruktur | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas, penyaluran kredit tersebut merupakan komitmen Bank Mandiri dalam membantu merealisasikan program Nawacita pemerintah, terutama pada penciptaan kemandirian ekonomi Indonesia.
"Infrastruktur merupakan salah satu komponen utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk itu, melalui penguatan fungsi intermediasi perbankan, infrastruktur di Indonesia dapat semakin baik dan bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan perekonomian," kata Rohan, saat berbicara dalam media gathering Bank Mandiri, di Belitung, Kamis, 22 September.
Bank Mandiri terus mendukung upaya pengembangan infrastruktur guna merealisasikan kemajuan ekonomi nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menguatkan fungsi intermediasi ke sektor infrastruktur.
Hingga Agustus 2016, Bank Mandiri telah memberikan komitmen penyaluran kredit infrastruktur sebesar Rp92,8 triliun (bank only) atau tumbuh sekitar 40,2 persen secara year on year (yoy). Dari nilai tersebut, penyaluran terbesar diserap oleh sektor transportasi yang mencapai Rp36,4 triliun, dengan proyek yang dibiayai antara lain proyek pengembangan bandara, pelabuhan laut, serta kereta api.
Pengelolaan kredit tersebut, tambahnya, dilakukan melalui strategi diversifikasi limit pinjaman, evaluasi industri dan kinerja calon debitur, koordinasi antar unit bisnis, serta evaluasi portofolio kredit. Di samping itu pada kredit yang exsisting, perseroan menerapkan strategi early warning signal dan prinsip antisipatif serta monitoring administrasi kredit.
"Sampai dengan akhir 2016 kami memproyeksikan rencana penarikan sekitar Rp17 triliun terutama dari proyek-proyek pembangkit listrik serta migas," pungkas Rohan.
Pada sektor transportasi, pencairan pinjaman hingga Agustus 2016 adalah Rp16,7 triliun. Sementara pencairan kredit untuk pembangkit tenaga listrik telah mencapai Rp15,6 triliun, proyek jalan tol Rp7,6 triliun, dan sektor telekomunikasi Rp8,9 triliun.
"Berkat pengelolaan kredit yang baik, seluruh kualitas kredit sektor infrastruktur Bank Mandiri dinilai lancar," tutur Rohan.
Rohan menjelaskan, proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai pada umumnya bersifat tahun jamak/multiyears sehingga proses pencairannya pun mengikuti perkembangan dari masing-masing proyek.
Dengan pola tersebut, lanjutnya, tingkat pencairan kredit yang telah disetujui pun berbeda-beda. Dari nilai komitmen Rp92,8 triliun, pinjaman yang telah dicairkan adalah Rp49,4 triliun, meningkat sekitar 19 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Adapun proyek infrastruktur lain yang memperoleh pendanaan Bank Mandiri antara lain proyek pembangkit tenaga listrik sebesar Rp28,7 triliun, pembangunan jalan tol Rp15,3 triliun dan sektor telekomunikasi Rp12,5 triliun.
Reverse Repo Dipangkas, Bank Mandiri Yakin Kredit Tumbuh 12% | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat
Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 595,5 triliun selama tahun 2015. Capaian ini meningkat 12,3 persen dibandingkan Rp 530 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun saat ini, Bank Mandiri mencatat bunga kredit yang diberikan sebesar 8 persen untuk debitur yang menyimpan manajemen kas hingga mengelola gaji pegawai di Mandiri dan 11 persen untuk debitur yang hanya meminjam kredit.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas memastikan, penurunan suku bunga akan membuat permintaan dan ketersediaan kredit meningkat karena didukung dengan inflasi dan dana pihak ketiga (DPK).
"Penurunan ini memberikan sinyal, di saat bersamaan inflasi turun dan DPK membanjiri perbankan. Jadi, pasokan dan dana akan lebih banyak," ungkap Rohan di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (22/9).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis kebijakan penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) melalui 7 Days Reverse Repo (7DRR) Rate akan mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan dan berimbas ke peningkatan penyaluran kredit.
Rohan menambahkan, jika bunga kredit turun, maka penyaluran kredit Mandiri tentu bisa melebihi target sekiar 11 persen secara tahunan (Year-on-Year/Y0Y).
"Bisa melebihi target semula sebesar 11 persen, diperkirakan pertumbuhan kredit menjadi 11,5 persen sampai 12 persen," jelas Rohan.
Sebelumnya, BI menurunkan bunga acuan melalui 7DRR Rate sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5 persen. Kemudian, fasilitas penyediaan likuiditas bank dari BI juga diturunkan 25 bps menjadi 5,75 persen dan fasilitas deposito turun menjadi 4,25 persen. Penurunan ini akan berlaku mulai hari ini, Jumat (23/9).
Selain itu, Bank Mandiri juga meyakini penurunan suku bunga dapat mendorong penurunan suku bunga deposito. Meski, saat ini, menurut Rohan, bunga deposito telah turun cukup signifikan usai penurunan bunga acuan sebesar 100 bps dengan tenor 12 bulan berdasarkan BI Rate di awal tahun lalu.
"Pelonggaran ini [penurunan bunga acuan] memperbaiki pasokan di pasar uang. Ini membuat gairah yang bagus untuk bunga deposito dan kredit," tambahnya.