Terbaru

Bank Sentral Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan

Pengurangan subsidi listrik akan mempengaruhi proyeksi inflasi tahun depan | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Bank Indonesia pada bulan lalu telah memangkas 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Langkah itu diyakini dapat mendorong pemulihan ekonomi domestik lebih cepat.

Saat ini, tingkat inflasi tahun kalender (year to date) 2016 sebesar 1,97% dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,07%. Menurutnya, inflasi bisa bergerak naik di sisa tahun ini karena dipicu momen hari raya dan tahun baru.

Dengan adanya penyesuaian tarif bagi  pengguna listrik dengan daya 900 volt ampere bagi golongan rumah tangga tahun depan, dia berpendapat inflasi akan melaju tinggi. Hal itu semakin membuat ruang relaksasi suku bunga acuan terbatas.

Ruang pelonggaran suku bunga acuan makin terbatas setelah bank sentral menurunkan lima kali dari awal tahun hingga September 2016. Otoritas moneter diperkirakan masih melihat transmisi relaksasi yang telah dilakukan sekaligus memantau perkembangan inflasi hingga akhir tahun.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual mengatakan bank sentral lebih cenderung melihat dampak transmisi kebijakan suku bunga ke perbankan. Namun, kendati kondisi fundamental ekonomi terjaga, ekspektasi terhadap peningkatan inflasi menjadi makin terbatasnya ruang pelonggaran bahkan hingga tahun depan.

“Masih ada ruang sebenarnya, inflasi sekitar 3%. Kalau misalnya nanti Oktober sampai Desember inflasi terjaga, eksternal juga memungkinkan, walaupun terbatas untuk memungkinkan ,” katanya.

“Kita ingin inflasi rendah, daya beli masyarakat bagus. Inflasi ke depan cenderung naik, suku bunga ke depan akan sangat terbatas,” ujarnya.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menuturkan BI akan cenderung menanti konfirmasi dari kelanjutan subsidi listrik yang akan tertuang pada RAPBN 2017. Kepastian pengurangan subsidi listrik akan mempengaruhi proyeksi inflasi tahun depan.

“Transmisi pelonggaran kebijakan moneter belum optimal mendorong sisi permintaan perekonomian yang merupakan penyebab utama lesunya kegiatan dunia usaha dan yang pada akhirnya juga mendorong penurunan kualitas kredit,” ucapnya.

Selain itu, bank sentral juga akan mencermati data ekonomi dalam negeri terutama dari pertumbuhan ekonomi kuartal III/2016 dan arah kebijakan suku bunga AS yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Dia menyatakan pelonggaran moneter perlu dikombinasikan dengan kebijakan moneter untuk mendorong kembali pemulihan sisi permintaan perekonomian.

OJK: Ada Peluang Biaya Dana Bank Turun | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Pada hari ini, Kamis (20/10), Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan. Apabila suku bunga acuan turun, industri perbankan diprediksi juga akan menurunkan suku bunga kreditnya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menilai saat ini ada peluang biaya dana atau cost of fund bank turun seiring dengan tingkat inflasi yang terkendali.

Pada bulan lalu, BI menurunkan seluruh suku bunga acuannya. Suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate turun sebesar 25 basis poins (bps) dari 5,25 persen menjadi 5 persen, suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 4,25 persen dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,7 persen.

"Saya kira memungkinkan itu (biaya dana turun), dengan inflasi yang rendah kemudian juga tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank-bank juga sekarang single digit," ujar Muliaman di Jakarta, Kamis (20/10).

Penurunan suku bunga diharapkan meningkatkan permintaan dan produksi domestik dan dengan sendirinya mendorong permintaan kredit perbankan untuk investasi. Penurunan suku bunga diharapkan akan berimbas secara tidak langsung kepada keuangan masyarakat. 

Berdasarkan data Bank Indonesia, per akhir Agustus 2016, rata-rata suku bunga kredit perbankan di Indonesia, tercermin dari Suku Bunga Dasar Kredit, rata-rata masih di atas 10 persen per tahun.

Penurunan tersebut merupakan pertama kalinya sejak BI 7 Day Repo Rate berlaku sejak 19 Agustus 2016 untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil selama Agustus lalu. Bank sentral menilai penurunan suku bunga acuan tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang lesu. 

Dengan penurunan ini, biaya dana yang dikeluarkan bank akan turun sehingga biaya yang harus dikeluarkan masyarakat kepada bank juga ikut turun, antara lain melalui penurunan suku bunga kredit.

Ada Peluang Suku Bunga Acuan BI Turun | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat

PT Rifan Financindo Berjangka Pusat


Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, selama inflasi berada di level yang rendah, suku bunga masih bisa turun. Rupiah masih terlihat kokoh pagi ini sambil menunggu hasil rapat RDG.

Dow Jones Industrial Average naik 40,68 poin atau 0,22% menjadi 18.202,62. Saham American Express mencatatkan kenaikan tertinggi, sedangkan saham Intel menghuni posisi top losers.

Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan langkah moneter selama dua hari, 19-20 Oktober. 

Masuknya para pelaku pasar di saham US masih terkait rilisnya laporan keuangan Q3. Dolar index kembali terkonsolidasi ke angka 97.94 seiring dengan data housing markets yang membaik serta aksi investor yang menunggu The Fed Beige Book (laporan 12 distrik US mengenai kondisi perekonomian). Spot Gold kembali pada tren positif di angka 1270.15 pagi ini.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,38% ke level 5.409,28. Investor terlihat mengambil untung pada saham-saham yang naik tinggi.

Laju kenaikan harga batu bara semakin tajam berada di angka US$ 90 per metrik ton. Batu bara kontrak pengiriman November 2016 di ICE Futures Exchange naik 3,65% dalam sehari jadi US$ 93,50 per metrik ton. Dalam sepekan harga batu bara telah naik sekitar 14,23%. Tingginya harga batu bara dan emas berpengaruh besar pada penguatan Aussie ke angka 0,77 per US$ pagi ini. 

Analis menyebutkan, perekonomian China menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Tingkat pertumbuhan berada pada tingkat yang stabil dan tepat sesuai kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan antara 6,5 % sampai 7%.