Terbaru

Jokowi Beruntung Jadi Presiden Saat Harga Minyak Turun

Uang pemerintah untuk pembangunan jadi lebih besar | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

Joko Widodo dinilai beruntung, ketika menjadi presiden Indonesia di saat situasi harga minyak dunia dalam tren menurun. Sehingga, pemerintah dapat mengambil langkah lebih mudah untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak.

Diketahui bersama, bahwa pada masa awal pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla, subsidi BBM ditarik. Kemudian, dana subsidi dapat dialihkan ke sektor yang lebih produktif, yakni infrastruktur. Kebijakan tersebutlah yang turut berkontribusi dalam menyokong pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi stabil.

"Harga minyak mentah turun, Jokowi beruntung dan hilangkan subsidi ke infrastruktur. Stabil dari sisi GDP (produk domestik bruto)," ungkap Direktur Investasi di Aberdeen Asset Management, Bharat Joshi di kantor Aberdeen, Jakarta, Selasa 24 Januari 2017.

Kemudian, ia mengatakan, stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjadi saat ini. Karena, diprediksikan perusahaan-perusahaan Indonesia akan mulai melakukan ekspansi tahun ini, yang didorong oleh munculnya geliat permintaan pasar. 

Dengan adanya beberapa faktor tersebut, diyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih tinggi dari sebelumnya. Apalagi, titik terendah sudah terjadi 2016, yaitu sekitar lima persen. "Diharapkan meningkat. Titik balik untuk mulai naik," ujarrnya. 

"Perusahaan di Indonesia mulai lebih banyak melakukan investasi tahun ini. Tiga tahun terakhir enggak investasi tahun 2013 sampai 2015, karena GDP lemah, perusahaan kebanyakan enggak investasi, karena enggak ada demand. Diharapkan, ke depan lebih banyak investasi dari perusahaan Indonesia," tuturnya.

Stabilitas ekonomi juga didukung oleh, harga komoditas yang juga mulai merangkak naik, perlahan tapi pasti. Di mana, hal itu baik untuk Indonesia sebagai negara pengekspor terbesar di Asia. 

"Tentu, ini menguntungkan bagi Indonesia. Kita pengekspor terbesar di Asia, yang mendorong harga komoditas. Ini bawa multiplier effect meningkatkan pendapatan di Sumatera dan Kalimantan, enggak hanya Jawa, mereka akan beli mobil, motor," ujarnya. 

Pengalihan Anggaran ke Infrastruktur Buat Ekonomi Bergerak Stabil | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

Ketika Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, harga minyak dunia sedang berada di tren menurun. Kondisi itu yang membuat Jokowi memutuskan untuk langsung mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dialihkan ke sektor infrastruktur.

"Harga minyak mentah turun, Jokowi beruntung dengan menghilangkan subsidi BBM dan dialihkan dana subsidi ke infrastruktur. Sehingga ekonomi (tumbuh) relatif stabil," kata Investment Director Indonesia PT Aberdeen Asset Management Bharat Joshi, di Menara Dea Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/1/2017).

Ketika anggaran dialihkan dari subsidi BBM ke pembangunan infrastruktur maka hal itu memberikan dampak yang positif bagi pergerakan ekonomi Indonesia. Bahkan, kondisi tersebut bisa memberi stimulus signifikan untuk memperlancar aktivitas perekonomian di masa mendatang.

Tidak hanya itu, masih kata Bharat, sejumlah perusahaan di Indonesia juga akan mulai melakukan ekspansi di 2017 ini, yang sebelumnya justru memperlambat aksi tersebut. Adapun ekspansi yang sebelumnya melambat dikarenakan tingkat ekonomi lesu dalam beberapa tahun belakangan ini sehingga membuat tingkat investasi jalan di tempat.

Situasi dan kondisi semacam itu tentunya membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 akan jauh lebih baik dibandinngkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Diharapkan GDP tahun ini naik. Ketika pada 2016 paling bawah maka ini titik balik mulai naik dan kita harapkan meningkat (pertumbuhan ekonomi)," tutur Bharat.

"Perusahaan Indonesia mulai investasi, tiga tahun akhir tidak investasi, mulai 2013-2015, karena GDP lemah. Perusahaan banyak tidak investasi, karena tidak ada permintaan. Ke depan, kami harapkan kebih banyak investasi dari perusahaan Indonesia," terang Bharat.

Selain itu, lanjutnya, harga komoditas yang mulai merangkak naik turut memberikan pengaruh positif bagi Pemerintahan Jokowi-JK. Adapun pengaruh positif itu lantaran Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas terbesar‎ di Asia, sehingga perbaikan harga komoditas dunia memberikan keuntungan yang baik.

"Yang mendorong harga komoditas dan kita pengekspor terbesar di Asia. Ini bawa efek berantai dan meningkatkan pendapatan di Sumatera dan Kalimantan, tidak hanya Jawa. Mereka (masyarakat) akan bisa beli mobil atau motor," jelas Bharat.

AS Keluar dari TPP Bikin Negara Berkembang Ketar-ketir | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo

PT Aberdeen Asset Management mengatakan, keluarnya Amerika Serikat (AS) dari kerja sama perdagangan dalam Trans Pacific Partnership (TPP) akan membuat banyak negara berkembang ketar-ketir. 

"Pasar modal dan dolar AS menguat atas ekspektasi stimulus fiskal dan kenaikan suku bunga AS. Faktor yang menghambat kemajuan Asia dan pasar berkembang lainnya," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/1/2017).

Aberdeen Asset Management Investment Director-Indonesia Bharat Joshi mengatakan, langkah yang diambil Donald Trump membuat ketidakpastian di pasar global. Gerak negara majupun dinilai akan melambat akibat keluarnya AS dari TPP.

"Keluar dari TPP tidak sepenuhnya buruk karena ini akan memberi kesempatan China kembali ke meja diskusi perjanjian dagang internasional," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, keputusan yang diambil Donald Trump tersebut tidak buruk. Sebab, membuka peluang bagi China untuk memainkan peran sebagai pemimpin di pasar perdagangan bebas. 

China dinilai memiliki peluang karena merupakan negara dengan PDB kedua terbesar di dunia yaitu USD11,391 triliun. Di atasnya bertengger AS sebesar USD18,561 triliun. PDB kedua negara raksasa ini hampir setengah dari PDB dunia USD69,659 triliun. 

Seperti dikutip dari BBC, Selasa (24/1/2017), kesepakatan perdagangan dengan 12 negara tersebut menjadi hal terpenting dari kebijakan yang dilakukan oleh mantan Presiden AS Barack Obama.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump telah memenuhi janji kampanyenya dengan menandatangani perintah eksekutif untuk menarik diri atau keluar dari perjanjian dagang TPP.

"Hal besar bagi pekerja Amerika yang baru saja kita lakukan," kata Trump saat menandatangani penarikan diri dari TPP tersebut.