Terbaru

Mengapa Dulu Belanda Rajin Bangun Rel KA di RI?

rifanfinancindo

Hindia Belanda membangun jaringan rel kereta api sekitar 6.500 km di Jawa dan Sumatera | rifanfinancindo


Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengungkapkan motivasi utama Belanda membangun jaringan kereta api adalah untuk efisiensi angkutan barang, khususnya hasil perkebunan seperti gula, teh, kopi, tembakau, dan sebagainya. 

"Kenapa Belanda bangun banyak rel kereta, padahal saat itu masih sedikit penduduk. Karena itu memang awalnya bukan untuk penumbang, untuk angkutan barang. Kereta ini paling efisien untuk barang sampai ke pelabuhan-pelabuhan," jelas Djoko,  Jumat (19/5/2017).

"Baru kemudian untuk angkutan penumpang, tapi prioritas barang saat itu. Kalau berpikirnya ini penumpangnya ramai atau tidak, sampai sekarang enggak dibangun-bangun jalur kereta. Karena memang bangun kereta api visinya jangka panjang," katanya lagi.

Saat masih bernama Hindia Belanda, pemerintah kolonial sangat gencar membangun jaringan rel kereta api. Belanda sejak tahun 1870-an, atau setelah kebijakan tanam paksa, sudah membangun jaringan rel kereta api dengan panjang sekitar 6.500 km di Jawa dan Sumatera. 

Namun saat ini, hanya sekitar 4.000 km saja yang masih aktif. Jalur kereta api warisan kolonial ini sebagian besar dinonaktivkan pada tahun 1970-an.

"Kereta ini sangat efisien untuk jarak jauh. Seperti China itu serius sekali bangun rel kereta, mereka sampai dirikan 3 perguruan tinggi khusus untuk kereta api. Karena bangun kereta butuh SDM yang spesialisasi," ungkap Djoko. 

Lanjut dia, wajar jika negara-negara maju sangat mengandalkan jaringan kereta untuk logistiknya di darat. 

Rel Kereta Mati Bandung-Ciwidey Dihidupkan, Ini Dampaknya | rifanfinancindo


VP Corporate Communication PT Kereta Api Indonesia (KAI), Agus Komarudin, mengungkapkan lalu lintas kendaraan sepanjang jalan dari Bandung, Kopo, Soreang, hingga Ciwidey sudah sangat padat dan kerap kali macet. Kondisi itu yang mendasari perlu reaktivasi jalur tersebut untuk mengurangi kepadatan kendaraan.

"Kelihatan sekali Bandung arah Dayeuhkolot, ke Soreang, sampai Ciwidey itu sudah sering macet. Padahal ini jalur wisata ke arah Kawah Putih dan sebagainya," ujarnya 

Upaya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mereaktivasi atau menghidupkan kembali jalur kereta api peninggalan Belanda Bandung-Soreang-Ciwidey terus dilakukan. Jalur tersebut dirasa penting untuk diaktifkan, lantaran kepadatan arus lalu lintas di Bandung Raya. 

Jalur ini masuk dalam rencana reaktivasi rel-rel kereta api yang dilakukan di periode tahun 2017 sampai 2019 di Jawa Barat. Selain itu, jalur lainnya yang diaktivasi yakni Rancaekek-Tanjungsari yang berada di wilayah Timur Bandung. 

Selain itu, jelas Agus, daerah di Selatan Kota Bandung itu terus mengalami pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk yang semakin besar setiap tahun. Sehingga, aktivasi kereta api dirasa perlu untuk mengurangi kepadatan lalu lintas menuju ke Kota Bandung dan sebaliknya. 

"Perumahan juga semakin lama semakin banyak, sementara daya tampung jalan untuk kendaraan semakin kecil. Kalau sudah diaktifkan, kita bisa jalankan kereta perintis seperti di jalur Wonogiri-Purwosari dengan KA Bathara Kresna," ungkap Agus. 

Rencana Jokowi Hubungkan Seluruh Kalimantan dengan Rel Kereta | rifanfinancindo


Dari data Ditjen Kementerian Perhubungan (Kemenhub),  pada Jumat (19/5/2017), pembangunan jalur kereta api di Kalimantan dilakukan dalam beberapa tahapan. 

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mematangkan rencana pembangunan jalur kereta api di Kalimantan. Pemerintah menargetkan bisa membangun jalur rel kereta api sepanjang 2.428 kilometer (km).

Rute rel kereta ini membentang dari Kalimantan Utara menuju ke Selatan sampai Kota Banjarmasin, sebelum kemudian berbelok ke Kalimantan Barat melewati Kalimantan Tengah. 

Sementara untuk jalur rel kereta lainnya di Kalimantan yang direncanakan dibangun dan masih dalam tahapan Amdal yakni rute Batas Negara (Kalimantan Utara)-Tanjung Redep sejauh 279 km, Tanjung Redep-Lubuktutung sejauh 293 km. Rute Sanggau-Palangkaraya sejauh 587 km, Sanggau-Pontianak 143 km, dan Pontianak-Batas Negara sejauh 268 km. (

Jalur kereta api yang sudah memungkinkan untuk dimulai tahapan konstruksinya sampai dengan 2019, yakni ruas Balikpapan-Samarinda sejauh 89 km dengan target pengadaan lahan di tahun 2016-2017, serta masa konstruksi tahun 2017-2018, dan Tanjung-Balikpapan sejauh 234 km dengan pengadaan lahan dilakukan tahun 2017-2019 serta konstruksi di tahun 2018-2019. 

Jalur lainnya yang memungkinkan siap konstruksi sebelum tahun 2019 yakni ruas Banjarmasin-Tanjung dengan panjang lintasan 196 km. Dengan rincian pengadaan lahan dilakukan tahun 2016-2018, dan masa konstruksi tahun 2018-2019.

Kemudian lintasan Banjarmasin-Palangkaraya sejauh 194 km dengan masa pengadaan lahan 2017-2018, dan bisa dilakukan konstruksi pada tahun 2018-2019.